Riuh suara pertempuran mulai mengusik Lanting Beruga yang kelaparan di dalam ruang bawah tanah.
Pemuda itu masih menuggu Sang Ratu untuk memulihkan kondisi sepenuhnya, atau pula Panglima Tua berpakain putih yang kini sedang berusaha menghimpun aura alam.
Sesekali pemuda itu berguling di lantai ruangan, mencengkram perutnya yang terasa melilit.
"Apa aku boleh keluar?" tanya Lanting Beruga, bertanya pada Sang Ratu yang duduk di atas pembaringan sambil mengatur nafasnya, tampaknya dia sedang melakukan meditasi saat ini. "Ini membosankan, jika kalian takut, aku akan keluar sendirian!"
"Aku tidak bisa meninggalkan Sang Ratu saat seperti ini," ucap Tabib Tua, "Jika pemulihan tubuhnya gagal, bibit racun tidak sepenuhnya hilang dari tubuh Yang Mulia!"
Lanting Beruga menghela nafas panjang, lagi-lagi mencengkram perutnya yang kini mungkin sudah kempes karena tidak ada isinya.
Pemuda itu butuh makanan untuk pergi ke luar, dan bertarung. Jika tidak, ma
Putri Sin Tang yang cantik jelita mulai geram dengan keadaan pihaknya yang mulai tertekan oleh pasukan musuh yang terlalu banyak. Meskipun 2000 orang telah mati karena senjata kereta iblis, tapi pihak Kekaisaran Tang memiliki lebih dari 10 ribu pasukan, dan kini mungkin masih terisa 7000 orang lebih yang masih menahan diri di dalam tembok markas. Di sisi lain, para anak buah pendekar aliran hitam bergerak begitu sadis melawan pendekar yang jauh lebih lemah dari mereka. Membunuh saja tampaknya tidak membuat hati mereka menjadi puas, mereka mencincang tubuh pendekar aliran putih seperti dia mencincang daging ayam. "Ayah, aku tidak bisa menahan diri lagi!" ucap Putri Sin. "Aku tidak bisa berdiam seperti ini, sementara mereka menaruhkan nyawa demi martabatku!" Setelah berkata demikian, Puti Sin Tang menarik pedangnya, lalu melompat tinggi ke atas awang-awang. Gadis cantik itu melepaskan serangan jarak jauh yang mampu melumpuhkan sebagai pe
Kuasai Benteng Pertahanan Musuh! itu adalah inti pertama dari rencana Pemimpin Serikat Satria, selagi pertarungan ini berada di luar benteng pertahanan, kekalahan akan terjadi kapanpun pada pihak Aliran Putih.Lebih lagi ketika para prajurit Kekaisaran Tang acap kali melepaskan serangakaian anak panah yang menghantam garis depan Pendekar Aliran Putih.Namun, karena hal itu, Pimpinan Serikat Satria akhirnya bertindak pula.Dia melompat tinggi ke angkasa, lalu kini berdiri tepat di hadapan para Ketua Aliran Sesat yang sebagian masih berdiri di atas tembok pertahanan Kekaisaran Tang.Pria tua itu menyadari para Ketua itu akan bertindak ketika semua pasukan Pendekar Aliran Putih mulai kehabisan tenaga.Dia mengangkat telapak tangan ke atas, lalu menghantam permukaan bumi dengan telapak tangan tersebut.Mendadak kilatan cahaya terang muncul dari dalam telapak tangan pria tersebut, lalu permukaan tanah yang ada di hadapannya mulai terangkat dan me
"Bibi Ratu, apa kau sudah pulih?" Lanting Beruga merengek di depan Sang Ratu, "Kapan kita keluar, aku akan mati jika berada di tempat ini!"Sang Ratu tersenyum tipis, dia menatap wajah Lanting Beruga dengan lekat, seolah berusaha menjamah sisi lain dari sosok pemuda tersebut.Ketika dalam ke adaan seperti ini, Sang Ratu dapat melihat Lanting Beruga tidak ubahnya dengan pemuda biasa yang tiada mengenal dunia persilatan.Sangat polos dengan pikiran makan dan makan. Tampaknya tidak ada hal yang menarik di dunia ini kecuali makan saja, dan ini membuat perasaan Sang Ratu tersentuh.Kiranya, Pangeran Jianhen memiliki pribadi seperti Lanting Beruga, mungkin Kekaisaran Tang akan menjadi negri yang sangat makmur hingga 100 tahun ke depan. Sayangnya, Jianhen tidak hanya memikirkan makanan saja, dia memikirkan harta lain, kekuasaan, wilayah, dan status sosial."Bibi Ratu, kau menangis?" tanya Lanting Beruga. "Aku yakin kau juga merasakannya, bukan? benar aku
Para Ketua Aliran Putih telah bergerak sepenuhnya untuk menghalau ribuan pasukan yang menekan, hal ini mereka lakukan agar tidak terjadi lebih banyak korban jiwa di pihak mereka."Pria itu harus di hentikan!" ucap Ketua Wan Hua, berkata kepada temannya, Kisame.Mereka berdua mulai bergerak mendekati Pimpinan Serikat Satria, karena jelas simbol kekuatan pendekar aliran putih ada pada pria tua tersebut.Wan Hua dengan seluruh tubuh dibalut oleh pedang, mulai melepaskan beberapa serangan terhadap pendekar aliran putih yang menghalangi jalannya.Pria itu benar-benar kejam, membunuh dengan cabikan dan sayatan yang begitu banyak pada lawan-lawannya.Hanya dalam beberapa menit saja, dia mampu membunuh puluhan pendekar aliran putih dengan teknik kutukan.Secara kemampuan dia memang sangat hebat, teknik pedang yang ditunjukannya memang penuh variasi, dan sulit ditebak oleh pendekar aliran putih. Oleh karena itu, dia tidak butuh waktu yang lama untuk
