Pengantin?
Ya, Kameswara melihat Citrawati memakai riasan pengantin. Saat menoleh ke kiri dan kanan, Kameswara baru sadar sedang berada di sebuah keramaian. Banyak orang berkerumun dengan berbagai macam kegiatan.Banyak hiasan bunga dan janur kuning. Ternyata ini adalah sebuah pesta pernikahan. Kembali dia melihat ke arah Citrawati. Gadis itu kini duduk di pelaminan dengan melempar senyum ramah kepada setiap orang.Kameswara kaget melihat siap yang bersanding di samping Citrawati. Bukan dirinya, tapi orang yang dia kenal juga.Wirasoma. Jantungnya langsung berdegup kencang. Mulutnya terbuka hendak memanggil Citrawati.Tapi, tidak ada suara yang terdengar. Bahkan semua orang tidak mempedulikannya. Dan tunggu...!Dia tidak mendengar apapun. Padahal dia melihat orang tertawa, bicara bahkan ada iringan gamelan, tapi tidak ada suara sama sekali.Kameswara memutar badan. Tidak ada orang yang memandang ke arahnya. Dia sendirianIni juga yang tak disangka dua penyerang itu. Tenaga si gadis ternyata cukup kuat sehingga serangannya terpental malah hampir membuat badannya tersungkur lagi.Akibatnya rasa marah tak dapat dikendalikan lagi. Merasa kini mereka yang dipermainkan si gadis, dua lelaki hidung belang ini menyerang tak karuan. Asal pukul asal tendang sekuat tenaga.Awalnya Sriwuni agak kewalahan dengan serangan yang tak beraturan itu tapi lama-lama dia bisa memanfaatkan keadaan untuk menyerang balik. Tanpa harus keluar tenaga besar dia bisa menghajar habis-habisan dua pengeroyoknya.Buk! Buk!Gubrak!Dua lelaki terpental hebat menghantam dinding kamar hingga jebol dan ambruk dan kedua lelaki itu terjatuh berguling-guling di tanah."Ada apa ini?" Si pemilik kedai yang kaget mendengar keributan langsung menghampiri.Tiba-tiba saja banyak orang berkerumun di sana."Mereka handak berbuat kotor padaku!" seru Sriwuni."Tangkap me
Di satu kesempatan akhirnya lelaki ini berhasil menarik goloknya.Tring!Belum sempurna dia memegang senjatanya, tapi sudah membentur senjata Sriwuni. Dia terkejut karena tenaga benturan cukup kuat sampai membuat tangannya kebas. Akibatnya gerakannya melambat. Dan..Crasss!"Aaah...!" Teriak si lelaki sangat keras menahan sakit.Pedang pendek Sriwuni yang satunya berhasil menebas tangan kirinya. Kondisi jiwa anggota Laskar Siluman Merah semakin tak karuan. Belum pernah dia merasa ciut nyali seperti ini. Apalagi terhadap perempuan."Kalian di mana? Bantu aku!"Akhirnya si lelaki ini menyerang asal-asalan. Tidak lagi menggunakan jurus apapun yang penting bisa mendesak lawan.Sementara Sriwuni ingin segera menghabisi lawannya sebelum kawan-kawannya datang membantu.Indera keenam si gadis yang peka dapat merasakan kehadiran tiga orang lainnya. Beruntung ketika mereka semua menemukannya, salah satu pedangnya
Kameswara kitarkan pandangan. Tanah datar di puncak bukit ini cukup luas juga. Dia memperkirakan sendiri di mana posisi tengah-tengah. Pelan-pelan si pemuda melangkah ke tangah.Kameswara mencari empat pohon yang berhimpitan yang lokasinya berada di tengah-tengah. Sampai akhirnya menemukan empat pohon tersebut. Tingginya hanya sebatas pusar.Empat pohon ini berdiri sendiri-sendiri, tapi berhimpitan di bagian bawahnya. Ke atas, batangnya melengkung masing-masing ke satu arah. Yang dicari Kameswara berada tepat di tengah-tengah.Pemuda ini berjalan mengelilingi sambil memperhatikan benda yang terselip di sana. Sebuah kain berwarna hitam yang dilipat-lipat rapi."Cuma begini?" gumam Kameswara. "Tapi dijaga seekor harimau!"Menurut Ranu Baya benda ini berupa rompi, namanya 'Rompi Nyumput Buni'. Orang yang memakai rompi ini bisa membuat dirinya tidak dapat dilihat orang lain. Alias tak kasat mata, tapi itu juga kalau rompinya pas sesuai dengan
