Share

Bab 059

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-08 08:07:16

Kameswara memasuki sebuah desa yang wilayahnya berupa perbukitan. Meski sang surya begitu terik, tapi udara terasa sejuk. Pemandangan bukit terpampang indah dengan dominasi warna hijau.

Pada waktu itu orang Sunda menanam padi dengan cara 'Ngahuma', seperti menanam palawija lainnya. Belum dengan cara 'Sawah'. Seluas mata memandang, hampir semuanya huma.

Pemuda yang tampangnya delapan belas tahun, tapi usia sebenarnya lebih muda menyusuri jalan setapak yang menanjak. Semakin tinggi semakin terhampar luas pemandangan.

Kameswara akhirnya menemukan sebuah 'curug' (air terjun) yang mengalir di antara celah tebing bukit.

Air terjun ini terdiri dua undakan. Undakan yang atas tempak lebih panjang. Ketinggian air terjun ini antara lima belas sampai dua puluh tombak.

"Permisi, Paman, ini desa apa namanya?" tanya Kameswara kepada seorang petani yang kebetulan berpapasan.

"Sadawangi," jawab si petani ramah. "Aden mau kemana?"

"Saya m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 060

    Dua Kujang Bayangan sudah tergenggam lagi di sepasang tangan Kameswara. Dia berinisiatif menyerang duluan karena kekuatan lawan lebih besar darinya. Sosoknya bergerak maju sambil memutar senjatanya.Trang! Trang!Dua benturan senjata terjadi di udara saat dua dedengkot membuat pertahanan. Gerakan Kameswara hampir tak dapat dilihat. Namun, tenaga pemuda itu tetap berada di bawah lawannya.Kameswara terdorong kembali ke belakang. Dalam pikirannya dia akan mendesak Kombayan terlebih dahulu karena kekuatannya lebih rendah dari kawannya.Begitu Balakosa menyerang balik dengan golok yang tampak memendar cahaya hitam karena saking besarnya tenaga dalam yang tersalur ke dalamnya, Kameswara secepat mungkin menghindar.Namun, sambil menghindar sambil merangsek maju mengirimkan serangan ke arah Kombayan. Lelaki ini sempat terkesiap mendapat serangan yang langsung mendesaknya.Trang! Trang!Kujang Bayangan mengayun keras memburu sas

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 061

    Kameswara yang kali ini sudah siap karena sudah tahu ajian Karang Samudra berdiri mengokohkan kuda-kudanya. Dia siap menyambut datangnya bola-bola api.Wussh! Werrr!Dikibaskannya Kujang Bayangan. Tercipta tiupan angin besar menghempas semua bola-bola api hingga terpental ke segala arah bahkan ada yang hampir menghantam pemiliknya.Dua dedengkot terkejut. Tak habis pikir bagaimana bisa pemuda itu tahu tentang ilmu yang dikeluarkanNamun, mereka tak putus asa. Serangan bola api kembali diluncurkan, bahkan lebih banyak lagi jumlahnya.Taktik Kameswara berubah lagi karena satu ide terbersit dalam benak. Dia tidak lagi mengibas yang menghasilkan angin dahsyat untuk menghalau serbuan bola api.Sekarang dia membiarkan bola-bola api itu menghantam Kujang Bayangan. Dia hanya kerahkan tenaga sehingga ukuran kujang itu bertambah besar dua kali lipat. Bola-bola api itu seperti terserap ke dalam bilah kujang."Wuah.. ternyata benar,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 062

    Sutajaya terkejut suara menggema itu mengetahui gurunya. Berarti tahu juga tentang dirinya dan tugas yang diembannya, tapi siapa suara tanpa rupa ini? Atau mungkin orangnya ada di balik awan hitam itu?"Nah, sekarang teruslah melangkah ke depan sampai kau menemukan sebuah batu besar, yang kau cari ada di bawahnya."Tiba-tiba awan hitam lenyap lalu suasana berubah menjadi terang. Ternyata hari sudah 'Tangage' (matahari berada di atas kepala), tapi udara tetap dingin.Sutajaya menuruti apa yang diperintahkan suara tanpa rupa tadi. Jalanan lereng semakin menanjak dan curam. Sampai jarak dua puluh tombak barulah pemuda ini menemukan batu besar yang dimaksud.Batu sebesar kerbau berada di tanah yang curam. Sutajaya melihat ke bawah batu. Ternyata benda yang dicarinya tertindih batu itu.Bagaimana cara mengambilnya? Kalau ditarik takutnya akan robek. Berarti harus diangkat dulu batunya. Pasti berat sekali.Sutajaya mematung memikirkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 063

