"I can never tell you that I love you because I am afraid you'll run away."
***
Keesokan harinya..
"Aku 'kan sudah bilang sama kamu, Mas jangan pergi tapi kamu masih ngeyel dan akhirnya apa?" omel Kanaya kembali menumpahkan emosinya terkait kecelakaan yang menimpa sang suami beberapa waktu lalu
Pandu hanya bisa mendengarkan omelan sang istri dengan hati lapang. Ia sedang tidak minat untuk berdebat dengan sang istri.
Tok Tok Tok!
"Siapa sih yang datang malam-malam begini?" keluh Kanaya kesal karena berani-beraninya mengganggu sang singa betina yang tengah marah
CKLEK!
"PAPA MAMA?" seru Kanaya tak bisa membendung perasaan kagetnya
Ternyata yang datang adalah Abhimanyu dan sang istri, Wiyana.
"Kenapa sih Papa dan Mama pakai acara kesini segala, aku 'kan belum puas ngomelin Mas Pandu yang bandel itu!" batin Kanaya kesal
Karena sepertinya pasangan paruh baya itu berkunjung disaat yang kurang tepat, saat anak dan menantu mereka tengah adu argumen.
"Papa, kok tidak bilang dulu mau kesini?" menyambut kedua orangtuanya itu dengan wajah seadanya menunjukkan emosinya yang sesungguhnya
Pandu menghampiri mertuanya tersebut. "Papa, Mama." sapanya menyalami pasangan paruh baya itu seperti biasa
"Bagaimana kondisi kamu, Pandu?" tanya Abhimanyu membuka pembicaraan
Pandu tersenyum. "Seperti yang bisa Papa lihat sendiri, sekarang kondisi saya sudah jauh lebih baik, tapi masih harus banyak istirahat dulu." jawab Pandu
Abhimanyu mengangguk paham. "Syukurlah kalau demikian. Papa yakin kamu akan segera pulih, apalagi ada Kanaya disisi kamu." ucap Abhimanyu tersenyum
Pandu mengangguk seraya tersenyum simpul sedang Kanaya masih nampak kesal.
"Oh iya, Pa. Papa dan Mama menginap disini 'kan?" pancing Kanaya seakan gembira kedatangan kedua orangtuanya
"Sepertinya tidak sayang, karena besok Papa masih banyak urusan yang harus diselesaikan di kampus dan Mama juga ada klien penting kan Ma yang akan datang besok ke restoran." terang Abhimanyu yang sangat disyukuri oleh Kanaya
"Iya sayang. Jadi kapan-kapan saja ya kami menginapnya, lagi pula tidak enak sama Pandu, dia 'kan butuh ketenangan. Nanti kalau kami disini, yang ada merepotkan kalian. Kasihan Pandu, dia lebih butuh kamu." timpal Wiyana seakan mengerti situasi yang tengah terjadi
"Tidak apa-apa kok, Ma. Saya senang jika kalian menginap, rumah terasa lebih ramai." sanggah Pandu yang seketika membuat Kanaya tercengang
"Tapi kamu 'kan perlu banyak istirahat, tidak apa-apa lain waktu saja." tolak Wiyana melirik sang puteri semata wayang yang nampak kesal dengan keputusan sang suami
"Tidak masalah kok, Ma. Saya baik-baik saja, kalian menginap disini ya. Saya akan siapkan kamarnya." bujuk Pandu beranjak dari sana
Pasangan suami istri paruh baya itu hanya bisa terdiam memandang menantunya itu.
"MAS PANDU TUNGGU!" cegat Kanaya menahan sang suami yang terlihat masih lemah. "Biar aku saja yang siapin kamarnya, kamu duduk saja temenin Papa dan Mama."
Pandu menatap dalam Kanaya. "Apa kamu sudah tidak marah lagi padaku?" batinnya lalu beralih pada kedua mertuanya.
"Iya Pandu, biar Kanaya saja yang siapkan. Kamu istirahat saja, ayo kemari duduk disini sama kami." ajak Wiyana menepuk ruang hampa sofa di sampingnya
Kanaya membantu sang suami duduk di sofa bersama kedua orangtuanya.