Kameswara memasuki sebuah desa yang wilayahnya berupa perbukitan. Meski sang surya begitu terik, tapi udara terasa sejuk. Pemandangan bukit terpampang indah dengan dominasi warna hijau.Pada waktu itu orang Sunda menanam padi dengan cara 'Ngahuma', seperti menanam palawija lainnya. Belum dengan cara 'Sawah'. Seluas mata memandang, hampir semuanya huma.Pemuda yang tampangnya delapan belas tahun, tapi usia sebenarnya lebih muda menyusuri jalan setapak yang menanjak. Semakin tinggi semakin terhampar luas pemandangan.Kameswara akhirnya menemukan sebuah 'curug' (air terjun) yang mengalir di antara celah tebing bukit.Air terjun ini terdiri dua undakan. Undakan yang atas tempak lebih panjang. Ketinggian air terjun ini antara lima belas sampai dua puluh tombak."Permisi, Paman, ini desa apa namanya?" tanya Kameswara kepada seorang petani yang kebetulan berpapasan."Sadawangi," jawab si petani ramah. "Aden mau kemana?""Saya m
Dua Kujang Bayangan sudah tergenggam lagi di sepasang tangan Kameswara. Dia berinisiatif menyerang duluan karena kekuatan lawan lebih besar darinya. Sosoknya bergerak maju sambil memutar senjatanya.Trang! Trang!Dua benturan senjata terjadi di udara saat dua dedengkot membuat pertahanan. Gerakan Kameswara hampir tak dapat dilihat. Namun, tenaga pemuda itu tetap berada di bawah lawannya.Kameswara terdorong kembali ke belakang. Dalam pikirannya dia akan mendesak Kombayan terlebih dahulu karena kekuatannya lebih rendah dari kawannya.Begitu Balakosa menyerang balik dengan golok yang tampak memendar cahaya hitam karena saking besarnya tenaga dalam yang tersalur ke dalamnya, Kameswara secepat mungkin menghindar.Namun, sambil menghindar sambil merangsek maju mengirimkan serangan ke arah Kombayan. Lelaki ini sempat terkesiap mendapat serangan yang langsung mendesaknya.Trang! Trang!Kujang Bayangan mengayun keras memburu sas
Kameswara yang kali ini sudah siap karena sudah tahu ajian Karang Samudra berdiri mengokohkan kuda-kudanya. Dia siap menyambut datangnya bola-bola api.Wussh! Werrr!Dikibaskannya Kujang Bayangan. Tercipta tiupan angin besar menghempas semua bola-bola api hingga terpental ke segala arah bahkan ada yang hampir menghantam pemiliknya.Dua dedengkot terkejut. Tak habis pikir bagaimana bisa pemuda itu tahu tentang ilmu yang dikeluarkanNamun, mereka tak putus asa. Serangan bola api kembali diluncurkan, bahkan lebih banyak lagi jumlahnya.Taktik Kameswara berubah lagi karena satu ide terbersit dalam benak. Dia tidak lagi mengibas yang menghasilkan angin dahsyat untuk menghalau serbuan bola api.Sekarang dia membiarkan bola-bola api itu menghantam Kujang Bayangan. Dia hanya kerahkan tenaga sehingga ukuran kujang itu bertambah besar dua kali lipat. Bola-bola api itu seperti terserap ke dalam bilah kujang."Wuah.. ternyata benar,
