Share

Bab 016

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 08:00:02

Perjalanan Kameswara kini menuju arah timur. Dia merasakan ada perubahan lagi pada tubuhnya. Langkahnya ringan.

Bahkan ketika mencoba melompat, ternyata hasilnya mengejutkan. Lompatannya bisa mencapai tiga tombak.

Beberapa kali melompat agar langkahnya cepat jauh, tapi ternyata masih ada yang kurang.

Yaitu keseimbangan badan. Sehingga dia sering oleng bahkan terjatuh walau cuma dua kali.

Mungkin bila sudah mampu menyeimbangkan diri, maka dia bisa menggunakan cara itu untuk meringankan tubuhnya.

Dia terus berlari dan melompat tanpa merasa lelah karena efek sabuk sakti.

Tentu saja sambil belajar keseimbangan. Belajar menginjakkan kaki dengan tepat juga menambah kecepatan.

Awalnya hanya dilakukan di atas tanah. Kemudian dia mencoba hinggap di batang pohon sebelum tubuhnya mendarat.

Seperti biasa awalnya tidak mudah dilakukan. Ada yang keburu mendarat padahal dua langkah lagi menjangkau pohon.

Ada yang kele
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 017

    Ketika tangan Kameswara memegang kitab Jaya Buana, terasa ada hawa kecil mengalir masuk ke pori-porinya.Terus menjalar ke seluruh tubuhnya. Perlahan dia mulai membuka halaman pertama.Hanya ada rangkaian tulisan saja di halaman pertama. Kameswara membacanya dengan pelan."Ilmu silat tidak dibatasi gerakGerak tidak akan memberikan kembanganKecuali hanya sedikitDan bagi orang yang terbuka pikiranSedangkan aksaraBisa membuat gerakan bebasMengikuti pikiranMenciptakan banyak kembanganSatu kata bisa membuat ribuan gerak."Kameswara membuka halaman berikutnya, isinya sama. Semua tulisan tidak ada gambar gerakan silat sampai halaman terakhir.Kitab ini tidak terlalu tebal, hanya sekitar lima puluh lembar saja. Bahannya terbuat dari daun lontar.Anak ini merenungkan tulisan di halaman awal tadi. Tidak butuh waktu lama dia menemukan makna tulisan itu.Sekarang dia sadar kenapa di dalam kita

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 018

    Dua hari tanpa henti-henti Kameswara berkelebat bagaikan terbang dari pohon ke pohon.Dia ingin menikmati ilmu meringankan tubuh yang teorinya didapat dari kitab Jaya Buana.Dia menelusuri jalan semula ketika hendak ke hutan Balida, ke arah barat, tapi melalui jalur sepi, karena kalau lewat jalan ramai nanti dia disangka siluman oleh orang-orang biasa karena melihat kecepatan geraknya.Suatu sore ketika sampai di suatu jalan yang cukup lebar, Kameswara hentikan larinya. Lalu menyelinap ke balik semak belukar yang agak jauh dari pinggir jalan. Tidak lelah, tidak haus atau lapar, tentu karena efek sabuk sakti.Kameswara menyelinap karena merasakan akan ada beberapa orang melewati jalan itu. Dia melihat ke arah jalan yang membelok ke kiri.Di ujung belokan jalan terlihat sebuah kereta kuda yang besar ditarik oleh dua kuda sekaligus dan dikawal oleh tujuh orang yang memiliki kemampuan pendekar Madya tingkat dua.Kereta kuda ini tenga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 019

    Kameswara tersenyum tenang. "Jangan tanggung-tanggung, maju semua!" tantangnya, walau dalam hati dia cemas juga. Ini pertarungan pertamanya. Lawan banyakan lagi.Pertarungan pun segera berlangsung. Seperti saran Kameswara, mereka tidak tanggung-tanggung langsung menggunakan senjatanya berupa golok yang ukurannya lebih besar dari golok biasa. Anggota laskar ini sudah tersulut emosi karena sikap Kameswara yang meremehkan. Terlebih lagi pemuda itu belum mengeluarkan jurusnya. Hanya menghindar sambil tersenyum meledek.Yang dilakukan Kameswara bukan sekadar menghindar, tapi membaca pola serangan lawan.Ketika sudah terbaca, otaknya langsung teringat bahwa inti gerakan mereka sama dengan kalimat di baris sekian halaman sekian di dalam kitab Jaya Buana.Tentu saja memahaminya hanya dalam beberapa kejap saja. Kemudian barulah pemuda ini mengeluarkan jurus yang menjadi pemecah serangan lawan.Karena melawan keroyokan, dia kerahkan tenag

