Lanting Beruga menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. Pendekar didepannya ini mungkin baru menginjak level tanding, itupun baru perkiraan Lanting Beruga.
Sekarang dengan level serendah itu dia berbicara seolah dapat mengalahkan Lanting Beruga? tidak tahu diri.
"Berapa uang yang kau butuhkan? 1000 keping emas, atau 2000 keping emas?" ucap pendekar itu, dia melemparkan lirikan mata yang sinis lalu berkata lagi dengan sombong, "uang sebanyak itu cukup untuk membuatmu tidur dan makan selama 10 tahun!"
"Maafkan aku, tapi aku tidak berniat menjual Garuda Kencana kepada siapapun, lagipula aku sedang tidak butuh uang ..." jawab Lanting Beruga.
Pendekar itu tampak geram, dia mengepalkan tinju ke arah Lanting Beruga, tapi pemuda itu malah membuang muka ke samping.
Pandangan Lanting Beruga mengintip pada celah jendela kapal. Tampak air laut bergelombang pelan, sesekali dia melihat tarian burung camar sebelum menukik ke laut, lalu terbang lagi dengan ikan k
Mendengar hal tersebut, hilang sudah sifat ramah dari Panglima perang ini. Lanting Beruga tampaknya sedang mempermainkan dirinya di hadapan orang banyak, jelas dia tidak bisa terima.Panglima perang lantas berniat mengambil Garuda Kencana yang tidur di samping Lanting Beruga, tapi sebelum tangannya menyentuh burung elang berkaki empat tersebut, mata Garuda Kencana terbuka.Sorot mata tajam dari burung tersebut, membuat Panglima itu menjadi lebih geram lagi.Belum sempat dia menyentuh bulu-bulu Garuda Kencana, tangan pria itu sudah di patuk olehnya."Sial ..." geraman kecil terdengar keluar dari mulut Panglima itu, tapi sedetik kemudian dia bersikap seperti biasanya, mencoba untuk tenang dan menjaga wibawanya.Masih berniat menerkam Garuda Kencana, tapi burung itu telah terbang di ke sisi lain.Dia membuka dua sayapnya yang terbentang begitu lebar. Seolah menantang Panglima tersebut untuk bertarung."Apa yang kalian lihat!" bentak Pang
Panglima Berjanggut Panjang menerjang ke arah Lanting Beruga, tendangan ini bisa saja menghancurkan wajah seorang pendekar biasa, tapi yang dihadapi oleh orang ini adalah Lanting Beruga.Pemuda itu hanya manarik kakinya ke kiri, menghindari terjangan kaki Panglima Berjanggut.Hampir saja serangan pria itu kebablasan, yang membuatnya nyaris masuk ke dalam lautan, jika bukan karena Lanting Beruga menarik kerah bajunya."Kakek tua, apa kau mau berenang ke laut?" sindir Lanting Beruga, "Daratan begitu jauh dari sini, kau mau berenang sampai ke tepian?"Jelas saja ejekan ini menambah amarah Panglima Berjanggut Panjang.Dia melesat ke bawah, menyapukan tendangan untuk menjatuhkan Lanting Beruga, tapi tidak berhasil, dia kemudian melayang ke udara, masih dengan serangan kaki yang mengandung tenaga dalam.Lanting Beruga hanya menarik wajahnya ke belakang beberapa jari saja, sudah bisa menghindari tendangan Panglima Berjanggut panjang.Seranga
Tombak bermata seputih perak itu menujam ke arah dada, mengandung tekanan tenaga dalam yang sangat besar, tapi Lanting Beruga melentikkan tubuhnya ke belakang hingga ujung tombak itu hanya berjarak satu jari dari perut Lanting Beruga.Boom.Gelombang kejut yang dihasilkan oleh ujung mata tombak menghancurkan dinding buritan kapal sebesar kepalan tinju."Pak tua, itu tadi berbahaya!" teriak Lanting Beruga, "Kau mau menenggelamkan kapal ini?""Bocah jangan banyak bicara, tunjukan semua kekuatanmu padaku!"Lanting Beruga menggelengkan kepalanya, jelas situasi seperti sangat dihindarinya, tapi apa boleh buat jika Panglima Berjanggut Panjang ini tidak dihentikan dia bisa membunuh banyak orang di kapal ini.Lanting Beruga bisa melihat wajah-wajah panik para penumpang kapal, lebih-lebih bagi mereka yang berada di lantai ke dua.Beberapa awak kapal memperingatkan Panglima Berjanggut Panjang untuk menghentikan tindakannya, tapi awak kapal itu
