Lanting Beruga mendengar suara gemuruh di luar Istana ini, tapi tidak berniat meninggalkan tempat ini sebelum perutnya terisi penuh. Jikalah istana ini akan runtuh dan rata menjadi tanah, mungkin pula pemuda itu akan tetap di dalam dapur, menghabisi semua makanan baru akan melarikan diri.
Sang Ratu mulai merasa khawatir, terlihat jelas dari raut wajahnya, sementara itu Panglima Tua berdiri di atas pintu dapur, hanya untuk memastikan tidak ada lagi prajurit yang akan datang ke sini.
Satu prajurit benar-benar datang, tapi kali ini Panglima Perang tidak berniat membunuh dirinya, melainkan di tarik masu ke dalam.
Dua kali jotosan di kepalanya sudah lebih dari cukup untuk membuka mulut prajurit lemah tersebut.
"Ampun, ampun ...." dia meringis kesakitan, memegangi dua matanya yang kini berwarna hitam kemerahan. "Aku hanya prajurit biasa, tidak bisa melanggar perintah pangeran Jianhen, jika tidak anak dan istriku akan dibunuh!"
Sang Ratu tidak menyalahkan
Puluhan orang itu tidak mendengarkan ucapan Lanting Beruga, tentu pula karena tidak bisa memahami ucapan yang keluar dari dalam mulut pemuda tersebut."Dia pasti orangnya, penyusup yang berniat membunuh Pangeran Jianhen! jangan biarkan dia hidup!"Dengan penuh semangat, lebih-lebih ketika mereka tidak merasakan tekanan tenaga dalam dan aura alam dari tubuh pemuda itu, mereka menganggap remah seorang monster.Lanting Beruga berjalan tenang seraya mengambil satu buah kayu bakar sebesar lengannya sendiri, sambil menghindari serangan-serangan musuhnya, dia menyerang tengkuk mereka dengan kayu bakar itu.Plak plak plakBegitu mudahnya dia melumpuhkan orang-orang itu, semuda dia membalikan telapak tangan. Jika dia menggunakan pedang, mungkin belasan kepala akan jadi pemandangan mengerikan di dapur Istana ini.Lanting Beruga tidak tahu apakah puntung kayu bakar ini ada yang membunuh lawannya, tapi seingat dirinya dia tidak menggunakan tenaga yang b
Lanting Beruga mulai kehilangan senyum ramah yang biasanya dia tunjukan, atau pula tingkah bodohnya masalah makanan. Sekarang, dia bena-benar berubah menjadi orang yang ditakuti oleh semua Aliran Hitam dari Wilayah Aliran Darah Besi."Aku tidak ...." Kisame hendak melakukan kesepakatan dengan Lanting Beruga, tapi kesepakatan itu sebenarnya sudah pernah diajukan oleh pemuda tersebut ketika berada di istana Bony An, tapi Kisame dan rekan-rekannya menolak untuk menjalin hubungan baik dengan Aliran Darah Besi.Kisame dengan kesombongannya, pergi tanpa menyetujui kesepakatan itu, tapi hari ini dia berniat menjalin kesepakatan lagi dengan Lanting Beruga, tapi tentu saja sudah terlambat. Tidak ada kesempatan ke dua.Pedang Lanting Beruga bergerak sangat cepat, hingga Kisame tidak menyadari jika kini kepala dan tubuhnya telah terpisah."AHKKKKK!" terdengar beberapa teriakan dari mulut pendekar aliran sesat wilayah Aliran Darah Besi, ketika melihat kepala Ketua te
Di dalam istana, ada banyak prajurit yang mencoba menghalangi jalan Sang Ratu untuk menemui Putranya. Kini beberapa puluh orang menghadang langkah mereka, dan mulai menyerang Panglima Tua seorang diri.Pertarungan sengit terjadi saat ini juga, yang menyebabkan ada banyak perabotan Istana hancur berantakan.Beberapa perabotan itu bernilai sangat mahal, seperti patung-patung perunggu atau pula lukisan-lukisan kuno yang dipajang di sekitar dinding.Namun saat ini semuanya tampak tidak berguna, padang dan tombak menghancurkan karya seni itu."Ahk!" Sang Ratu mencengkram lengan kanannya akibat serpihan patung yang mengenai dirinya.Tabib tua segera memeriksa luka itu, dan membalutnya menggunakan kain hitam yang diambil dari tirai ruangan ini.Melihat hal terebut, Panglima Tua langsung melepaskan tebasan energi yang membuat para prajurit terpental keluar dari dalam Istana.Tindakan ini membuat ribuan prajurit yang ada di bawah mereka, sonta
