"Meeting you was fate, becoming your partner was a choice, but falling in love with you was completely out of my control."
***
Tanpa terasa sebulan sudah Pandu dan Kanaya resmi menjadi sepasang suami istri. Walaupun sejak awal pernikahan, Kanaya telah mengatakan yang sejujurnya bahwa ia tidak mencintai pria tampan itu namun Pandu tetap nekat menikahi gadis cantik itu dan siap menunggu hingga Kanaya pada akhirnya benar-benar bisa mencintainya secara utuh sebagai seorang suami.
Malam itu usai mengajar di kampus, Pandu bergegas pulang karena merindukan sang istri yang memang tengah bertugas sejak beberapa minggu lalu itu dan berharap Kanaya telah kembali dari tugasnya sebagai seorang Cabin Crew dan menyambutnya dengan masakannya yang enak.
Tiba di rumah, ia segera pergi ke kamar namun tidak menemukan siapapun disana.
"Mungkin Kanaya masih di airport." pikir Pandu
Sambil menunggu kepulangan sang istri, seperti biasa ia akan membersihkan diri. Usai mandi, tiba-tiba muncul ide di kepalanya, ia pun bergegas menuju walk in closet dan memilih pakaian terbaiknya namun mendadak kepalanya terasa pusing dan perutnya juga mual.
CKLEK!
"MAS!" panggil Kanaya masuk ke kamar setelah melihat mobil sang suami terparkir di halaman rumah. "Mas, kamu disini?"
Tiba-tiba ia mendengar ada suara seseorang yang muntah di kamar mandi. Ia pun segera berjalan menuju asal suara dan memeriksanya.
Tok Tok Tok!
"Mas, kamu di dalam?" tanya Kanaya memastikan namun tak ada jawaban apapun selain suara orang yang tengah muntah.
Tok Tok Tok!
"Mas Pandu!" panggil Kanaya lagi semakin cemas
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Pandu keluar dengan wajah pucat dan tubuh lemas. Ia kaget sekaligus senang saat melihat sang istri tepat di depannya.
"Astaga, Mas. Kamu kenapa?" tanya Kanaya menggamit lengan sang suami yang tampak lemas itu agar tidak jatuh
Pandu menggeleng. "Tadinya saya mau bikin surprise buat menyambut kepulangan kamu sekaligus merayakan tepat sebulan kita menikah tapi yang terjadi malah sebaliknya, kamu yang bikin surprise saya." kata Pandu tersenyum kecewa
Kanaya tidak berkomentar apapun. Ia membantu Pandu merebahkan diri di kasur dan memintanya untuk istirahat, sementara ia akan memasak sesuatu untuk Pandu.
"Kamu gak usah mikirin apa-apa dulu ya. Sekarang kamu harus istirahat, sepertinya kamu kena maag karena sering telat makan dan begadang terus," ujar Kanaya menyelimuti sang suami. "saya akan memasak sesuatu untuk kamu. Tunggu sebentar ya."
Tiba-tiba Pandu menahan tangan sang istri. "NAY!"
"Iya, Mas?" sahut Kanaya dengan sangat lembut
"Terima kasih ya," ucap pria bertubuh atletis itu dengan senyum bahagia yang menghiasi paras tampannya
Kanaya mengangguk sambil tersenyum hangat lalu pamit keluar.
* *
Setelah hampir 15 menit berkutat di dapur menyiapkan makanan untuk sang suami, akhirnya semuanya beres. Segera ia letakkan di atas nampan semangkuk oat corn creamy soup yang telah ia buat tadi dan segelas air putih.
"Semoga Mas Pandu suka." harap Kanaya
Ia pun berjalan menuju kamar. Di tangga ia berpapasan dengan sang suami yang nampak terburu-buru.
"Mas, kamu mau kemana?" tanya Kanaya menghentikan sang suami yang masih terlihat lemah
"Saya harus ke rumah sakit, ada pasien emergency yang membutuhkan pertolongan secepatnya." jawab Pandu bergegas turun
Dengan sigap tangan Kanaya menahan sang suami. "Kamu harus istirahat, Mas. Kamu juga sedang sakit, toh di sana masih banyak dokter lain 'kan yang bisa menanganinya."
"Tidak ada Nay, dokter yang sedang bertugas juga sedang sibuk dengan pasien lain. Saya harus tetap pergi, tolong lepaskan tangan saya." sanggah Pandu bersikeras
"Tidak! Kamu harus istirahat, saya tidak mau terjadi sesuatu sama kamu karena kamu terlalu memforsir tenaga kamu seperti ini. Tubuhmu juga butuh istirahat, Mas. Jadi saya mohon, ikuti saya kembali ke kamar ya. Saya sudah siapkan makanan untuk kamu." ajak Kanaya menunjukkan makanan yang telah ia masak untuk sang suami
Namun Pandu tetap bersikeras pergi. Ia tidak bisa bersikap egois dan menelantarkan pasien yang membutuhkan pertolongan, lagipula ini masalah kemanusiaan bukan soal lain yang bisa ditunda sejenak.
