Acara ritual pemakaman berjalan begitu haru, hampir seluruh Sekte Awan Berarak mengikuti acara tersebut.
Wulandari dimakamkan di antara pemakaman para pahlawan, di sebelah makam dirinya berdiri makam Ki Alam Sakti, selaku pendiri Sekte Awan Berarak.
Setelah ritual pemakaman itu selesai, bumi diguyur hujan yang begitu deras. Lanting Beruga berdiri sendirian di hadapan batu nisan itu, karena hujan ini dia tidak ragu mengeluarkan seluruh air matanya atau juga isak tangisnya yang keras.
Seno Geni paham betul luka di hati Lanting Beruga, tidak berniat mengusik cucunya dan membiarkan dia menangis dengan puas.
Ya, kadang kala kita harus menangis dengan keras sebelum kemudian melangkah ke depan.
Sesosok gadis cantik datang dengan dua payung yang terbuat dari kayu, dia memberikan payung itu kepada Lanting Beruga.
"Subansari ..." gumam Lanting Beruga.
"Hanya aku yang pernah merasakan hal ini, Lanting ..." ucap Subansari, "aku akan menemanimu di
"Kau sudah bertambah besar, bocah!" Ketua Devisi Bayangan tertawa keras saat Lanting Beruga kembali ke Serikat Satria, rasa bahagia itu semakin tercurah setelah melihat setumpuk sumber daya pelatihan yang dibawa oleh Lanting Beruga.Benar-benar banyak, semua sumber daya ini berada di level yang sangat tinggi."Kau akan mendapatkan nilai kontribusi karena sumber daya yang kau bawa."Yang membuat Ketua Devisi begitu bahagia adalah, semua sumber daya yang di bawa Lanting Beruga bukan hanya memiliki kualitas yang tinggi, tapi juga sangat langka.Benar, beberapa sumber daya bahkan dinyatakan sebagai mitos belaka, sebab hanya punya nama tapi tidak ada barangnya.Misalanya Jahe Darah Merah, yg hidup hanya di alam lelembut."Aku akan melaporkan hal ini kepada Serikat Satri, tapi beberapa sumber daya ini harus kita simpan, hahahaha."Lanting Beruga tersenyum kecil, tidak masalah dengan hal tersebut. Lagipula, Ketua Devisi Bayangan memang
Suasana keduanya berlangsung begitu kaku, berbicara hanya beberapa patah saja, dan ini benar-benar menjengkelkan.Bisakah mereka berdua bersikap seperti dua pasangan yang dimabuk oleh cinta? tampaknya tidak.Lanting Beruga adalah pemuda berusia 20 tahunan tapi sulit memahami emosi seorang gadis seperti Intan Ayu. Sementara Intan Ayu adalah tipikal gadis yang tidak mungkin mengungkapkan perasannya lebih dahulu, gadis keras kepala yang arogan, mana mungkin mengungkapkan perasaanya?Mengakui bahwa dia benar-benar jatuh cinta kepada Lanting Beruga terasa sangat sulit, apa lagi jika sampai mengungkapkan perasan tersebut.Di satu sisi, Lanting Beruga mengerti dengan perasannya, tapi pemuda itu tidak bisa membedakan antara cinta dan sayang. Dia begitu polos, barang kali. Melihat wanita tanpa pakaian, tidak membuat dirinya terpesona apa lagi hal-hal rumit seperti ini."Apa kita hanya akan diam seperti ini?" tanya Intan Ayu."Bukannya aku tadi
"Kenapa kau tidak bilang kepadaku lebih dahulu?" Ketua Devisi Bayangan mendatangi ruang kerja Pimpinan Serikat Satria, dia kesal karena Lanting Beruga sudah dikirim untuk menjalankan misi tanpa sepengetahuan dirinya."Aku tidak punya waktu menjelaskannya kepadamu," jawab Pimpinan Serikat Satria, "Kabar dari Devisi Informasi begitu mendadak.""Prasasti yang mengarah pada Roh Air, apakah itu benar?" tanya Ketua Devisi Bayangan."Karena itulah aku mengirim Elang Api..." ucap Pimpinan Serikat Satria.Menurutnya, Lanting Beruga adalah orang paling cocok untuk menjalankan misi ini. Sejak pertarungan yang terjadi antara Aliran Darah Besi 2 tahun yang lalu, mereka kehilangan banyak pendekar muda yang hebat.Beberapa pendekar muda yang tersisa masih dalam tahap pendidikan, sementara Lanting Beruga sudah berpengalaman dalam hiruk piruk dunia persilatan.Lagipula, Lanting Beruga adalah pemuda paling kuat saat ini. Tanpa tekanan tenaga dalam
Lanting Beruga menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. Pendekar didepannya ini mungkin baru menginjak level tanding, itupun baru perkiraan Lanting Beruga.Sekarang dengan level serendah itu dia berbicara seolah dapat mengalahkan Lanting Beruga? tidak tahu diri."Berapa uang yang kau butuhkan? 1000 keping emas, atau 2000 keping emas?" ucap pendekar itu, dia melemparkan lirikan mata yang sinis lalu berkata lagi dengan sombong, "uang sebanyak itu cukup untuk membuatmu tidur dan makan selama 10 tahun!""Maafkan aku, tapi aku tidak berniat menjual Garuda Kencana kepada siapapun, lagipula aku sedang tidak butuh uang ..." jawab Lanting Beruga.Pendekar itu tampak geram, dia mengepalkan tinju ke arah Lanting Beruga, tapi pemuda itu malah membuang muka ke samping.Pandangan Lanting Beruga mengintip pada celah jendela kapal. Tampak air laut bergelombang pelan, sesekali dia melihat tarian burung camar sebelum menukik ke laut, lalu terbang lagi dengan ikan k