    Dua lelaki berumur empat puluhan yang menjadi lawan Sutajaya mengambil arak setelah satu cakaran bersarang di badannya. Satu di lengan atas kanan, yang satunya di dada sebelah kiri.Mereka segera alirkan hawa sakti guna menetralisir rasa perih akibat cakaran itu. Kejap berikutnya mereka sudah cabut senjata golok besar khas Laskar Siluman Merah.Sementara Sutajaya sudah bersiap kembali dengan jurus yang sama, hanya menaikkan ke tingkat yang lebih tinggi. Dari kuku-kukunya berpendar cahaya hitam berkilau. Hawa panas menyelimuti setiap jari-jarinya.Dua lawan sudah bergerak mengayunkan golok dengan pengerahan tenaga penuh sehingga menimbulkan gesekan angin yang sama tajamnya dengan mata golok. Senjata menyambar, anginpun menderu.Swung!Dalam waktu sepersekian kejap Sutajaya mampu membaca arah serangan lawan, sehingga bisa menghindar di waktu yang tepat sambil mengirim serangan balasan.Dua golok ditarik kembali guna menebas cakaran

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 064

    Pada saat ini kerajaan yang dulu dipimpin Niskala Wastu Kancana dibagi dua menjadi Sunda di barat yang dirajai oleh Susuk Tunggal dan Galuh di timur yang dirajai Dewa Niskala.Saat ini di istana Kawali atau keraton Surawisesa sedang kedatangan Prabu Susuk Tunggal dari keraton Pajajaran yang menentang tindakan Dewa Niskala.Namun, para pembesar dari kedua istana melerai keduanya, bahkan berani menyatakan bahwa tindakan mereka berdua cukup memalukan sebagai seorang raja.Untuk itu keduanya dituntut turun tahta dan menyerahkannya kepada Pamanah Rasa.Di dalam sebuah ruangan khusus, dua saudara ini dipertemukan."Saya mengaku salah, Raka!" ucap Dewa Niskala sambil menunduk penuh penyesalan. "Saya juga sudah siap turun tahta, mungkin sudah waktunya Pamanah Rasa memegang tampuk kekuasaan,"Sementara Susuk Tunggal hanya menghela napas beberapa kali sebelum akhirnya bersuara."Aku juga merasa malu dengan tindakanku yang terlalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 065

    Daerah yang Kameswara lewati sejak dari bukit Cipasung merupakan perbukitan dan gunung-gunung kecil yang berada di sekeliling gunung Indrakilla (sekarang namanya Ciremai).Setelah memakan waktu tiga hari akhirnya si pemuda telah sampai di desa Sangiang, tempat di mana terdapat Talaga Sangiang berada.Untuk menuju ke sana, Kameswara harus melalui jalan menanjak yang lumayan curam.Meski peluh bercucuran di dahi, tapi tidak sedikitpun rasa lelah menghampirinya. Memang, rasa gerah mengalahkan udara pegunungan yang sejuk. Efek sabuk sakti hanya membuatnya tidak merasa lelah.Lebih dekat ke telaga, Kameswara merasakan energi yang begitu besar. Kakek Ranu Baya tidak akan menugaskannya kalau tidak ada sesuatu yang luar biasa di dalamnya. Pusaka apa lagi yang tersimpan di sini?Selain itu, Laskar Siluman Merah juga pasti sudah mengutus anggotanya ke tempat ini. Sepertinya tidak ada informasi yang terlewatkan oleh kelompok aliran hitam itu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 066