Walaupun konsekuensinya Pandu harus menyakiti hati sang istri yang mengkhawatirkan kondisinya bahkan mengorbankan kesehatannya sendiri ia tidak peduli, yang ia pedulikan saat ini adalah keselamatan pasien itu.
"Saya benar-benar minta maaf tapi saya harus tetap pergi." lirih Pandu sebelum berangkat ke rumah sakit
Kanaya hanya bisa terdiam memandang bayangan sang suami yang mulai menghilang dari balik pintu. Ia kecewa namun juga kagum dengan suaminya itu. Ia kecewa karena sifat keras kepalanya itu bisa saja membahayakan kesehatannya dan kagum karena dedikasinya yang tinggi pada masalah kemanusiaan khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan.
* * *
Keesokan harinya..
Kanaya tidak bisa tidur semalaman, ia terus memikirkan sang suami yang hingga pagi belum kembali. Ia cemas akan kondisi sang suami yang tengah kurang sehat, namun masih ngeyel tetap pergi.
"Kenapa Mas Pandu belum pulang juga ya sampai sekarang?" batin Kanaya penuh rasa cemas
Tok Tok Tok!
"MAS PANDU?" serunya segera keluar dari kamar dan berlari menuju pintu depan
CKLEK!
"Mas Pandu, kamu.. " lirih Kanaya tertahan saat melihat siapa yang datang
"Selamat pagi!"
"Pagi." jawab Kanaya kaget bercampur cemas melihat kedatangan aparat kepolisian di kediamannya
"Apakah benar ini kediaman Bapak Pandu Dirgantara?" tanya salah satu anggota kepolisian
"Iya, benar. Ini kediaman Pandu Dirgantara, saya adalah istrinya." jawab Kanaya. "maaf, kalau boleh saya tahu ada keperluan apa bapak-bapak sekalian mencari suami saya?" tanya Kanaya
"Kami baru saja mendapatkan laporan bahwa pagi dini hari tadi, mobil dengan nomor kendaraan B 1010 PND atas nama Pandu Dirgantara ditemukan mengalami kecelakaan di jalan Merdeka Barat," terang salah seorang polisi muda dengan name tag Bripka. Randy Aditya itu. "saat ini korban tengah ditangani oleh tim medis di Jakarta Metropolitan Hospital."
Kanaya syok dan segera bergegas menuju rumah sakit untuk melihat kondisi sang suami.
* *
Kanaya tiba di rumah sakit bersama beberapa anggota polisi yang tadi mengabarkan tentang kecelakaan yang dialami sang suami.
"Terima kasih banyak, Pak sudah mengawal saya sampai ke rumah sakit." ucap Kanaya masih berusaha tersenyum di antara rasa cemas dan takut yang menyelimuti hatinya kala itu
"Terima kasih kembali, Bu. Baik, kami permisi. Selamat pagi." ujar Bripka Randy dengan ramah khas seorang abdi negara
Usai para polisi itu meninggalkan rumah sakit. Kanaya bergegas menuju IGD untuk melihat kondisi sang suami, setelah sebelumnya menanyakan informasi tersebut pada resepsionis rumah sakit.
"MAS PANDU!" menghampiri sang suami yang terbaring lemah
"NAY?"
"Kamu baik-baik saja 'kan Mas?" tanya Kanaya duduk di samping sang suami. Pandu mengangguk seraya menampilkan senyum khasnya. "Syukurlah, kamu baik-baik saja." ucap Kanaya lega
Tiba-tiba ekspresi Kanaya berubah. "Tadi itu kamu hampir aja bikin aku jantungan tau gak! Kamu bayangkan saja tiba-tiba ada polisi datang ke rumah kasih kabar ke aku bahwa kamu mengalami kecelakaan, aku 'kan jadi panik dan takut. Beruntungnya aku gak punya riwayat sakit jantung, kalau gak mungkin kamu gak akan melihat aku lagi setelah ini." keluhnya bangkit dan berdiri di samping ranjang rawat sang suami sambil mengeluarkan seluruh isi hatinya
Pandu hanya tersenyum menanggapi keluhan sang istri yang semakin membuat kesal Kanaya. Pandu paham sang istri pasti sangat mengkhawatirkannya, setelah sebelumnya mereka juga sempat cekcok kecil bahkan Pandu tidak kembali hingga keesokan harinya dan hal itu tentu membuat sang istri cemas, ditambah dengan kedatangan beberapa anggota polisi mengabarkan jika dirinya mengalami kecelakaan, tentunya semakin menambah kalut pikiran sang istri.
