Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Tidak di Jual

Share

Tidak di Jual

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-17 17:56:21

Lanting Beruga menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. Pendekar didepannya ini mungkin baru menginjak level tanding, itupun baru perkiraan Lanting Beruga.

Sekarang dengan level serendah itu dia berbicara seolah dapat mengalahkan Lanting Beruga? tidak tahu diri.

"Berapa uang yang kau butuhkan? 1000 keping emas, atau 2000 keping emas?" ucap pendekar itu, dia melemparkan lirikan mata yang sinis lalu berkata lagi dengan sombong, "uang sebanyak itu cukup untuk membuatmu tidur dan makan selama 10 tahun!"

"Maafkan aku, tapi aku tidak berniat menjual Garuda Kencana kepada siapapun, lagipula aku sedang tidak butuh uang ..." jawab Lanting Beruga.

Pendekar itu tampak geram, dia mengepalkan tinju ke arah Lanting Beruga, tapi pemuda itu malah membuang muka ke samping.

Pandangan Lanting Beruga mengintip pada celah jendela kapal. Tampak air laut bergelombang pelan, sesekali dia melihat tarian burung camar sebelum menukik ke laut, lalu terbang lagi dengan ikan k

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
zulfiah iskandar
Mantullllllll
goodnovel comment avatar
nugraha rangga
hemm, menarik nih, makin bijak lanting
goodnovel comment avatar
ERNASHARI AKIL
Negri Sembilan, dr era Sungsang Geni sll arogan, kcwl Wulandari sih ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Mulai Memaksa

    Mendengar hal tersebut, hilang sudah sifat ramah dari Panglima perang ini. Lanting Beruga tampaknya sedang mempermainkan dirinya di hadapan orang banyak, jelas dia tidak bisa terima.Panglima perang lantas berniat mengambil Garuda Kencana yang tidur di samping Lanting Beruga, tapi sebelum tangannya menyentuh burung elang berkaki empat tersebut, mata Garuda Kencana terbuka.Sorot mata tajam dari burung tersebut, membuat Panglima itu menjadi lebih geram lagi.Belum sempat dia menyentuh bulu-bulu Garuda Kencana, tangan pria itu sudah di patuk olehnya."Sial ..." geraman kecil terdengar keluar dari mulut Panglima itu, tapi sedetik kemudian dia bersikap seperti biasanya, mencoba untuk tenang dan menjaga wibawanya.Masih berniat menerkam Garuda Kencana, tapi burung itu telah terbang di ke sisi lain.Dia membuka dua sayapnya yang terbentang begitu lebar. Seolah menantang Panglima tersebut untuk bertarung."Apa yang kalian lihat!" bentak Pang

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • LANTING BRUGA   Panglima Yang Marah

    Panglima Berjanggut Panjang menerjang ke arah Lanting Beruga, tendangan ini bisa saja menghancurkan wajah seorang pendekar biasa, tapi yang dihadapi oleh orang ini adalah Lanting Beruga.Pemuda itu hanya manarik kakinya ke kiri, menghindari terjangan kaki Panglima Berjanggut.Hampir saja serangan pria itu kebablasan, yang membuatnya nyaris masuk ke dalam lautan, jika bukan karena Lanting Beruga menarik kerah bajunya."Kakek tua, apa kau mau berenang ke laut?" sindir Lanting Beruga, "Daratan begitu jauh dari sini, kau mau berenang sampai ke tepian?"Jelas saja ejekan ini menambah amarah Panglima Berjanggut Panjang.Dia melesat ke bawah, menyapukan tendangan untuk menjatuhkan Lanting Beruga, tapi tidak berhasil, dia kemudian melayang ke udara, masih dengan serangan kaki yang mengandung tenaga dalam.Lanting Beruga hanya menarik wajahnya ke belakang beberapa jari saja, sudah bisa menghindari tendangan Panglima Berjanggut panjang.Seranga

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • LANTING BRUGA   Semua Terkejut

    Tombak bermata seputih perak itu menujam ke arah dada, mengandung tekanan tenaga dalam yang sangat besar, tapi Lanting Beruga melentikkan tubuhnya ke belakang hingga ujung tombak itu hanya berjarak satu jari dari perut Lanting Beruga.Boom.Gelombang kejut yang dihasilkan oleh ujung mata tombak menghancurkan dinding buritan kapal sebesar kepalan tinju."Pak tua, itu tadi berbahaya!" teriak Lanting Beruga, "Kau mau menenggelamkan kapal ini?""Bocah jangan banyak bicara, tunjukan semua kekuatanmu padaku!"Lanting Beruga menggelengkan kepalanya, jelas situasi seperti sangat dihindarinya, tapi apa boleh buat jika Panglima Berjanggut Panjang ini tidak dihentikan dia bisa membunuh banyak orang di kapal ini.Lanting Beruga bisa melihat wajah-wajah panik para penumpang kapal, lebih-lebih bagi mereka yang berada di lantai ke dua.Beberapa awak kapal memperingatkan Panglima Berjanggut Panjang untuk menghentikan tindakannya, tapi awak kapal itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • LANTING BRUGA   Ramalan Gadis Kecil