Sutajaya terkejut suara menggema itu mengetahui gurunya. Berarti tahu juga tentang dirinya dan tugas yang diembannya, tapi siapa suara tanpa rupa ini? Atau mungkin orangnya ada di balik awan hitam itu?"Nah, sekarang teruslah melangkah ke depan sampai kau menemukan sebuah batu besar, yang kau cari ada di bawahnya."Tiba-tiba awan hitam lenyap lalu suasana berubah menjadi terang. Ternyata hari sudah 'Tangage' (matahari berada di atas kepala), tapi udara tetap dingin.Sutajaya menuruti apa yang diperintahkan suara tanpa rupa tadi. Jalanan lereng semakin menanjak dan curam. Sampai jarak dua puluh tombak barulah pemuda ini menemukan batu besar yang dimaksud.Batu sebesar kerbau berada di tanah yang curam. Sutajaya melihat ke bawah batu. Ternyata benda yang dicarinya tertindih batu itu.Bagaimana cara mengambilnya? Kalau ditarik takutnya akan robek. Berarti harus diangkat dulu batunya. Pasti berat sekali.Sutajaya mematung memikirkan
Dua lelaki berumur empat puluhan yang menjadi lawan Sutajaya mengambil arak setelah satu cakaran bersarang di badannya. Satu di lengan atas kanan, yang satunya di dada sebelah kiri.Mereka segera alirkan hawa sakti guna menetralisir rasa perih akibat cakaran itu. Kejap berikutnya mereka sudah cabut senjata golok besar khas Laskar Siluman Merah.Sementara Sutajaya sudah bersiap kembali dengan jurus yang sama, hanya menaikkan ke tingkat yang lebih tinggi. Dari kuku-kukunya berpendar cahaya hitam berkilau. Hawa panas menyelimuti setiap jari-jarinya.Dua lawan sudah bergerak mengayunkan golok dengan pengerahan tenaga penuh sehingga menimbulkan gesekan angin yang sama tajamnya dengan mata golok. Senjata menyambar, anginpun menderu.Swung!Dalam waktu sepersekian kejap Sutajaya mampu membaca arah serangan lawan, sehingga bisa menghindar di waktu yang tepat sambil mengirim serangan balasan.Dua golok ditarik kembali guna menebas cakaran
Kameswara menatap sejenak situasi di depannya. Asmarini duduk menyandar ke bahu raga kasarnya. Di atasnya Payung Terbang memayungi keduanya. Pendekar muda ini tersenyum. Kemudian sukma Kameswara masuk kembali ke dalam tubuh kasarnya. Pedang Bunga Emas otomatis terpegang di tangannya. Asmarini langsung sadar dari lamunannya. "Kakang sudah kembali!" Asmarini langsung menyimpan payungnya. Tangan kiri memegang pedang, tangan kanan merangkul tubuh istrinya. "Inikah Pedang Bunga Emas?" Kameswara pura-pura tidak tahu. "Terbuat dari emas dan menebarkan harum, ini memang pedang pusaka leluhur. Kakang telah membawanya dengan selamat. Terima kasih banyak, Kang!" "Aku suamimu, pasti akan melakukan apapun demi kebahagiaanmu. Tidak perlu berterima kasih. Ini, simpanlah!" Asmarini menerima pedang pusaka tersebut, lalu dia menggeser duduknya hingga saling berhadapan. "Aku juga rel
Blang!Kameswara menemukan sebuah ruangan bawah tanah agak luas. Keadaannya remang-remang.Di tengah ruangan ini ada gundukan bantu besar bentuknya mirip seperti dulu dia menyelam ke dasar telaga.Cahaya remang-remang ini pasti berasal dari pedang pusaka itu. Kameswara segera mencari letaknya. Dulu tertancap pada sebuah batu, sekarang pasti sama.Setelah berkeliling satu kali akhirnya menemukan juga pusaka tersebut. Kedua mata Kameswara terbelalak."Mungkinkah ini pedang yang sama? Kalau begitu bisa jadi ada dua, karena di masa depan sudah aku ambil dan diserahkan kepada Ayu Citra, atau..."Kameswara ingat selama sering bertemu dengan Fan Xiang yang merupakan reinkarnasi dari Ayu Citra, gadis itu tidak pernah membicarakan tentang pedang ini."Atau bisa jadi pedangnya kembali ke sini!"Ketika tangan Kameswara menjulur hendak memegang pedang yang tertancap di batu tersebut, tiba-tiba ada serangan hawa gaib yang me