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 020

    Masih pura-pura, Kameswara melayani pertarungan ini. Dia seolah-olah baru mencapai pendekar Mula tingkat awal.Ini membuat Dirga Pawana merasa berada di atas angin. Kameswara dibuat jadi bulan-bulanan sehingga senyum angkuh dan sombongnya selalu tersungging di bibirnya.Beberapa pukulan mentah bersarang di tubuh Kameswara membuatnya hilang keseimbangan.Di beberapa anggota badannya tampak memar. Padahal aslinya tidak merasakan sakit sedikitpun.Hingga Kameswara tak kuat lagi menahan dan tubuhnya roboh ke tanah. Dia sengaja karena merasakan ada seseorang yang datang. Dan benar saja, orang yang datang adalah yang dinanti-nantikan. Kirana.Gadis ini datang menghentikan kebengisan Dirga Pawana akibat rasa cemburunya. Wajahnya menunjukan ketidaksukaan."Apa yang kau lakukan?" Kirana menatap marah kepada Dirga Pawana. Lalu menghampiri Kameswara yang tergeletak di tanah lalu berusaha membangunkannya. "Kameswara, kau terluka!"M

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 021

    Bardasora menunjukan ekspresi yang tidak menentu setelah mendapatkan laporan dari anaknya, Dirga Pawana. Bukan merasa marah, tersinggung atau dendam melihat anaknya babak belur.Lelaki setengah baya ini malah bingung tentang Gardasena dan putrinya yang masih berada di rumah.Tidak adanya laporan sejak beberapa hari yang lalu menandakan 'mereka' berhasil dalam misinya."Ayah harus membalaskan penghinaan ini!" seru Dirga Pawana merengek manja.Sang ayah yang tersadar dari lamunannya segera menatap tajam anaknya.Dirga Pawana mengatakan ada anak lelaki yang lebih muda darinya tinggal di rumah Gardasena, anak yang tidak lain adalah Kameswara itu yang membuat dirinya terluka."Tentu anakku, aku akan balaskan sakit hatimu. Aku akan pergi ke sana sekarang juga. Kau rawat saja luka-lukamu dulu!"Kemudian Bardasora pergi, tapi bukan ke rumah Gardasena. Melainkan ke rumah seseorang yang letaknya agak terpencil dari perkampungan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 022

    Sriwuni mulai keteteran, gerakannya selalu tidak tuntas. Belum berhasil menahan serangan yang ini, sudah datang serangan berikutnya.Akibatnya beberapa hantaman pukulan tangan atau gagang golok bersarang di badannya.Bardasora memang tidak berniat melukai si gadis. Dia hanya akan melemahkan saja. Lelaki paruh baya ini mempunyai niat kotor dalam benaknya. Seringai nakal selalu menghiasi wajahnya. Lidahnya sering melelet.Tiga jurus kemudian, Sriwuni sudah tak kuat bertahan lagi. Satu dorongan telapak tangan Bardasora membuatnya terpental sampai dua tombak. Gadis ini hampir saja jatuh kalau seseorang tidak segera menahannya.Dua wajah saling tatap sesaat sebelum Sriwuni kembali berdiri tegak. Dia memang sudah berdebar saat bertarung tadi apalagi mengalami kekalahan dan nyawa terancam, tapi ada debaran lain saat bertemu pandang dengan pemuda yang menolongnya."Bibi!"Suara Kirana menyadarkannya. Dia segera mendekati keponakannya yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 023