    Lanting Beruga kembali duduk di bangku awal, tapi kini di samping pemuda itu ada gadis kecil bangsawan yang sedang mengelus pelan bulu Garuda Kencana.Sesekali gadis kecil itu tertawa cekikikan, tapi sesekali pula terlihat sedang berbicara dengan Garuda Kencana.Lanting Beruga hanya tersenyum tipis menyaksikan hal itu. Mengunyah jahe merah darah, pemuda itu berniat untuk menutup matanya, tapi tiba-tiba ada beberapa pendekar dan Panglima Berjanggut Panjang yang kini janggutnya sudah di potong, menghampiri Lanting Beruga."Sudah aku bilang, aku tidak akan menjualnya!" ketus Lanting Beruga."Bukan seperti itu, Pendekar Muda sudah salah paham," ucap Panglima tersebut, "kami hanya ingin mengundangmu duduk di lantai atas, tempatnya sangat nyaman dan ada banyak minuman di sana."Lanting Beruga terlihat tidak senang, dia menyipitkan mata dan ini membuat empat pendekar di belakang Panglima itu menjadi khawatir, "Aku tahu yang kalian pikirkan, kalian tidak i

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • LANTING BRUGA   Dua Kapal Yang Melaju

    "Aku tidak tahu sampai kapan bisa bernapas untuk melindunginya," ucap Panglima tersebut, "tapi aku percaya jika Tuanku akan membawa kebaikan suatu saat nanti."Lanting Beruga menatap gadis kecil itu, tampak begitu nyaman saat sedang tidur. Sepertinya dia masih berumur 9 tahunan, atau mungkin kurang, tapi di usia seperti itu dia harus merelakan masa kanak-kanaknya karena berjuang hidup dari buruan negerinya sendiri.Mencoba untuk pergi ke Swarnadwipa adalah satu-satunya pilihan yang mereka miliki saat ini. Meminta perlindungan negri tersebut, mengingat ibunya berasal dari tanah Andalas."Jika Swarnadwipa tidak bisa melindunginya, entah kemana lagi kami harus bersembunyi ..." ucap Panglima itu."Kenapa kau mengatakan rahasia ini kepadaku?" tanya Lanting Beruga."Entahlah, aku rasa kau bukan orang jahat, paling tidak aku bisa mencurahkan semua yang kupikirkan saat ini."Lanting Beruga sekali lagi menatap ke arah Gadis Kecil itu, Gadis yang bern

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • LANTING BRUGA   Naga Emas Turun Tangan

    Sementara itu, Yanca berada di atas kapal yang melaju kencang. Bersama dengan dirinya ada beberapa orang pendekar level tanpa tanding dan dua orang pendekar level bumi tinggi.Yanca berdiri tegak di atas dek utama kapal, dengan menatap tajam ke arah Kapal Kekaisaran Tang, dan jelas tidak senang.Perang dingin antara Kekaisaran Tang dan Aliran Darah Besi semakin meruncing semenjak perang politik antara kedua belah pihak.Kini diantara dua kelompok ini mulai memperkuat diri, dan tampaknya akan saling menekan satu sama lain."Sudah aku duga, Kekaisaran Tang tidak akan tinggal diam setelah mendengar informasi mengenai prasasti tersebut," gumam Yanca, dia mengepalkan tinju dengan kuat."Kita beruntung Serikat Satria tidak turun tangan," ucap seorang pendekar level bumi yang lain."Siapa yang tahu, Serikat Satria bertambah kuat beberapa tahun terakhir, meski mereka cendrung diam dan fokus melindungi Benua Sundaland, tapi nyatanya kita

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • LANTING BRUGA   Naga Emas Tiba Lebih Dahulu

    Beberapa hari telah berlalu.Di tepian pantai barat pulau Andalas Negri Swarnadwipa terlihat banyak orang sedang berlalu lalang di pinggiran dermaga besar.Beberapa di antara mereka adalah pedagang keliling, beberapa yang lain tampak seperti nelayan yang baru saja menepikan sampan mereka.Anak-anak kecil menyelam ke dalam pantai, kemudian tertawa girang setelah berhasil menangkap satu ekor ikan dengan tombak.Burung-burung camar berkicau riang, kadang kala berputar-putar di udara sebelum kemudian menukik menyambar ikan kecil yang malang.Deru suara ombak bersatu padu dengan hembusan angin yang sepoi-sepoi."Hari ini kita dapat tangkapan banyak," seorang nelayan sedang memanggul hasil tangkapannya, sedang berbicara dengan dua rekannya, juga memanggul banyak tangkapan ikan."Laut hari ini benar-benar bersahabat, sangat jarang kita mendapatkan tangkapan sebanyak ini," timpal temannya yang lain.Mereka akan membawa ikan-ikan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • LANTING BRUGA   Aliran Darah Besi Membuat Keributan

    Sementara itu, Kapal Aliran Darah Besi berhasil tiba di tempat ini setelah dua hari setelah Kapal Serikat Naga sampai.Selang beberapa jam kemudian, kapal Kekaisaran Tang juga menepi di pelabuhan Bay."Jangan menarik perhatian orang," ucap Yanca, mengingat ada banyak dari anggotanya yang tidak bisa berbicara dengan banyak bahasa, kecuali bahasa bumi tengah."Kami mengerti, Tuan Yanca ..."Kapal Aliran Darah Besi pada akhirnya menepi pula di dermaga. Ada beberapa orang keluar dari kapal itu, sedikit lebih banyak dari jumlah pendekar yang turun dari Kapal Serikat Naga.Semua pendekar yang dibawa oleh Yanca berada di level bumi rendah, di negara Swarnadwipa level seperti itu bisa saja menjadi panglima perang terbaik Kerajaan.Banyak nelayan mulai merasa khawatir dengan kedatangan orang-orang asing ke negara mereka.Seorang penjaga pelabuhan tidak bisa menahan rasa penasarannya dan mulai berjalan mendekati Yanca dan teman-temannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status