"Sebentar ya Pa, Ma, Mas. Aku tinggal ke kamar dulu." pamit Kanaya bergegas menuju kamar tamu
"Iya sayang." jawab Wiyana
Akhirnya malam itu Pandu bersama kedua mertuanya duduk berbincang di ruang tamu sembari menunggu Kanaya yang tengah mempersiapkan kamar untuk kedua orangtuanya.
"Mama senang sekali, melihat Nay bisa kembali perhatian pada orang lain, iya 'kan Pa?" lirih Wiyana berusaha mencairkan suasana yang nampak dingin itu
"Maaf sebelumnya, Ma. Jika saya menanyakan hal ini," lirih Pandu. "memang sebelumnya Kanaya sosok yang seperti apa? Apakah sangat berbeda dari yang sekarang?"
"Lima tahun lalu, Kanaya pernah berada di titik terendah dalam hidupnya saat ia harus kehilangan pria yang nyaris menjadi suaminya," terang Wiyana menerawang ke masa lampau. "pria itu tewas dalam kecelakaan pesawat yang dalam sekejap membawanya pergi jauh dari sisi Kanaya, meninggalkan Kanaya bersama luka yang teramat dalam hingga nyaris merenggut nyawanya."
Pandu tertegun. Ia mulai berpikir mungkin inilah alasannya kenapa Kanaya belum bisa membuka hatinya kembali. Ia pernah terluka yang teramat dalam.
Abhimanyu menghela napas dalam. "Kanaya pernah beberapa kali berniat mengakhiri hidupnya namun selalu gagal dan puncaknya ia harus di rehabilitasi di salah satu rumah sakit kejiwaan karena menderita depresi berat pasca kejadian itu."
"Kanaya pernah depresi, Pa?" tanya Pandu seolah tak bisa mempercayai apa yang telah didengarnya itu
Abhimanyu mengangguk lemah. "Iya, namun beruntungnya dia bisa bangkit lagi walau dengan susah payah. Mungkin karena itulah dia begitu sulit untuk membuka hatinya kembali untuk orang baru karena masih ada trauma dan luka yang belum pulih, yang mungkin bisa saja terulang kembali." ungkap Abhimanyu dengan mata berkaca-kaca
"Karena itu juga Mama minta Papa untuk segera menikahkan Kanaya, dan Papa memilih kamu dengan harapan kamu bisa mengembalikan jati diri Kanaya yang dulu, menyembuhkan luka yang pernah ada di hatinya dengan semua nilai positif yang kamu miliki." jelas Abhimanyu kembali tersenyum kala mengingat momen ia meminta Pandu menikahi Kanaya
Pandu ikut tersenyum. "Saya benar-benar tidak mengira bahwa Kanaya pernah berada di titik terendah dalam hidupnya. Saya berharap, saya tidak akan mengecewakan Papa dan Mama yang sudah memilih saya untuk menjadi penawar luka bagi Kanaya. Saya benar-benar menghargai itu, terima kasih Pa, Ma atas kepercayaan yang telah kalian berikan kepada saya." kata Pandu
Kanaya terlihat menuruni tangga yang seketika membuat pembicaraan itu berakhir begitu saja. "Pa, Ma kamarnya sudah siap. Kalau kalian mau istirahat, silahkan." jelas Kanaya datang
"Iya sudah, Mama mau ke kamar dulu deh. Papa mau ikut?" tanya Wiyana seolah memberi isyarat agar membiarkan pasangan muda itu menyelesaikan masalah mereka
"Ikut dong. Kami ke kamar dulu ya, Pandu kamu juga istirahat ya." pesan Abhimanyu menepuk pundak sang menantu kesayangan yang segera di angguki oleh Pandu
"Kamarnya di sebelah kanan, pintu kedua." ujar Kanaya
"Ajak suami kamu ke kamar sana, biar dia cepat sembuh." bisik Abhimanyu agak 'nakal' sebelum naik ke atas yang hanya di respon Kanaya dengan senyum tipis
Kanaya masih berdiri mematung sedang Pandu masih termenung bersama pikirannya sendiri.