    Dengan lancar Kameswara menceritakan tentang dirinya yang terpaksa jadi pendekar karena selalu mendapat hinaan dan perlakuan tidak menyenangkan dari anak-anak lain seumurannya.Diceritakan juga tentang mimpi yang selalu hadir saat dia tidur, yang ternyata adalah kisah nyata kematian tragis kedua orang tuanya. Itu juga alasan lainnya dia jadi pendekar."Aku merasa mereka seperti memintaku untuk membalaskan dendamnya. Pelakunya adalah Laskar Siluman Merah. Kemudian aku juga mendapatkan tugas dari Kakek Kuncung Putih untuk melenyapkan laskar itu dari muka bumi,""Suatu kebetulankah?" tanya Sriwuni."Tidak," jawab Kameswara. "Kakek Kuncung Putih bilang dia sudah menungguku. Sepertinya ini semua sudah diatur,"Kameswara ingat perkataan terakhir Ki Kuncung Putih sebelum dirinya pergi. Bahwa dia akan menunggu orang semacam Kameswara selama seratus tahun lagi."Sekarang apa kau masih terpaksa jadi pendekar?"Kameswara hanya garu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 024

    Perjalanan menuju tempat Nyai Pancaksuji cukup jauh. Bisa memakan waktu sampai lima hari berjalan kaki. Gurunya Sriwuni ini tinggal di sebuah gunung yang bernama Angsana.Sepanjang jalan pikiran Kameswara selalu terganggu. Ada doromgan untuk terus mengikuti Kirana dan bibinya ini.Kameswara yakin ini cuma emosi karena ingin selalu dekat dengan gadis itu. Ini tidak boleh dibiarkan terus.Kameswara harus segera menentukan jalannya sendiri. Menunaikan tugasnya. Jujur, dia memang menyukai Kirana. Orang bilang, jatuh cinta pada pandangan pertama.Tapi apa benar dia sudah jatuh cinta? Apa tidak terlalu muda untuk merasakan kasmaran? Tapi beginilah yang dia rasakan sekarang.Harus ditepiskan dulu. Tugas lebih penting. Ada juga pepatah bilang, cinta menghancurkan segalanya. Jangan sampai terlena oleh keindahan yang belum tentu akan membahagiakan.Ada lagi istilah, mungkin ini hanya cinta monyet. Kameswara garuk-garuk kepala bagian belaka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01

Bab terbaru

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 220

    Jatuh dari ketinggian yang tidak bisa diukur sehingga sosoknya melayang cepat dan menghantam tanah dengan kuat.Bam!Kameswara tidak merasakan apa-apa saking kerasnya benturan. Bahkan bernapas pun susah. Apakah ajal sudah menjemputnya sekarang?Akan tetapi sayup-sayup masih terdengar suara kerumunan orang. Dia merasakan kehadiran banyak orang di sekelilingnya. Tidak jelas apa yang mereka bicarakan. Penglihatannya pun tidak jelas.Apakah dia masih hidup atau sudah mati? Kemudian Kameswara merasakan dirinya ada yang mengangkat. Agak lama kemudian tubuhnya melayang lagi.Buk!Kejap berikutnya pemuda ini sudah tidak ingat apa-apa lagi.***Byur!Kameswara terbangun karena siraman air. Dia langsung memperhatikan sekitarnya. Dia berada di ruangan temaram. Hampir tidak ada penerangan di sini.Setelah memperhatikan lebih jelas ternyata dia berada di dalam ruang kurungan, mengingatkan dia ketika dikurun

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 219

    Kameswara tidak kaget ketika merasakan ada energi besar yang menindih dirinya. Dia ingat pertarungan melawan si kakek gemuk tempo hari.Yang Kameswara cemaskan adalah Ayu Citra. Dia lihat sang istri telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk menahan energi yang membebaninya.Segera saja Kameswara tarik napas dalam-dalam. Himpun semua kekuatan yang dia miliki. Sebagian digunakan untuk menahan himpitan dua energi dari lawannya, juga untuk membantu meringankan beban Ayu Citra.Sebagian lagi disiapkan ke dua tangannya untuk membuat sebuah pukulan. Karena kedua lawannya juga tampak sama. Mereka mengisi kekuatan pada kedua tangan masing-masing.Udara pagi yang sejuk seketika berubah menjadi terik. Hewan-hewan yang sedang berada di dekat mereka langsung menjauh.Bahkan di atas pun tidak burung yang berani lewat.Gentasora dan Rah Wengker tampak bergetar. Tubuh mereka mengeluarkan asap hitam tipis. Sepertinya mereka langsung mengeluarkan aj