"Beruntung kamu gak terluka parah. Aku benar-benar takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.. " di interupsi oleh Pandu
"Saya minta maaf ya, sudah membuat kamu cemas." sesal Pandu menggenggam tangan mulus wanita yang telah dinikahinya satu bulan lalu itu
Kanaya terdiam sesaat. Pandu memandang Kanaya dengan tatapan bersalah. Melihat Pandu yang nampak begitu bersalah walau sebenarnya hal itu wajar terjadi toh bukan keinginan Pandu mendapatkan musibah ini.
"Aku juga minta maaf ya, Mas karena ngomelin kamu gak jelas tadi." sesal Kanaya mengusap lembut tangan kokoh yang menggenggam tangannya itu
"Jadi sekarang sudah pakai aku-kamu nih, gak pake saya-kamu lagi?" celetuk Pandu menampilkan wajah jailnya
Kanaya tersadar. Ia kembali mengulang ingatannya. "Sejak kapan ia mulai bicara sesantai ini?"
"Kenapa? Kamu baru sadar, ya?" goda Pandu seraya tersenyum manis yang seketika membuat Kanaya terdiam. "Aku senang sekali jika kamu benar-benar bisa sesantai ini ketika bersamaku. Aku merasa jauh lebih dekat dengan kamu, walau aku tahu kamu belum bisa mencintaiku sebagai suami kamu namun dengan kamu bersikap demikian, itu sudah lebih dari cukup untukku." ungkap Pandu dengan senyum bahagia
Kanaya benar-benar kehabisan kata-kata dan lebih memilih pergi dengan dalih ingin membeli sarapan.
"Kamu tidak perlu berusaha menghindariku seperti itu Nay, hanya karena kamu takut jatuh cinta padaku." cetus Pandu
Kata-kata Pandu itu seketika menghentikan langkah Kanaya. "Aku.. "
"Aku tidak akan memaksa seseorang untuk mencintaiku, sekalipun orang itu adalah pasanganku," terang Pandu dengan mantap. "karena aku yakin cinta bisa tumbuh seiring waktu dan intensitas pertemuan yang ada."
"Jangan berharap lebih dariku, Mas. Aku gak mau kamu terluka karena hal itu." lirih Kanaya sesaat sebelum keluar dari IGD
"Aku pun berharap demikian, Nay. Namun apalah daya aku hanya manusia biasa yang hanya bisa berharap namun Tuhan lah yang menentukan semuanya." batin Pandu
* * *
* * *
"I can never tell you that I love you because I am afraid you'll run away." *** Keesokan harinya.. "Aku 'kan sudah bilang sama kamu, Mas jangan pergi tapi kamu masih ngeyel dan akhirnya apa?" omel Kanaya kembali menumpahkan emosinya terkait kecelakaan yang menimpa sang suami beberapa waktu lalu Pandu hanya bisa mendengarkan omelan sang istri dengan hati lapang. Ia sedang tidak minat untuk berdebat dengan sang istri. Tok Tok Tok! "Siapa sih yang datang malam-malam begini?" keluh Kanaya kesal karena berani-beraninya mengganggu sang singa betina yang tengah marah CKLEK! "PAPA MA
"Love like you'll never get hurt." *** Beberapa hari kemudian.. Usai beberapa hari lalu kedatangan tamu kedua orangtuanya yang bisa dikatakan membuat mereka- Kanaya dan Pandu lebih mengerti satu sama lain, setelah sebelumnya sempat bersitegang perkara kecelakaan yang dialami Pandu beberapa waktu lalu. Mungkin Kanaya terlihat berlebihan dalam merespon hal tersebut namun itu normal mengingat ia pernah mengalami hal serupa di masa lalu, ketika ia harus kehilangan sosok yang dicintainya dalam sebuah kecelakaan. Hal itulah yang membuat Kanaya begitu sensitif terhadap peristiwa naas itu karena masih dibayangi masa lalunya yang kelam dan ketakutan apabila peristiwa itu kembali terjadi. Siang itu, ia mengajak sang suami untuk menemaninya belanja bulanan