"MAS!" panggil Kanaya mendekati sang suami. Pandu menoleh dan mendapati sang istri telah berdiri di sampingnya. "aku minta maaf, ya." sesalnya tertunduk malu
"Minta maaf untuk apa? Kamu 'kan tidak salah, apa yang kamu katakan tadi memang benar adanya dan aku tidak akan menyangkal itu semua. Aku yakin, kamu melakukan itu karena kamu peduli padaku." terang Pandu dengan nada yang sangat tenang dan datar bagai tak ada emosi di dalamnya
Kanaya terdiam. Pandu bangkit dari sofa dan berdiri berhadapan dengan sang istri.
Dipegangnya pundak sang istri. "Terima kasih karena sudah berusaha menjadi istri terbaik untukku." kata Pandu tersenyum simpul lalu pamit ke kamar
Tiba-tiba punggung Pandu menghangat, Kanaya memeluknya dari belakang. "Aku benar-benar minta maaf, Mas. Aku janji, akan berusaha untuk bisa mencintai kamu. Aku janji."
Pandu terdiam sesaat berusaha mengendalikan perasaannya. "Nay, aku tidak pernah memaksa kamu untuk bisa mencintaiku jika memang kamu tidak menginginkannya. Aku siap menunggu hingga waktunya tiba dan kamu bisa menjadi istriku yang seutuhnya. Aku rela menunggu waktu itu tiba walau hingga akhir usiaku nanti kamu baru bisa mencintaiku, aku rela."
Kanaya terdiam. Ia merasakan guncangan aneh di hatinya kala mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut sang suami.
"Kamu jangan tidur kemalaman ya, nanti kamu sakit." pesan Pandu mengelus lembut tangan sang istri yang tengah mendekapnya erat itu yang seketika membuat pelukan Kanaya mengendur hingga akhirnya terlepas dan Pandu pun beranjak untuk kembali ke kamar
"Entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku, Mas." lirih Kanaya menatap bayangan sang suami
* * *yang mulai menjauh
* * *
"Love like you'll never get hurt." *** Beberapa hari kemudian.. Usai beberapa hari lalu kedatangan tamu kedua orangtuanya yang bisa dikatakan membuat mereka- Kanaya dan Pandu lebih mengerti satu sama lain, setelah sebelumnya sempat bersitegang perkara kecelakaan yang dialami Pandu beberapa waktu lalu. Mungkin Kanaya terlihat berlebihan dalam merespon hal tersebut namun itu normal mengingat ia pernah mengalami hal serupa di masa lalu, ketika ia harus kehilangan sosok yang dicintainya dalam sebuah kecelakaan. Hal itulah yang membuat Kanaya begitu sensitif terhadap peristiwa naas itu karena masih dibayangi masa lalunya yang kelam dan ketakutan apabila peristiwa itu kembali terjadi. Siang itu, ia mengajak sang suami untuk menemaninya belanja bulanan
"Losing a loved one is not what hurts the most: it's wishing them back that does." *** Usai menikmati makan siang, pasangan muda itu segera meninggalkan restoran setelah sebelumnya membayar tagihan di kasir dan bersiap kembali ke kediaman mereka. Di perjalanan pulang, mereka kembali terlibat obrolan seputar mantan tunangan Kanaya yang tewas dalam kecelakaan pesawat lima tahun lalu itu. "Maaf ya jika tadi aku terlalu lancang mengulik luka lama kamu," kata Pandu menatap sekilas sang istri yang duduk di sampingnya. "seharusnya aku tidak bersikap demikian, karena hal itu sebenarnya bukan urusanku. Aku benar-benar menyesal, maafkan aku ya." sesalnya kecewa dengan dirinya sendiri "Tidak apa-apa kok, Mas. Aku baik-baik saja kok, toh semuanya juga sudah ber
"Family, we may not have it all together, but together we have it all." *** Hari yang cerah di awal Desember, secerah wajah Pandu yang begitu bersinar bagai mentari pagi itu. Ia tak dapat menutupi perasaan bahagianya akhir-akhir ini karena sikap Kanaya yang sudah mulai terbiasa dengan kehidupan mereka sebagai sepasang suami istri. "Pagi, Pak!" sapa salah seorang mahasiswa "Pagi!" sahut Pandu tersenyum ramah "Pagi, Pak!" sapa mahasiswa yang lain "Pagi!" sahutnya lagi berjalan menuju ruangannya. Tiba di ruangannya, Pandu mendapati setumpuk makalah mahasiswa di atas meja kerjanya. Tok Tok