Manakala terbetik berita yang dibawa oleh pedagang dari Arab bahwa Ali bin Abi Thalib telah meninggal dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, maka Rakean Sancang bergegas kembali ke Arab.Tempat pertahanan di Gunung Negara terpaksa ditinggalkannya. Di saat itulah dengan segera pasukan Tarumanagara dikerahkan untuk menghancurkan umat agama baru itu.Hampir separuh penganut agama baru itu meninggal dan sebagian lainnya dapat melarikan diri melalui jalan rahasia berupa gua kemudian keluar di bukit yang curam.Para penganut agama baru lalu menyebar ke mana-mana di wilayah Tatar Sunda."Dan sejak saat itu mereka menjalankan keyakinannya secara sembunyi-sembunyi?" tanya Padmasari."Benar, bisa jadi telah mengganti nama agar tidak ketahuan lagi," sahut Ki Santang."Kau mencurigai atau menemukan sesuatu yang berkaitan dengan hal itu?""Ada!""Wah, apa itu?""Ada sebuah ajaran yang namanya Sunda Wiwitan, ajarannya
Sepasang suami istri berbeda masa sudah dalam perjalanan mencari Pedang Bunga Emas. Pada malam hari apabila tidak mendapatkan penginapan, maka mereka bermalam di hutan atau kebun.Mereka membuat gubuk dadakan. Dengan kesaktian Kameswara tentu saja sangat mudah dan cepat membangun tempat istirahat sementara tersebut.Sebelum tidur Asmarini sempatkan untuk bersemedi mencari petunjuk keberadaan pusaka leluhurnya.Selama ini setelah berkali semedi sebelum perjalanan, dalam pikirannya selalu ingin pergi ke arah utara."Kalau ke utara, tempat apa saja yang akan kita temukan? Selain bukit Gajah Depa tempat aku menyegel Kala Cengkar. Bukit itu dekat ke perbatasan kerajaan Wanagiri,"Kameswara tampak menerawang. Meski berbeda waktu, tapi letak suatu tempat tetap sama.Tempat mereka berada sekarang sudah dekat ke wilayah yang suatu saat nanti menjadi kerajaan Talagamanggung."Di masa ini kerajaan itu belum berdiri, sedangkan Hutan
"Aku tidak menyangka ternyata orang-orang desa Linggapura menggunakan cara-cara memalukan!" teriak Genta."Jangan ngawur!" sentak Suryadana tidak bisa menahan diri. "Sebenarnya kau mau apa ke sini?"Genta bertolak pinggang, wajahnya menunjukkan keangkuhan dan congkak. Sambil menunjuk dia berseru."Aku akan buktikan bahwa warga desa yang katanya kumpulan para pendekar melakukan cara licik untuk memikat hati wanita. Dengan cara membunuhmu, maka guna-guna yang merasuki Sukesih akan hilang!"Genta melangkah ke alun-alun. Keributan kecil di balai desa ini memancing warga yang lain berdatangan untuk melihat apa yang terjadi."Aku tantang kau di kandang sendiri, Suryadana. Katanya kau adalah pemuda berbakat di desa ini, aku ingin tahu seberapa hebatnya dirimu!"Di tempat lain Kameswara dan Asmarini sudah menyaksikan kejadian itu.Sebelum melangkah memenuhi tantangan Genta, pemuda berbakat desa Linggapura menyuruh calon istrinya
