Ktika 7 sumber daya disatukan, hal yang paling dibutuhkan oleh Lanting Beruga adalah seorang ahli pengobatan yang handal. 7 sumber daya memiliki energinya masing-masing, jika disatukan dan di ekstrak tanpa perhitungan matang maka menimbulkan kesetabilan energi itu menjadi terganggu, dan buruknya adalah, mereka bukan membuat sumber daya pelatihan tapi malah membuat bom bunuh diri.
Namun Lanting Beruga tidak patah arang, dia semakin bersemangat untuk mengumpulkan 7 sumber daya pelatihan itu.
Pemuda itu hanya butuh kerangka dewa untuk bisa mengendalikan Roh Api dengan sepenuhnya.
"Misi Pertamaku adalah menemukan kacang lima warna ..." ucap Lanting Beruga.
Menurut catatannya, kacang lima warna hampir dianggap mitos oleh sebagian besar pendekar di masa ini, tapi yang tidak mereka ketahui adalah, kacang itu pernah hidup di era lampau, yang dijaga oleh banyak bangsa siluman.
Sekarang Lanting Beruga benar-benar memantapkan tujuannya, untuk pertama kali dia
Awalnya Lanting Beruga merasa ragu dengan tantangan sesepuh muda, tapi statusnya tidak bisa menolak ajakan seorang sesepuh.Tempat yang mereka tuju berada tidak jauh dari tempat ini, dan dipenuhi dengan alat-alat latihan yang berduri. Sial, ada beberapa boneka baja di tempat ini yang juga dipenuhi dengan duri."Ini adalah arena latihan para sesepuh, kau beruntung bisa datang ke sini," ucap sesepuh muda itu.Lanting Beruga masih mengamati tempat ini, beberapa bidang benda terlihat datar, mungkin digunakan sebagai pijakan. Di atas pemuda itu ada jembatan yang dibuat dari jalinan tali, di bawah jembatan itu terdapat banyak sekali tombak tajam yang mengarah ke langit. Jatuh dari jembatan ini, akan membuat nyawa pendekar terancam.Masih mengamati, Sesepuh muda telah menarik pedangnya lebih dahulu, menyerang Lanting dengan tiba-tiba.Tapi serangan itu bisa dihindari oleh Lanting Beruga, dengan melompat ke samping dan hinggap di atas alat-alat latihan yan
Sesepuh muda terus menyerang Lanting Beruga, meskipun pemuda itu tidak berniat melakukan pertarungan."Aku tetap harus membunuh dirimu ..." ucap Sesepuh itu."Sesepuh, aku tidak bisa merasakan keinginan pedangmu, aku merasa kasihan.""Tutup mulutmu!" pria itu meraung keras di dalam arena latihan ini. "Tahu apa kau mengenai keinginan pedang? kau hanya pemuda kecil tanpa tenaga dalam, mana mungkin aku kalah dari dirimu."Namum apa hendak dikata, Lanting Beruga terpaksa menggunakan jurus Tarian Dewa Angin untuk menumbangkan sesepuh itu.Pria itu tergeletak tidak jauh dari temannya berada, sesepuh muda yang lain. Ada luka besar di dada pria itu, luka dari tebasan Lanting Beruga."Sesepuh ...maafkan aku karena ...""Kau tidak bersalah," timpal Sesepuh muda yang lain, "aku berpikir dia hanya ingin menguji dirimu, tapi siapa menduga jika dia berniat untuk membunuhmu."Pria itu kemudian memeriksa tubuh temannya, luka yang d
Lanting Beruga keluar dari Sekte, ini adalah kali pertama bagi pemuda itu keluar tanpa disertai oleh seseorang. Bagaimanapun, pemuda itu sudah cukup kuat untuk melindungi dirinya sendiri. Lagipula Majangkara merupakan wilayah yang cukup aman, beberapa bandit mungkin ditemukan jauh di luar kota, tapi kekuatan mereka biasanya tidak seberapa. Lanting Beruga memutuskan untuk berjalan kaki, sesekali dia menggunakan kekuatan pisiknya untuk melompati tempat-tempat yang cukup sulit dilewati, atau bahkan menggunakan mode cahaya api milikinya. Setelah beberapa hari melakukan perjalan, akhirnya Lanting Beruga tiba di desa Batu Ampar. Sebuah desa kecil yang masih masuk dalam kekuasaan Jendral Dewangga. Ada beberapa pendekar berjaga di gerbang masuk desa tersebut. "Tunjukan identitasmu!" ucap salah satu penjaga di sana, dia menghentikan langkah kaki Lanting Beruga. Lanting mengernyitkan kening, beberapa orang boleh masuk ke dalam desa ini tanpa had