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 218

    Prabasari menghambur kembali, menenangkan Kameswara yang seperti sedang kepanasan. Dia mengira lelaki pujaannya ini hanya sakit biasa saja."Tenanglah, aku akan mengobatimu!"Begitu memeluk Kameswara, ternyata tubuh Kameswara terasa sangat panas. Ditambah meronta-ronta dengan kuat, tapi Prabasari tidak peduli. Dia berusaha kuat terus menenangkan.Namun,..."Aaakh!Bruuakk!Akibat rontaan Kameswara yang kuat, tubuh Prabasari terlempar sampai mendobrak jendela lalu jatuh bergulingan ke luar. Ke halaman belakang.Beruntung tidak mengenai Ayu Citra yang duduk di bawahnya karena saking kuatnya dorongan Kameswara.Ayu Citra yang sempat kaget segera berdiri, tapi tetap melantunkan bacaan. Dia berbalik melihat Kameswara yang masih menggeliat-geliat.Tangan kanan si cantik berkerudung ini berusaha menggapai Kameswara. Sebisa mungkin dia menyentuh apa saja bagian tubuh Kameswara yang bisa dijangkau.Tep!

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 217

    Ayu Citra mencari tempat sepi. Berusaha menjauhi perkampungan sampai dia menemukan gubuk kecil di dekat sebuah pancuran.Dia mengambil air wudhu di pancuran karena hari sudah gelap, tapi si cantik ini tidak takut gelap sama sekali.Apalah artinya kegelapan alam dibandingkan dengan kegelapan hatinya.Sekarang sudah waktunya menjalankan kewajiban kepada Tuhannya. Di gubuk itu dia menunaikan ibadahnya. Dia hanya melebarkan kerudungnya agar menutupi sampai bagian lehernya.Karena pakaiannya sudah longgar dan sudah menutupi seluruh badan. Dia tidak sempat mengambil mukena di kamar sewaannya karena saking kacau hatinya.Selesai solat magrib Ayu Citra merenung sambil wiridan. Segala apa yang menimpanya pasti ada sebabnya. Entah itu dari dosa yang diperbuat baik sengaja atau tidak.Semuanya dia pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa Sang pemberi takdir untuk semua manusia di muka bumi.Meski terasa sakit, Ayu Citra membayangkan kembal

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 216

    Ayu Citra melihat sang suami tengah berpacu dalam permainan panas bersama seorang wanita yang tidak dikenalnya.Seorang gadis berkulit putih, cantik, bermata sipit. Bentuk wajahnya agak beda dengan gadis Sunda pada umumnya.Mereka berdua dalam keadaan tanpa sehelai benang pun. Keduanya tampak kaget mendengar teriakan Ayu Citra, tapi sikap Kameswara sepertinya santai saja.Acuh!"Kang, ada apa ini? Kenapa begini, siapa dia?"Gadis berkulit putih malah tersenyum penuh kemenangan. Memperlihatkan barisan giginya yang juga putih dan rapi."Siapa kau, mengapa masuk kamar sembarangan?" sentak si gadis bermata sipit yang tidak lain adalah Prabasari."Kau yang siapa, kenapa masuk ke kamar orang sembarangan, dia suamiku!" Ayu Citra tidak mau kalah."Apa suamimu," sanggah Prabasari masih tetap tersenyum jahat. "Kau lihat baik-baik, siapa dia. Apa dia mengenalmu? Jangan-jangan kau salah orang!"Pandangan Ayu Citra