    Kameswara himpun tenaga dalam, sebagian besar ke sepasang tangan. Dua kaki mematok kuat ke bumi. Lawan yang di hadapi lebih berat dari sebelumnya. Tatapannya fokus kepada lawan.Yang menjadi lawan Kameswara ini bernama Suramanik, dia termasuk pengurus besar Laskar Siluman Merah sesuai dengan peringkat kependekarannya.Walaupun sempat mendengar tentang pemuda yang dianggap berbahaya bagi laskar, tapi dia belum tahu kalau Kameswaralah orangnya.Merasa disepelekan karena Suramanik terlihat tenang saja, Kameswara bergerak lebih dahulu. Dia menolakkan kaki kanan ke bumi.Sosoknya melesat cepat ke depan. Tangan kanan ditarik ke belakang untuk diayunkan ke depan mengarah wajah lawan.Suramanik menunggu. Secepat apapun gerakan lawan, bagi matanya tetap terlihat lambat. Sehingga bisa tahu apa yang diincar lawannya. Dia kokohkan kuda-kudanya yang seperti hanya berdiri saja.Sekejap lagi tinju Kameswara mengenai sasaran, Suramanik angkat ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 067

    Tubuh Suramanik dan Garangan ambruk dengan dada hangus. Mereka tewas dengan wajah menyiratkan rasa tidak percaya dengan apa yang menimpanya.Ratu Simbar Kancana menatap takjub sekaligus ngeri. Anak semuda itu naluri membunuhnya sangat mengerikan walaupun berasal dari golongan putih.Si nenek memanggil Kameswara, mengajaknya duduk di bawah pohon besar yang akarnya mencuat dari tanah. Pohon ini lebih dekat ke telaga."Siapa namamu?""Kameswara, Nek!""Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?" Ratu Simbar Kancana merasakan Kameswara tidak asal datang ke tempat ini. Pemuda itu pasti mempunyai tujuan dan atas perintah seseorang.Sementara si nenek selama tinggal di sekitar telaga ini adalah untuk menunggu seseorang yang akan membantunya."Kakek Ranu Baya!" jawab Kameswara jujur."Tepat, berarti kaulah orang yang kutunggu-tunggu!""Nenek menungguku?""Iya, kenapa? Menyesal karena yang menunggu ternyata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10

Bab terbaru

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 230

    "Dia masih bersemedi di puncak!" Yang menjawab adalah Arya Soka."Bersemedi!"Banyak tanda tanya muncul salam benak Puspa Arum. Bukankah dia murid baru? Pertama kali bertemu saja dia tidak memiliki kepandaian apa-apa.Lantas mengapa sekarang semedi? Hal yang dilakukan oleh seseorang yang sudah tinggi ilmunya."Sebenarnya siapa dia, Ayah?" tanya Puspa Arum lagi."Sebenarnya dia seorang pendekar besar,""Untuk apa bersemedi?" Si gadis sepertinya penasaran. Padahal tempo hari dia begitu kesal pada pemuda itu."Pada saat aku temukan dalam keadaan pingsan, semua cakranya tertutup sehingga kesaktiannya terkunci,""Dari mana asalnya?"Sekali lagi Puspa Arum dibuat tersipu malu saat ditatap dengan pandangan aneh."Memangnya aku tidak boleh bertanya?" lanjut si gadis.Karena memang tidak biasanya Puspa Arum banyak bertanya. Biasanya juga judes walaupun di depan ayah, ibu dan kakaknya. Bicara ha

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 229

    Si jubah hitam tertawa lantang. "Kalau kalian tidak bisa melihat gerakanku, berarti kalian bukan tandinganku!"Dua murid padepokan saling pandang. Memang benar, rekannya tewas seketika tanpa terlihat gerakan si jubah hitam.Melihat wajah si jubah hitam sepertinya masih seumuran dengan mereka, tapi mimiknya yang kaku tampak seperti topeng. Bukan wajah aslinya."Bersiaplah menyusul kawan kalian!"Si jubah merah sudah bergerak lagi. Lebih cepat dari sebelumnya. Tahu-tahu ujung pedangnya sudah mengancam mereka.Trang! Trang!Dua murid hanya mempunyai kesempatan kecil. Masih beruntung bisa menangkis serangan si jubah hitam walau mereka harus tersurut mundur beberapa langkah.Tenaga dalam si jubah hitam ini tiga tingkat di atas mereka. Murid andalan padepokan Sagara Kaler ini memprediksikan hasil dari pertarungan ini.Namun, mereka tidak ingin mati sia-sia. Setidaknya lawan juga harus mendapatkan ajalnya. Maka keduany