Mendengar hal tersebut, hilang sudah sifat ramah dari Panglima perang ini. Lanting Beruga tampaknya sedang mempermainkan dirinya di hadapan orang banyak, jelas dia tidak bisa terima.Panglima perang lantas berniat mengambil Garuda Kencana yang tidur di samping Lanting Beruga, tapi sebelum tangannya menyentuh burung elang berkaki empat tersebut, mata Garuda Kencana terbuka.Sorot mata tajam dari burung tersebut, membuat Panglima itu menjadi lebih geram lagi.Belum sempat dia menyentuh bulu-bulu Garuda Kencana, tangan pria itu sudah di patuk olehnya."Sial ..." geraman kecil terdengar keluar dari mulut Panglima itu, tapi sedetik kemudian dia bersikap seperti biasanya, mencoba untuk tenang dan menjaga wibawanya.Masih berniat menerkam Garuda Kencana, tapi burung itu telah terbang di ke sisi lain.Dia membuka dua sayapnya yang terbentang begitu lebar. Seolah menantang Panglima tersebut untuk bertarung."Apa yang kalian lihat!" bentak Pang
Panglima Berjanggut Panjang menerjang ke arah Lanting Beruga, tendangan ini bisa saja menghancurkan wajah seorang pendekar biasa, tapi yang dihadapi oleh orang ini adalah Lanting Beruga.Pemuda itu hanya manarik kakinya ke kiri, menghindari terjangan kaki Panglima Berjanggut.Hampir saja serangan pria itu kebablasan, yang membuatnya nyaris masuk ke dalam lautan, jika bukan karena Lanting Beruga menarik kerah bajunya."Kakek tua, apa kau mau berenang ke laut?" sindir Lanting Beruga, "Daratan begitu jauh dari sini, kau mau berenang sampai ke tepian?"Jelas saja ejekan ini menambah amarah Panglima Berjanggut Panjang.Dia melesat ke bawah, menyapukan tendangan untuk menjatuhkan Lanting Beruga, tapi tidak berhasil, dia kemudian melayang ke udara, masih dengan serangan kaki yang mengandung tenaga dalam.Lanting Beruga hanya menarik wajahnya ke belakang beberapa jari saja, sudah bisa menghindari tendangan Panglima Berjanggut panjang.Seranga
Tombak bermata seputih perak itu menujam ke arah dada, mengandung tekanan tenaga dalam yang sangat besar, tapi Lanting Beruga melentikkan tubuhnya ke belakang hingga ujung tombak itu hanya berjarak satu jari dari perut Lanting Beruga.Boom.Gelombang kejut yang dihasilkan oleh ujung mata tombak menghancurkan dinding buritan kapal sebesar kepalan tinju."Pak tua, itu tadi berbahaya!" teriak Lanting Beruga, "Kau mau menenggelamkan kapal ini?""Bocah jangan banyak bicara, tunjukan semua kekuatanmu padaku!"Lanting Beruga menggelengkan kepalanya, jelas situasi seperti sangat dihindarinya, tapi apa boleh buat jika Panglima Berjanggut Panjang ini tidak dihentikan dia bisa membunuh banyak orang di kapal ini.Lanting Beruga bisa melihat wajah-wajah panik para penumpang kapal, lebih-lebih bagi mereka yang berada di lantai ke dua.Beberapa awak kapal memperingatkan Panglima Berjanggut Panjang untuk menghentikan tindakannya, tapi awak kapal itu
Lanting Beruga kembali duduk di bangku awal, tapi kini di samping pemuda itu ada gadis kecil bangsawan yang sedang mengelus pelan bulu Garuda Kencana.Sesekali gadis kecil itu tertawa cekikikan, tapi sesekali pula terlihat sedang berbicara dengan Garuda Kencana.Lanting Beruga hanya tersenyum tipis menyaksikan hal itu. Mengunyah jahe merah darah, pemuda itu berniat untuk menutup matanya, tapi tiba-tiba ada beberapa pendekar dan Panglima Berjanggut Panjang yang kini janggutnya sudah di potong, menghampiri Lanting Beruga."Sudah aku bilang, aku tidak akan menjualnya!" ketus Lanting Beruga."Bukan seperti itu, Pendekar Muda sudah salah paham," ucap Panglima tersebut, "kami hanya ingin mengundangmu duduk di lantai atas, tempatnya sangat nyaman dan ada banyak minuman di sana."Lanting Beruga terlihat tidak senang, dia menyipitkan mata dan ini membuat empat pendekar di belakang Panglima itu menjadi khawatir, "Aku tahu yang kalian pikirkan, kalian tidak i