Putri Sin Tang tidak tahu jenis burung apa yang baru saja membantu pendekar aliran putih dari atas awang-awang. Dalam hidupnya, baru kali ini dia melihat ada burung berkaki empat dengan paruh besar dan ukuran hampir seperti sapi dewasa. Ah, sepertinya Putri Sin Tang tidak pernah bertemu dengan bangsa siluman sebelumnya, jadi melihat Garuda Kencana membuatnya terpukau sekaligus tercengang.Ketua Aliran Hitam menyipitkan mata ketika burung itu lagi-lagi menggagalkan serangan Hongil. Lagipula, kenapa burung itu bisa melepaskan banyak sekali bulu yang keras?Klik Klik Klik.Teriakan Garuda Kencana mengejutkan Jun Hui dan serigala hitam besar berkepala tiga yang kini bertarung melawan dua tetua di tengah hutan.Mendadak Serigala itu melolong keras secara bersamaan, dengan mata liar menatap ke atas langit pada sosok elang berkaki empat yang bergerak bebas menyerang ke bawah."Klik Klik!" burung itu seolah berkata, 'serang musuh, aku akan membantu k
Lanting Beruga mendengar suara gemuruh di luar Istana ini, tapi tidak berniat meninggalkan tempat ini sebelum perutnya terisi penuh. Jikalah istana ini akan runtuh dan rata menjadi tanah, mungkin pula pemuda itu akan tetap di dalam dapur, menghabisi semua makanan baru akan melarikan diri.Sang Ratu mulai merasa khawatir, terlihat jelas dari raut wajahnya, sementara itu Panglima Tua berdiri di atas pintu dapur, hanya untuk memastikan tidak ada lagi prajurit yang akan datang ke sini.Satu prajurit benar-benar datang, tapi kali ini Panglima Perang tidak berniat membunuh dirinya, melainkan di tarik masu ke dalam.Dua kali jotosan di kepalanya sudah lebih dari cukup untuk membuka mulut prajurit lemah tersebut."Ampun, ampun ...." dia meringis kesakitan, memegangi dua matanya yang kini berwarna hitam kemerahan. "Aku hanya prajurit biasa, tidak bisa melanggar perintah pangeran Jianhen, jika tidak anak dan istriku akan dibunuh!"Sang Ratu tidak menyalahkan
Puluhan orang itu tidak mendengarkan ucapan Lanting Beruga, tentu pula karena tidak bisa memahami ucapan yang keluar dari dalam mulut pemuda tersebut."Dia pasti orangnya, penyusup yang berniat membunuh Pangeran Jianhen! jangan biarkan dia hidup!"Dengan penuh semangat, lebih-lebih ketika mereka tidak merasakan tekanan tenaga dalam dan aura alam dari tubuh pemuda itu, mereka menganggap remah seorang monster.Lanting Beruga berjalan tenang seraya mengambil satu buah kayu bakar sebesar lengannya sendiri, sambil menghindari serangan-serangan musuhnya, dia menyerang tengkuk mereka dengan kayu bakar itu.Plak plak plakBegitu mudahnya dia melumpuhkan orang-orang itu, semuda dia membalikan telapak tangan. Jika dia menggunakan pedang, mungkin belasan kepala akan jadi pemandangan mengerikan di dapur Istana ini.Lanting Beruga tidak tahu apakah puntung kayu bakar ini ada yang membunuh lawannya, tapi seingat dirinya dia tidak menggunakan tenaga yang b
Lanting Beruga mulai kehilangan senyum ramah yang biasanya dia tunjukan, atau pula tingkah bodohnya masalah makanan. Sekarang, dia bena-benar berubah menjadi orang yang ditakuti oleh semua Aliran Hitam dari Wilayah Aliran Darah Besi."Aku tidak ...." Kisame hendak melakukan kesepakatan dengan Lanting Beruga, tapi kesepakatan itu sebenarnya sudah pernah diajukan oleh pemuda tersebut ketika berada di istana Bony An, tapi Kisame dan rekan-rekannya menolak untuk menjalin hubungan baik dengan Aliran Darah Besi.Kisame dengan kesombongannya, pergi tanpa menyetujui kesepakatan itu, tapi hari ini dia berniat menjalin kesepakatan lagi dengan Lanting Beruga, tapi tentu saja sudah terlambat. Tidak ada kesempatan ke dua.Pedang Lanting Beruga bergerak sangat cepat, hingga Kisame tidak menyadari jika kini kepala dan tubuhnya telah terpisah."AHKKKKK!" terdengar beberapa teriakan dari mulut pendekar aliran sesat wilayah Aliran Darah Besi, ketika melihat kepala Ketua te