KiPria itu percaya setiap pendekar aliran putih akan bertindak seperti kertas putih dan itu termasuk di dalam pertarungan mereka, tapi yang dilakukan Lanting Beruga sama sekali tidak menunjukan jika dia berasal dari golongan tersebut. Hanya golongan hitam yang menyiksa lawan untuk mendapatkan sebuah informasi. Lanting Beruga menyipitkan matanya, dari sinar bola mata itu musuhnya harusnya tahu apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. "Keluarga Kindra berada di rumah bordir ..." ucap Pria itu lagi. "Ya, tolong jangan bunuh aku." Tanpa menunggu lama, Lanting Beruga pergi menuju rumah bordir yang pria itu maksud. Bangunan dua lantai, penuh dengan hiasan warna-warni, ada banyak lampu menghiasi bangunan itu, tapi karena siang hari lampu-lampu itu tidak menyala, dan lagipula saat ini bangunan itu tampak sepi. Pintu bangunan tertutup rapat, tidak ada pelanggan yang akan datang siang hari, tapi anehnya kenapa di desa seperti ini ada tempat hibura
Dua saudari Kindra mungkin menolak keinginan dua pria hidung belang di depan mereka, tapi apalah daya mereka tidak memiliki banyak pilihan, termasuk untuk memilih kematian mereka sendiri.Dengan ditangkapnya mereka, dua orang bersaudari itu menyadari jika Kindra mungkin telah gagal membunuh pemuda yang bernama Lanting Beruga."Sanjiwira ...bunuh saja kami berdua ..." salah satu dari gadis itu tersedu sedan, berharap dua orang rakus di depannya mu melepaskan diri.Namun Sanjiwira malah tertawa terbahak-bahak, "tidak ada guna membunuh kalian berdua ...lagipula sangat disayangkan tubuh semolek kalian disia-siakan."Dua orang gadis mencoba melarikan diri, tapi dengan tangan dan kaki dirantai, sejauh mana langkah kaki mereka bisa berlari?Bukannya mereka bisa lolos dari cengkraman dua hidung belang, tapi malah menjadi bahan lelucon bagi semua yang melihatnya."Sudahlah ... daripada kalian seperti ini, lebih baik kita nikmati saja malam ini."
Dengan pedangnya, Lanting Beruga memutuskan semua rantai yang membelenggu tangan dan kaki salah satu saudari Kindra. Bersegera gadis itu menutupi seluruh tubuhnya dengan sprei di atas pembaringan. Meskipun Lanting Beruga masih muda, tapi gadis itu cukup tahu diri untuk menjaga mata pemuda itu dari pandangan buruk. Namun, Lanting Beruga tidak menunjukan wajah ketertarikan, dia bahkan tampak biasa saja meski sebelumnya dia telah melihat semua bagian tubuh gadis itu tanpa terkecuali. "Kakak ...pakailah bajumu, dan aku akan membawamu keluar ..." Mendengar hal itu, gadis itu langsung berdiri, lagi-lagi tubuh moleknya terlihat jelas di mata Lanting Beruga, tapi lagi-lagi Lanting Beruga tidak menunjukan ketertarikannya. Setelah gadis itu itu selesai berpakaian, Lanting Beruga tidak perlu sebuah izin untuk menyambar tubuh gadis itu, keluar melewati jendela dan pergi cukup jauh. Kejadian ini membuat gadis itu menjadi tak menentu, entah kenapa d
Lanting Beruga menemui dua saudari Kindra, sambil membawa beberapa obat-obatan yang dia minta dari Toko Cendrawasih."Kami berdua ..." salah satu dari gadis berkata dengan ragu. "Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ...""Lanting Beruga ..." ucap Lanting.Mendengar nama itu dua orang itu saling pandang, kemudian memperhatikan Lanting Beruga dengan seksama, ada banyak keraguan yang terpancar dari wajah dua gadis itu."Kalian terkejut? Kindra berencana membunuh diriku, karena hasutan Sanjiwira, tapi tidak berhasil ..."Mendengar hal itu, dua gadis tertunduk, yang dikatakan oleh Lanting Beruga jelas benar."Kakaku ingin membunuhmu, tapi rupanya kau sendiri yang menyelamatkan kami dari belenggu Kelompok Kapak, kami tidak tahu harus berkata apa."Lanting Beruga tersenyum kecil, dia tidak suka mendengar hal seperti ini, dan ini memang membuat dia menjadi sedikit canggung. Menjadi pahlawan bukanlah keinginan dirinya, dia hanya ingin m
"Setan keparat, siapa yang berani melakukan ini kepada kami?!" Seorang pria berbadan lebih besar dari tiga temannya buru-buru bangkit, lalu menarik kapak besar yang ada di pinggangnya.Dia mengarahkan kapak itu ke sembarang tempat. Bisa ditebak dia sebenarnya belum tahu mengenai keberadaan Lanting Beruga."Keluar kau pengecut, hadapi kami dengan jantan!" sambung salah satu dari pria itu.Lanting Beruga hampir tertawa mendengar hal itu, hadapi dengan jantan apanya?"Sekarang aku sudah keluar!" ucap Lanting Beruga, keluar dari pohon rindang dan berdiri santai di depan lawannya. Sesekali dia bahkan membelakangi lawan, karena membersihkan sisa-sisa ranting kering atau dedaunan yang ikut di bajunya."Apa kau yang membunuh teman-teman kami?" tanya mereka lagi."Hemmm ..." Lanting Beruga menganggukkan kepala, terlihat benar-benar meremehkan lawannya."Setan keparat, hari ini kau harus mati di tanganku!"Salah satu dari 4 orang i