"Losing a loved one is not what hurts the most: it's wishing them back that does." *** Usai menikmati makan siang, pasangan muda itu segera meninggalkan restoran setelah sebelumnya membayar tagihan di kasir dan bersiap kembali ke kediaman mereka. Di perjalanan pulang, mereka kembali terlibat obrolan seputar mantan tunangan Kanaya yang tewas dalam kecelakaan pesawat lima tahun lalu itu. "Maaf ya jika tadi aku terlalu lancang mengulik luka lama kamu," kata Pandu menatap sekilas sang istri yang duduk di sampingnya. "seharusnya aku tidak bersikap demikian, karena hal itu sebenarnya bukan urusanku. Aku benar-benar menyesal, maafkan aku ya." sesalnya kecewa dengan dirinya sendiri "Tidak apa-apa kok, Mas. Aku baik-baik saja kok, toh semuanya juga sudah ber
"Family, we may not have it all together, but together we have it all." *** Hari yang cerah di awal Desember, secerah wajah Pandu yang begitu bersinar bagai mentari pagi itu. Ia tak dapat menutupi perasaan bahagianya akhir-akhir ini karena sikap Kanaya yang sudah mulai terbiasa dengan kehidupan mereka sebagai sepasang suami istri. "Pagi, Pak!" sapa salah seorang mahasiswa "Pagi!" sahut Pandu tersenyum ramah "Pagi, Pak!" sapa mahasiswa yang lain "Pagi!" sahutnya lagi berjalan menuju ruangannya. Tiba di ruangannya, Pandu mendapati setumpuk makalah mahasiswa di atas meja kerjanya. Tok Tok
"Work is my therapy!" *** Cuaca yang dingin membuat gadis pemilik sorot tajam dan mengintimidasi itu semakin hanyut dalam mimpi indah. Wajahnya yang biasanya flat dan cenderung kaku kala terjaga itu berubah teduh dan damai saat matanya terpejam dalam buaian mimpi. Namun semuanya tiba-tiba berubah dan kembali seperti semula kala sebuah pesan masuk ke ponsel pintarnya. Drtt drtt drtt! "Hah? Sekarang?" batinnya Beberapa saat kemudian.. "Lho Nay, kamu mau kemana pagi-pagi begini?" selidik Wiyana melihat Kanaya yang telah rapi dengan seragam kerjanya "A
"Love can sometimes be magic. But magic can sometimes just be an illusion." *** Tok tok tok! "Silakan masuk!" suruh Abhimanyu CKLEK! "Permisi, Prof!" kata Pandu menyembul dari balik pintu menunggu sang empunya ruangan memberikan izin "Iya, silakan masuk," ulang beliau. Pandu melangkah masuk ke ruangan bercat putih itu dan berdiri mematung sambil memperhatikan sosok paro baya yang begitu di kaguminya. "silakan duduk, dr. Pandu." titah beliau Pria tampan berkulit putih itu pun duduk di sofa krem berseberangan dengan Abhimanyu. "Begini, saya ingin mengucapkan terima kas
"Find someone who wants to be with you without question, accept you for who you are and that someone is me." *** Tepat pukul sepuluh, tanggal sepuluh, bulan sepuluh di tahun 2020 Kanaya dan Pandu resmi menjadi sepasang suami istri. Pandu berhasil mengucapkan janji suci pernikahan dengan lancar, pun jua membuat para tamu juga keluarga dari kedua mempelai lega sekaligus bahagia. "Selamat ya, Nak! Sekarang kamu sudah resmi menjadi suami Kanaya," ujar Abhimanyu memeluk Pandu yang kini telah resmi menjadi suami dari putrinya itu. "Selamat datang di Keluarga Raheja, Papa berdo'a semoga rumahtangga kalian berdua selalu di penuhi kebahagiaan," sambutnya diiringi dengan tepukan hangat pada punggung lebar sang menantu. "Terima kasih, Prof." Jawab Pandu sembari tersenyum hangat "Jangan panggil saya, Prof. Sekarang saya adalah mertua kamu dan kamu adalah men
"Love is not what you say, love is what you do." *** Malam itu usai bertugas di rumah sakit, Pandu bergegas pulang. Tiba di rumah, ia segera menuju kamar untuk mandi dan berganti pakaian. Namun ia baru menyadari, jika sejak ia pulang, pria berwajah teduh itu belum melihat Kanaya, sang istri. "Dimana Kanaya?" pikirnya sambil berjalan keluar dari kamar Tiba-tiba matanya menangkap sosok Kanaya yang tengah tertidur di meja makan dengan apron yang masih menempel di tubuhnya. "Sepertinya ia kelelahan setelah seharian berkutat dengan urusan domestik," pikir Pandu iba Pandu berjalan mendekati sosok wanita kesayangannya yang nampak masih terlelap itu. Dipandanginya setiap inci wajah ayu yang me