Lanting Beruga mulai serius, dia tidak bisa mengasihani para tetua ini, lebih-lebih tampaknya para tetua ini bukan berasal dari Sekte Macan Giok. Lebih tepatnya, mereka berasal dari Sekte Aliran sesat yang kini masuk ke dalam Sekte Macan Giok.
Tanpa sedikitpun ragu, Lanting Beruga mengayunkan pedangnya. Darah mulai menodai pakaian pemuda tersebut, sesekali ada juga darah yang hinggap di wajahnya.
Hanya dalam beberapa waktu yang singkat, Lanting Beruga berhasil mengalahkan semua tetua yang melawan dirinya.
Sisa-sisa tetua harus mengalami kelumpuhan setelah kaki mereka terkena pisau bayangan pemuda tersebut.
Masih dengan mata yang dingin, Lanting Beruga memandangi mayat yang bergeletakan disekitar dirinya, "Kalian memilih jalan yang salah ..." ucap Lanting Beruga.
Kemudian pemuda tersebut menoleh ke arah tetua yang masih terluka, belum meninggal, "apa kau ingin seperti mereka?" tanya Lanting Beruga.
"Ti ...tidak ..." salah satu tetu berb
Angga Nurmeda baru saja melepaskan serangkaian serangan energi, tapi sedetik kemudian dia menyesali perbuatannya. Lanting Beruga bisa menghancurkan serangan tersebut seolah dia memotong benda yang lembut.Mungkin Angga Nurmeda perlu tahu, pedang di tangan Lanting Beruga merupakan salah satu pusaka yang banyak dicari oleh para pendekar-pendekar hebat. Pedang sisik naga hijau.Pusaka itu memang tidak memiliki roh, tapi penempaan pusaka tersebut menggunakan logam berkualitas paling baik.Di tangan Lanting Beruga, pedang itu bisa menjadi pemutus ikatan antara nyawa dan raga, atau malah sebaliknya dapat membantu ikatan nyawa dan raga yang nyaris terputus."Sejak kapan dia sekuat ini?" Angga Nurmeda mulai memaki Lanting Beruga dalam hati.Pemuda itu jelas telah berlatih sungguh-sungguh untuk menjadi pendekar tanpa tanding, dan tampaknya dia telah mencapai level tersebut di usia yang terbilang sangat muda. Angga Nurmeda merasa dirinya adalah pemuda paling
Angga Nurmeda bergerak ke depan untuk menyerang Kakas Mangkuraga, telapak tangannya telah berselimut tenaga dalam yang begitu padat.Hanya dalam sekali serangan Angga Nurmeda sangat yakin bisa membunuh Kakas Mangkuraga.Sekarang Kakas Mangkuraga benar-benar bingung, dia ingin menarik pedangnya, tapi teringat dengan ucapan Lanting Beruga untuk tidak mengeluarkan pedang dari sarungnya, jika dia ingin hidup.Namun, jika tidak menarik pedang, maka Angga Nurmeda yang akan membunuhnya saat ini. Mana yang harus dia pilih? Kakas Mangkuraga benar-benar bimbang.Semakin dekat Angga Nurmeda menuju ke arahnya, semakin takut bingung pula Kakas Mangkuraga saat ini.Sayang sekali, Angga Nurmeda tidak akan mendengar alasan apapun yang akan dijelaskannya. Pemuda itu telah gila.Kakas Mangkuraga mencengkram pedangnya dengan kuat, ingin sekali menarik pedang dan melawan Angga Nurmeda.Namun beberapa detik kemudian, dia melonggarkan cengkraman pedangnya.
Kakas Mangkuraga meminta beberapa penjaga membuka pintu penjara yang menahan para tetua Sekte Macan Giok."Aku tidak bisa melakukannya," jawab penjaga penjara, "Bisa-bisa aku dibunuh oleh Angga Nurmeda.""Dia sudah mati," jawab Kakas Mangkuraga, "Kau bisa melihat jasadnya di halaman markas."Penjaga itu masih enggan memberi kunci ruangan, hal ini membuat Lanting Beruga berinisiatif membuka pintu dengan cara menendang."Ini lebih mudah," ucap Lanting Beruga sambil tertawa kecil.Pintu penjara dibuat dari bahan logam yang cukup baik, akan sulit dihancurkan seperti yang dilakukan oleh Lanting Beruga.Melihat kekuatan itu, penjaga penjara tidak punya pilihan lain selain berlari keluar dari penjara ini.Wajah mereka semakin tegang setelah melihat ada banyak mayat bergelimpangan di halaman markas Sekte Macan Giok, dan lebih mengerikan lagi kepala Angga Nurmeda terpisah dari badannya.Setelah melepaskan semua tetua yang ditahan, Lanti
Di sisi lain sebuah pulau kecil yang berada jauh dari Benua Sundaland. Tempat dimana kelompok kecil yang bernama Organisasi Sayap Putih membuat markas.Pulau ini disebut ada dan tiada. Untuk masuk ke pulau ini seorang pendekar harus melewati tebalnya kabut dan hebatnya badai lautan.Namun melewati fenomena alam seperti itu bukan masalah bagi para pendekar Kelompok Sayap Putih.Setelah berhasil melewati cuaca yang begitu mengerikan, kau akan menemukan pulau kecil ini. Pulau yang begitu indah dan hijau.Terbentang padang bunga warna-warnai di pulau tersebut, gunung tinggi dan lembah luas yang mengalir deras sungai dingin.Tidak jauh dari lembah tersebut, berdiri sebuah bangunan yang terbuat dari anyaman bambu, dengan tiang rumah potongan pohon besar.Tidak begitu indah rumah-rumah di tempat ini, juga tidak terlalu banyak. Apakah mereka miskin? jelas tidak, Mereka adalah sekumpulan orang-orang dengan harta yang berlimpah ruah.Para pende