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 228

    Di puncak bukit padepokan Mega Sutra Ki Jagatapa mulai membantu Kameswara untuk membuka Cakra tersisa yang masih tertutup.Ki Jagatapa membantu dengan cara mengajak Kameswara bertarung. Pada awalnya si kakek melancarkan serangan pelan-pelan saja."Jangan menghindar, tapi lawan!"Kameswara mengikuti arahan Ki Jagatapa. Tidak menghindar serangan, tapi menyambut dengan memapak, menangkis bahkan beradu pukulan.Karena hanya menggunakan tenaga kasar, maka Kameswara melakukannya dengan hati-hati. Terutama keseimbangan dan kuda-kuda serta mengatur napas yang tepat.Demi mendapatkan kembali kesaktiannya Kameswara tidak peduli rasa sakit yang didapatkan ketika menangkis, memapak atau beradu pukulan.Berkali-kali Kameswara terjatuh dan mendapatkan luka lebam, tapi itu bukan masalah baginya. Tentu saja karena ada sabuk sakti.Kameswara tidak ubahnya orang yang benar-benar baru belajar silat.Semakin lama gerakan Ki Jagatap

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 227

    Di kediaman Nyai Mintarsih.Si gadis mungil tampan bersungut-sungut sedang membalurkan ramuan obat pada tubuh Kameswara yang penuh luka.Pemuda ini melepas pakaian atasnya sehingga nampak bentuk tubuhnya kekar dan gagah meski penuh goresan luka.Kameswara senyum-senyum penuh kemenangan. Rasanya cukup setimpal atas apa yang didapatkan sebelumnya.Diobati oleh tangan mungil nan indah seorang gadis cantik putrinya sang guru padepokan.Nyai Mintarsih sudah tahu akan datangnya Kameswara atas suruhan suaminya. Wanita ini pernah melihat Kameswara sewaktu dalam keadaan pingsan saat dibawa oleh Ki Jagatapa.Tentu saja karena untuk menuju ke padepokan atas harus melewati padepokan bawah dulu.Ketika sang putri melaporkan, Nyai Mintarsih sudah menduga pasti ada kesalahpahaman. Begitu melihat siapa yang ditangkap, dia langsung membebaskan Kameswara.Sebagai bentuk tanggung jawab atas kesalahpahaman ini, Puspa Arum si gadis

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 226

    Tiga murid ini langsung tertahan dan tersurut mundur ketika melihat siapa yang datang."Guru!" sahut ketiganya serempak.Ternyata Ki Jagatapa yang datang. Kameswara tetap bersikap datar, sementara tiga murid tampak ketakutan dengan wajah menunduk. Bukankah sang guru sudah mewanti-wanti agar jangan membuat masalah dengan Kameswara?"Pergilah, kalian tidak tahu yang sebenarnya!"Sedikit lega akhirnya tiga murid ini melangkah pergi ke asrama. Beruntung mereka tidak diberikan hukuman."Terima kasih, Kek!" ucap Kameswara."Lanjutkan latihanmu!""Baik, Kek!"Ki Jagatapa sudah pergi lagi. Kameswara melanjutkan olah napas yang sempat terhenti. Dia belum bisa semedi jadi hanya olah napas saja.Kameswara seperti kembali ke masa awal ketika berlatih di hutan Balida di bawah bimbingan Ki Kuncung Putih. Untungnya dia masih hapal isi kitab Jaya Buana.Sampai larut malam Kameswara belum berhenti dengan kegiat