Lanting Beruga kembali duduk di bangku awal, tapi kini di samping pemuda itu ada gadis kecil bangsawan yang sedang mengelus pelan bulu Garuda Kencana.Sesekali gadis kecil itu tertawa cekikikan, tapi sesekali pula terlihat sedang berbicara dengan Garuda Kencana.Lanting Beruga hanya tersenyum tipis menyaksikan hal itu. Mengunyah jahe merah darah, pemuda itu berniat untuk menutup matanya, tapi tiba-tiba ada beberapa pendekar dan Panglima Berjanggut Panjang yang kini janggutnya sudah di potong, menghampiri Lanting Beruga."Sudah aku bilang, aku tidak akan menjualnya!" ketus Lanting Beruga."Bukan seperti itu, Pendekar Muda sudah salah paham," ucap Panglima tersebut, "kami hanya ingin mengundangmu duduk di lantai atas, tempatnya sangat nyaman dan ada banyak minuman di sana."Lanting Beruga terlihat tidak senang, dia menyipitkan mata dan ini membuat empat pendekar di belakang Panglima itu menjadi khawatir, "Aku tahu yang kalian pikirkan, kalian tidak i
"Aku tidak tahu sampai kapan bisa bernapas untuk melindunginya," ucap Panglima tersebut, "tapi aku percaya jika Tuanku akan membawa kebaikan suatu saat nanti."Lanting Beruga menatap gadis kecil itu, tampak begitu nyaman saat sedang tidur. Sepertinya dia masih berumur 9 tahunan, atau mungkin kurang, tapi di usia seperti itu dia harus merelakan masa kanak-kanaknya karena berjuang hidup dari buruan negerinya sendiri.Mencoba untuk pergi ke Swarnadwipa adalah satu-satunya pilihan yang mereka miliki saat ini. Meminta perlindungan negri tersebut, mengingat ibunya berasal dari tanah Andalas."Jika Swarnadwipa tidak bisa melindunginya, entah kemana lagi kami harus bersembunyi ..." ucap Panglima itu."Kenapa kau mengatakan rahasia ini kepadaku?" tanya Lanting Beruga."Entahlah, aku rasa kau bukan orang jahat, paling tidak aku bisa mencurahkan semua yang kupikirkan saat ini."Lanting Beruga sekali lagi menatap ke arah Gadis Kecil itu, Gadis yang bern
Sementara itu, Yanca berada di atas kapal yang melaju kencang. Bersama dengan dirinya ada beberapa orang pendekar level tanpa tanding dan dua orang pendekar level bumi tinggi.Yanca berdiri tegak di atas dek utama kapal, dengan menatap tajam ke arah Kapal Kekaisaran Tang, dan jelas tidak senang.Perang dingin antara Kekaisaran Tang dan Aliran Darah Besi semakin meruncing semenjak perang politik antara kedua belah pihak.Kini diantara dua kelompok ini mulai memperkuat diri, dan tampaknya akan saling menekan satu sama lain."Sudah aku duga, Kekaisaran Tang tidak akan tinggal diam setelah mendengar informasi mengenai prasasti tersebut," gumam Yanca, dia mengepalkan tinju dengan kuat."Kita beruntung Serikat Satria tidak turun tangan," ucap seorang pendekar level bumi yang lain."Siapa yang tahu, Serikat Satria bertambah kuat beberapa tahun terakhir, meski mereka cendrung diam dan fokus melindungi Benua Sundaland, tapi nyatanya kita
Beberapa hari telah berlalu.Di tepian pantai barat pulau Andalas Negri Swarnadwipa terlihat banyak orang sedang berlalu lalang di pinggiran dermaga besar.Beberapa di antara mereka adalah pedagang keliling, beberapa yang lain tampak seperti nelayan yang baru saja menepikan sampan mereka.Anak-anak kecil menyelam ke dalam pantai, kemudian tertawa girang setelah berhasil menangkap satu ekor ikan dengan tombak.Burung-burung camar berkicau riang, kadang kala berputar-putar di udara sebelum kemudian menukik menyambar ikan kecil yang malang.Deru suara ombak bersatu padu dengan hembusan angin yang sepoi-sepoi."Hari ini kita dapat tangkapan banyak," seorang nelayan sedang memanggul hasil tangkapannya, sedang berbicara dengan dua rekannya, juga memanggul banyak tangkapan ikan."Laut hari ini benar-benar bersahabat, sangat jarang kita mendapatkan tangkapan sebanyak ini," timpal temannya yang lain.Mereka akan membawa ikan-ikan
Sementara itu, Kapal Aliran Darah Besi berhasil tiba di tempat ini setelah dua hari setelah Kapal Serikat Naga sampai.Selang beberapa jam kemudian, kapal Kekaisaran Tang juga menepi di pelabuhan Bay."Jangan menarik perhatian orang," ucap Yanca, mengingat ada banyak dari anggotanya yang tidak bisa berbicara dengan banyak bahasa, kecuali bahasa bumi tengah."Kami mengerti, Tuan Yanca ..."Kapal Aliran Darah Besi pada akhirnya menepi pula di dermaga. Ada beberapa orang keluar dari kapal itu, sedikit lebih banyak dari jumlah pendekar yang turun dari Kapal Serikat Naga.Semua pendekar yang dibawa oleh Yanca berada di level bumi rendah, di negara Swarnadwipa level seperti itu bisa saja menjadi panglima perang terbaik Kerajaan.Banyak nelayan mulai merasa khawatir dengan kedatangan orang-orang asing ke negara mereka.Seorang penjaga pelabuhan tidak bisa menahan rasa penasarannya dan mulai berjalan mendekati Yanca dan teman-temannya.