Bukan hanya ajaran Dewa Pemarah diserap begitu baik oleh Satrio Langit, tapi pemuda itu juga mulai terbiasa dengan sifat gurunya, dan yang hebat dia juga mulai suka marah-marah.Ada banyak pemuda seumuran Satrio Langit di tempat ini, para pemuda yatim yang diselamatkan oleh Arya Mandala dan mendapat didikan keras untuk menjadi pendekar tangguh.Namun rata-rata mereka memiliki jiwa spiritual yang tinggi, sehingga masa depan mereka sebagai pendekar akan lebih cerah dibanding dengan pemuda-pemuda lainnya.Namun diantara puluhan pemuda itu, hanya Satrio Langit yang mendapatkan didikan paling keras dan paling kejam dari gurunya.Suatu masa, Satrio Langit diminta untuk berlatih selama 30 hari lamanya tanpa makan kecuali satu teguk air di pagi hari, satu teguk air di siang hari dan satu teguk lagi di malam hari.Jika dia melanggar aturan Dewa Pemarah, bukan hanya hukumannya akan bertambah berat tapi mungkin pula dia akan dibunuh oleh gurunya sendiri
Kehadiran Lanting Beruga di Sekte Awan Berarak disambut meriah sekaligus haru oleh seluruh Sekte.Tiada angin tiada hujan, hari ini pemuda itu tiba-tiba kembali ke Sekte Awan Berarak dengan tampilan yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Ya, meskipun sifat bodohnya kadang kala muncul di saat yang tidak tepat.Kabar mengenai cucunya di dengar oleh Wulandari, wanita tua itu bersama suaminya bergegas meninggalkan rumah dan berjalan ke arah pintu gerbang Sekte Awan Berarak."Lanting, kau kembali ..." Wulandari berlari kecil, memeluk pemuda itu begitu erat.Air mata Wulandari tidak dapat dibendung lagi, begitupun sebaliknya. Tangis haru pecah di siang hari ini, luapan rindu yang tiada tara antara nenek dan cucu membuat beberapa murid yang menyaksikan hal tersebut tanpa sadar juga menangis karena haru."Ya, Lanting kembali Nenek ..." ucap Lanting Beruga."Aku kira kau melupakan orang tua ini, sudah lima tahun kau tidak kembali, sekarang tubuhmu ber
Setelah beberapa hari berada di Sekte Awan Berarak, Lanting Beruga mulai mengetahui banyak hal yang menyangkut Neneknya Wulandari.Malam ini, Wulandari batuk parah, biasanya tidak separah ini tapi malam ini tampaknya wanita tua itu benar-benar menderita.Lanting Beruga bergegas memberinya ramuan untuk melegakan wanita tua itu, tapi tidak berhasil."Kesehatan Nenekmu mulai menurun sejak 2 tahun yang lalu," ucap Seno Geni, duduk di pinggir pembaringan Wulandari. "Setiap malam dia memimpikan dirimu, lalu menangis ketika bangun.""Maafkan aku Nenek ..." Lanting Beruga kembali meneteskan air mata, "Cucu bodohmu ini begitu lama meninggalkan dirimu.""Uhuk Uhuk ...tidak perlu minta maaf Lanting, lagipula Nenek memang sudah tua, sakit seperti ini sudah hal biasa bagi orang tua.""Tapi Nenek,""Jangan risau, besok akan membaik," timpal Wulandari.Wajah keriput wanita tua itu semakin pucat saat ini, matanya yang rabun kadang kala menatap
Acara ritual pemakaman berjalan begitu haru, hampir seluruh Sekte Awan Berarak mengikuti acara tersebut.Wulandari dimakamkan di antara pemakaman para pahlawan, di sebelah makam dirinya berdiri makam Ki Alam Sakti, selaku pendiri Sekte Awan Berarak.Setelah ritual pemakaman itu selesai, bumi diguyur hujan yang begitu deras. Lanting Beruga berdiri sendirian di hadapan batu nisan itu, karena hujan ini dia tidak ragu mengeluarkan seluruh air matanya atau juga isak tangisnya yang keras.Seno Geni paham betul luka di hati Lanting Beruga, tidak berniat mengusik cucunya dan membiarkan dia menangis dengan puas.Ya, kadang kala kita harus menangis dengan keras sebelum kemudian melangkah ke depan.Sesosok gadis cantik datang dengan dua payung yang terbuat dari kayu, dia memberikan payung itu kepada Lanting Beruga."Subansari ..." gumam Lanting Beruga."Hanya aku yang pernah merasakan hal ini, Lanting ..." ucap Subansari, "aku akan menemanimu di