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 225

    Ada sekitar lima orang berseragam jubah hitam yang ada penutup kepalanya. Kuda tunggangan mereka tampak gagah. Sepertinya kuda pilihan.Karena jarak yang begitu jauh, Kameswara tidak bisa melihat wajah mereka. Ditambah penutup kepala yang begitu lebar sampai menyembunyikan wajah mereka.Untungnya pasukan berkuda itu tidak menuju ke padepokan Mega Sutra. Jalan kecil menuju kaki bukit di mana terdapat padepokan putri dilewati begitu saja."Siapa mereka?" Kameswara menghentikan gerakannya.Dia belum banyak tahu segala hal tentang jaman yang ditinggalinya sekarang. Dia harus banyak bertanya kepada Arya Soka atau Ki Jagatapa langsung.Setelah gerombolan berjubah hitam dan berkuda tadi menghilang di kejauhan, Kameswara melanjutkan kembali latihannya.Sudah puluhan kali Kameswara mengulang gerakannya. Memang tidak merasakan lelah karena ada sabuk sakti, tapi tetap merasakan ada perubahan.Apa yang berubah?Pernapasanny

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 224

    Ketika Arya Soka menanyakan perihal Kameswara yang menjadi buronan, si pemuda dari masa depan ini menjelaskan dengan gamblang seperti yang dia alami."Kalau aku buronan, memang benar. Karena aku kabur dari penjara istana, tapi kalau tidak kabur aku dituduh sesuatu yang tidak aku lakukan!"Kameswara bisa menebak pihak kerajaan tidak akan percaya dengan keterangannya. Mereka akan terus menyiksanya sampai mengaku.Kalau begitu terus dia tidak punya waktu untuk membuka kembali ketujuh cakranya.Arya Soka mengerti keadaan Kameswara yang bingung di tempat atau lebih tepatnya di jaman yang asing baginya.Lebih dari itu Kameswara juga harus memikirkan bagaimana caranya kembali ke masanya dan juga menemukan istrinya."Sebenarnya aku masih kurang percaya tentang asal usulmu, aku ingin mengujimu. Jika kau benar-benar datang dari masa depan, pasti mengetahui apa yang akan terjadi di negeri ini khususnya!"Sebelum menjawab Kameswara

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 223

    Setelah lewat 'sareupna' ada tujuh murid yang mendapat giliran pelatihan khusus malam. Mereka dilatih oleh Arya Soka.Anak laki-laki Ki Jagatapa ini memang ilmunya paling tinggi sehingga dipercaya melatih murid yang lain.Kemudian ada empat orang yang mendapat giliran ronda. Mereka tidak hanya meronta di padepokan putra, tapi juga menjaga padepokan putri di bawah.Sementara Kameswara mulai membuka kitab yang dipinjamkan Ki Jagatapa di kamarnya. Untungnya jenis tulisannya tidak beda dengan kitab Jaya Buana.Pada saat membaca Kameswara menemukan ada inti sari kalimat yang sama dengan kitab Jaya Buana. Muncullah ide untuk menggabungkan keduanya.Yang jadi masalah ternyata Kameswara tidak bisa melakukan semedi. Karena cakranya tertutup, aliran napasnya tidak bisa bercampur dengan aliran darah.Jadi dia merasa percuma saja semedi yang tidak ubahnya hanya untuk menenangkan pikiran. Sementara napasnya tidak bisa diolah untuk mengendalik

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 222

    Kameswara membuka kedua matanya. Dia mendapati dirinya terbaring di atas bale bambu. Sesaat matanya memicing menyesuaikan dengan cahaya.Cahaya sang penerang jagat ini masuk melalui celah-celah atap bangunan di mana Kameswara berada."Di mana aku?"Kameswara bangun duduk, mengitarkan pandangan. Rupanya dia berada salam sebuah ruangan semacam rumah kecil.Ada banyak perabotan di sudut belakang dekat pintu belakang yang terbuka. Ada satu lagi bale bambu yang sama besar, letaknya bersebelahan dengan bale yang ditempati Kameswara.Pemuda ini mengingat kejadian sebelumnya. Dia menyaksikan dua orang kuat bertarung dan dia terkena dampak pukulan sakti keduanya sampai pingsan.Lalu begitu bangun sudah berada di tempat ini. Berarti ada orang yang membawanya ketika pingsan. Siapa orang ini?"Luar biasa!" Seseorang berujar. Suaranya agak serak dan sedikit gemetar.Dari pintu depan masuk seorang kakek berpakaian serba putih

DMCA.com Protection Status