"Work is my therapy!" *** Cuaca yang dingin membuat gadis pemilik sorot tajam dan mengintimidasi itu semakin hanyut dalam mimpi indah. Wajahnya yang biasanya flat dan cenderung kaku kala terjaga itu berubah teduh dan damai saat matanya terpejam dalam buaian mimpi. Namun semuanya tiba-tiba berubah dan kembali seperti semula kala sebuah pesan masuk ke ponsel pintarnya. Drtt drtt drtt! "Hah? Sekarang?" batinnya Beberapa saat kemudian.. "Lho Nay, kamu mau kemana pagi-pagi begini?" selidik Wiyana melihat Kanaya yang telah rapi dengan seragam kerjanya "A
"Love can sometimes be magic. But magic can sometimes just be an illusion." *** Tok tok tok! "Silakan masuk!" suruh Abhimanyu CKLEK! "Permisi, Prof!" kata Pandu menyembul dari balik pintu menunggu sang empunya ruangan memberikan izin "Iya, silakan masuk," ulang beliau. Pandu melangkah masuk ke ruangan bercat putih itu dan berdiri mematung sambil memperhatikan sosok paro baya yang begitu di kaguminya. "silakan duduk, dr. Pandu." titah beliau Pria tampan berkulit putih itu pun duduk di sofa krem berseberangan dengan Abhimanyu. "Begini, saya ingin mengucapkan terima kas
"Find someone who wants to be with you without question, accept you for who you are and that someone is me." *** Tepat pukul sepuluh, tanggal sepuluh, bulan sepuluh di tahun 2020 Kanaya dan Pandu resmi menjadi sepasang suami istri. Pandu berhasil mengucapkan janji suci pernikahan dengan lancar, pun jua membuat para tamu juga keluarga dari kedua mempelai lega sekaligus bahagia. "Selamat ya, Nak! Sekarang kamu sudah resmi menjadi suami Kanaya," ujar Abhimanyu memeluk Pandu yang kini telah resmi menjadi suami dari putrinya itu. "Selamat datang di Keluarga Raheja, Papa berdo'a semoga rumahtangga kalian berdua selalu di penuhi kebahagiaan," sambutnya diiringi dengan tepukan hangat pada punggung lebar sang menantu. "Terima kasih, Prof." Jawab Pandu sembari tersenyum hangat "Jangan panggil saya, Prof. Sekarang saya adalah mertua kamu dan kamu adalah men
"Love is not what you say, love is what you do." *** Malam itu usai bertugas di rumah sakit, Pandu bergegas pulang. Tiba di rumah, ia segera menuju kamar untuk mandi dan berganti pakaian. Namun ia baru menyadari, jika sejak ia pulang, pria berwajah teduh itu belum melihat Kanaya, sang istri. "Dimana Kanaya?" pikirnya sambil berjalan keluar dari kamar Tiba-tiba matanya menangkap sosok Kanaya yang tengah tertidur di meja makan dengan apron yang masih menempel di tubuhnya. "Sepertinya ia kelelahan setelah seharian berkutat dengan urusan domestik," pikir Pandu iba Pandu berjalan mendekati sosok wanita kesayangannya yang nampak masih terlelap itu. Dipandanginya setiap inci wajah ayu yang me
"Meeting you was fate, becoming your partner was a choice, but falling in love with you was completely out of my control." *** Tanpa terasa sebulan sudah Pandu dan Kanaya resmi menjadi sepasang suami istri. Walaupun sejak awal pernikahan, Kanaya telah mengatakan yang sejujurnya bahwa ia tidak mencintai pria tampan itu namun Pandu tetap nekat menikahi gadis cantik itu dan siap menunggu hingga Kanaya pada akhirnya benar-benar bisa mencintainya secara utuh sebagai seorang suami. Malam itu usai mengajar di kampus, Pandu bergegas pulang karena merindukan sang istri yang memang tengah bertugas sejak beberapa minggu lalu itu dan berharap Kanaya telah kembali dari tugasnya sebagai seorang Cabin Crew dan menyambutnya dengan masakannya yang enak.