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 215

    Kameswara melangkah mendekat ke gubuk. Ayu Citra mengikuti sambil menggandeng tangan sang suami. Sampai setengah tombak di depan gubuk Kameswara berhenti.Dari balik bajunya Kameswara mengambil sesuatu lalu diulurkan ke pintu gubuk yang tidak memiliki daun. Sebuah batang bambu kecil yang dibuat sedemikian rupa.Benda yang mengingatkan Eyang Gading Wulung kepada Raden Pamanah Rasa waktu kecil. Rupanya benda ini masih disimpan. Sekarang dibawa Kameswara sebagai bukti.Satu tangan terjulur dari dalam mengambil benda tersebut."Kau mau apa?" tanya si kakek suaranya lebih pelan sekarang.Namun, Ayu Citra masih berjaga-jaga takutnya tiba-tiba menyentak lagi.Kemudian Kameswara mengeluarkan Labu Penyedot Sukma. Memperlihatkan kepada orang yang belum juga memunculkan dirinya."Saya harus menanam ini ke dasar gunung," jawab Kameswara.Agak lama tidak ada jawaban. Lalu dari dalam gubuk kecil ini keluar satu sosok sang pem

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 214

    Kemegahan istana Pakuan yang kini banyak orang menyebutnya Pajajaran masih terbayang di pelupuk mata. Siapapun ingin tinggal dan hidup di sana.Namun, ada takdir yang menuntun apakah seseorang bisa menjadi bagian istana tersebut atau tidak?Termasuk sepasang suami istri pendekar muda Kameswara dan Ayu Citra, mereka tidak ditakdirkan hidup di sana. Bukan karena tidak mau atau tidak ada kesempatan.Prabu Siliwangi menawarkan sebuah jabatan untuk Kameswara, tapi pemuda ini menolak dengan halus. Sewaktu di istana Kawali juga sudah pernah ditawari, jawabannya sama.Kameswara mendengarkan nasihat istrinya, makanya dia menolak jabatan tersebut."Aku tidak ingin menjadi gelap mata, Kang. Mungkin sekarang masih bisa tahan godaan, tapi entah nanti. Lihatlah para menteri yang mendapatkan hukuman kemarin,""Kenapa dengan mereka, Nyai?""Setelah diselidiki, ternyata sebagian dari mereka hanya ingin memenuhi tuntutan istrinya yang sem

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 213

    Belum juga perintah memanah turun, tiba-tiba alun-alun sudah dikepung prajurit khusus. Senapati Raga Kusuma terkejut bukan main. Bagaimana pasukan khusus ini tiba-tiba saja mengepung, apa maksud mereka?Semua yang hadir di sana pun heran kecuali Kameswara dan dua prajurit yang berlutut di sampingnya.Satu sosok gagah tinggi besar dengan pakaian kebesarannya melangkah lebar ke tengah alun-alun menghampiri senapati Raga Kusuma."Senapati utama Yudha Manggala," sebut sang senapati sambil menjura. "Ada apa ini?"Senapati utama Yudha Manggala mendongak dengan wajah angkuh, tapi mengandung wibawa yang begitu tinggi. Semua tahu kedudukan dan kewibawaan sang senapati utama ini."Senapati Raga Kusuma, Menteri Surabraja, Menteri Waragati, Menteri Gunayasa, Menteri Yamaseta dan semua yang terlibat kalian ditangkap!"Suara senapati utama Yudha Manggala menggelegar lalu dituruti belasan prajurit khusus yang langsung meringkus orang-orang yang

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 212

    Jaya Permana masih penasaran, dia belum juga menemukan Ayu Citra. Kemana wanita berkerudung itu pergi? Dia sudah menyusuri setiap tempat.Yang belum di periksa adalah istana Suradipati, tempat kediaman keluarga raja.Melalui jalan samping yang agak jauh, dia berniat menuju belakang bangunan megah paling belakang ini.Semenjak beristrikan Nyai Subang Larang, di belakang istana ini didirikan bangunan kecil yang disebut surau. Digunakan untuk melakukan ibadah dan belajar mengaji putra-putri Nyai Subang Larang.Saat itu hari baru carangcang tihang, jadi masih agak gelap. Dari surau itu terlihat seseorang keluar. Jaya Permana langsung membelalakkan mata."Sudah kuduga, dia pasti ada di sini!"Sang menteri muda langsung bergerak cepat menghampiri, tidak peduli melanggar aturan. Justru dalam hati dia bertanya-tanya kenapa Ayu Citra bisa masuk ke istana Suradipati?"Ayu Citra, akhirnya kutemukan juga!""Mau apa kau?" Ay

DMCA.com Protection Status