Desa Linggapura tidak besar juga tidak kecil, penduduknya agak padat. Sususan pemukimannya tertata dengan rapi. Karena awalnya hanya sebuah padepokan kecil.Pada waktu itu, selain menerima murid baru dari luar, juga ada penambahan warga dari dalam padepokan sendiri. Yaitu anak-anak dari pernikahan antara murid laki-laki dengan perempuan.Desa padepokan ini berada di kaki gunung Lingga. Dulu padepokan utamanya berada di lereng gunung.Sekarang dijadikan tempat keramat yang tidak sembarangan orang bisa ke sana, walaupun warga desa sendiri."Lama-lama bisa jadi kerajaan," ujar Kameswara yang diajak jalan memutar. Tidak melalui jalan utama, tapi langsung menuju lereng."Memangnya ada yang seperti itu?""Ada, dulu Indraprahasta juga awalnya hanya pedukuhan kecil yang dibangun oleh resi Santanu,""Oh, ternyata begitu. Sayangnya sekarang sudah hancur!"Kameswara teringat ketika menyelamatkan keluarga Prabu Wiratara seb
Keesokan harinya perjalanan mencari Pedang Bunga Emas dimulai. Kameswara sudah mempunyai rencana kemana dia akan pergi, tapi tidak disampaikan ke istrinya."Kemana kita akan mulai?" tanya Kameswara."Ke utara!"Tepat. Arah yang hendak dituju Kameswara memang ke utara. Mudah-mudahan saja firasatnya benar."Jadi kita tidak membutuhkan para pendamping?""Hanya untuk keadaan darurat. Jangan terlalu mengandalkan mereka. Selagi masih bisa dikerjakan sendiri, jangan malas!""Baiklah!"Pada dasarnya Kameswara memiliki pemikiran yang sama dengan istri mungilnya ini. Hanya untuk hal yang sangat tidak mungkin baru dia meminta bantuan Padmasari.Seperti menyeberang ke negeri tempat tinggal Ayu Citra dalam waktu sekejap, tapi itu mungkin tidak akan dilakukan lagi.Satu kesamaan yang dimiliki Asmarini dengan Kameswara adalah tidak suka membawa banyak barang dalam perjalanan. Hanya seperlunya saja.Setelah se
Angin yang tadinya berhembus bagaikan badai berganti menjadi tiupan lembut dan sejuk. Semua mata kini memandang ke atas. Satu sosok melayang bagaikan turun dari langit. Bercahaya.Sosok yang memegang payung terbuka menaungi kepalanya dari terik mentari. Setelah semakin turun barulah terlihat sosok tersebut adalah seorang wanita yang kecantikannya bagai bidadari dari alam Tunjung Sampurna."Dewi Payung Terbang!"Beberapa orang berseru mengenali siapa yang datang itu. Semuanya terpana, takjub dengan cara-cara wanita yang dijuluki Dewi Payung Terbang ini muncul di hadapan semua orang.Wanita cantik berpayung mendarat di depan Kameswara. Mereka saling pandang dengan seulas senyum tipis."Kakang berhasil,""Ini berkat Nyai juga!"Aki Balangantrang dan Manarah tampak mendekat."Terima kasih, Ki Sanak telah menyelamatkan kerajaan dan juga ibu saya!" ucap Manarah.Sementara beberapa orang telah mengamankan Hari
Apa yang terjadi? Kita mundur dulu sejenak ceritanya.Setelah kematian suaminya, lalu dinikahi oleh Tamperan. Hidup Dewi Naganingrum tidak tenang. Dia merasa telah mengkhianati sang suami.Sedangkan Pangrenyep sepertinya malah senang. Naganingrum tidak tahu kalau di antara Pangrenyep dan Tamperan sudah ada skandal sejak suami masih hidup.Karena rasa tidak tenang inilah akhirnya Naganingrum memutuskan untuk tinggal di luar istana. Dia memilih bekas pertapaan Premana Dikusumah.Di sana dia membangun rumah sederhana. Manarah juga dirawat di sana. Baru ketika umur tujuh tahun, Manarah diperbolehkan pergi ke istana.Sampai besar Manarah sering bolak balik dari istana ke rumah ibunya.Lalu sekarang, tiba-tiba saja Dewi Naganingrum berada dalam cengkraman tangan seseorang yang berdiri di atas atap. Sosok yang mengenakan pakaian serba merah."Dewata Kala!" Aki Balangantrang terkejut. Lebih-lebih Manarah karena dia sangat menyay