Dua prajurit elit berusaha sekuat tenaga untuk menghalau gerombolan rekan-rekannya yang mengincar keselamatan Sang Ratu. Rasa penyesalan yang dialami mereka malah menjadi kekuatan untuk terus bertahan dari amukan para prajurit.Salah satu dari mereka mengangkat patung besar yang ada di ruangan tersebut, lalu melempar ke arah tangga. Para prajurit berusaha menghindari patung yang menggelinding, tapi patung-patung yang lain di lempar lagi ke arah tangga."Kita harus menahan mereka selama mungkin," ucap salah satu yang lain, kemudian dia melihat ke arah Panglima Tua dan berteriak, "Pergilah! kami akan menahan lantai ini, ada banyak prajurit berada di lantai atas, Sang Ratu pasti dalam bahaya!"Meski Panglima Tua merasa kasihan dengan dua mantan bawahannya, tapi pada akhirnya dia pergi meninggalkan mereka berdua.Sementara di sisi lain.Hongil tidak terpengaruh dengan kedatangan Lanting Beruga yang tiba-tiba dapat membunuh Kisame hanya dalam seka
Hongil meringis kesakitan, kini ada beberapa luka di derita di tubuhnya, membuat darah merah kental berbau anyir mulai menetes membasahi pakaiannya sendiri.Ah, warna bajunya mulai terlihat kemerahan bercampur hitam karena darah tersebut.Namun, nyawa masih di dalam badan, tidak mungkin Hongil menyerah begitu saja menghadapi Ketua Teratai Merah. Serangan barusan mutlak kesalahannya karena tidak waspada, atau dianggap pula sebagai keberuntungan bagi Ketua Teratai Merah.Sambil menghentakkan telapak tangan ke tanah, Hongil melompat tinggi dan melepaskan kupu-kupu daun ke arah Ketua Teratai Merah.Jumlah kupu-kupu dari daun itu begitu banyak, lebih dari ratusan buah, atau mungkin lebih dari seribu buah. Dia terbang pelan ke arah Ketua Teratai Merah, dan meledak satu persatu ketika Ketua tersebut menyerangnya.Namun, begitu banyak jumlah kupu-kupu tersebut, kini malah membuat lingkaran yang mengelilingi tubuh Ketua Teratai Merah."Kupu-kupu itu
Kekacauan yang dilakukan oleh Lanting Beruga dan Garuda Kencana benar-benar parah. Tidak ada benteng yang berdiri semenjak kedatangan pemuda tersebut, semua telah dihancurkannya hingga menjadi setumpuk reruntuhan.Teriakan para prajurit terdengar memekakkan, diselingi suara reruntuhan yang bergemuruh menciptakan gempa kecil di sekitar tempat ini.Puluhan orang terbelalak melihat tindakan pemuda tersebut, beberapa yang lain seolah melihat kekuatan dari seorang Petinggi Serikat Naga. Tidak butuh waktu lama, seluruh benteng ini rata dengan tanah, yang bahkan pimpinan Serikat Satria butuh kekuatan hebat untuk menjebol gerbang tembok Kekaisaran Tang."Kekuatan seperti apa yang dia miliki sebenarnya?" salah satu pendekar bertanya kepada temannya, yang kini terpaku seolah telah menjadi patung. "Tekanan energi ini, bukan berasal dari tenaga dalam, bukan pula berasal dari aura alam, ini adalah kekuatan yang berbeda, tidak pernah aku menemukan energi seperti ini!"
Ledakan dua kali terjadi di sekitar Lanting Beruga, tapi jurus jarak jauh itu tidak sempat mengenai kulit pemuda tersebut. Sebenarnya kecepatan serangan dua Ketua Aliran Hitam sulit untuk diikuti oleh mata telanjang, tapi kecepatan Lanting Beruga dalam menghindari serangan itu jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan kecepatan serangan mereka. Semua jurus itu hanya dihindari tanpa melakukan gerakan berarti, bahkan kadang kala Lanting Beruga hanya menggeser kepalanya ke samping, membiarkan tebasan lawannya melewati udara yang ada di tepi telinganya. Melihat tiga ketua itu kesulitan menghadapi Lanting Beruga, belasan prajurit elit datang untuk membantu. Para prajurit ini telah berada di level bumi rendah pada jalur kependekaran, meskipun tidak sekuat para Ketua Aliran Sesat, tapi paling tidak mereka dapat memberikan perlawanan yang cukup berarti. "Kami akan menciptakan celah, pada saat itu fokuslah untuk membunuh pemuda itu!" salah satu dari prajurit b
Maksud hati Lanting Beruga membiarkan para prajurit elit ini hidup, dan mungkin mereka dapat membenahi sifat mereka yang arogan, jadi dapat bermanfaat bagi Kekaisaran Tang, tapi apalah daya mereka semua menolak menyerah.Semuanya malah berteriak keras, "Bunuh pemuda itu!" Seolah mereka dapat melakukannya.Di sisi lain, Pimpinan Serikat Satria masih berjibaku dengan Wan Hua yang mulai kewalahan menghadapi semua jurus-jurus level tingginya.Meskipun Pimpinan Serikat Satria tidak menggunakan senjata, dan cendrung menggunakan tangan kosong, nyatanya satu pukulan Pimpinan Serikat Satria setara dengan pukulan gadah prajurit elit.Kali ini, Wan Hua terpental entah berapa depa jauhnya, begitu jauh dan menghantam puluhan prajurit yang lain.Pada saat yang sama, Wan Hua hanya berhasil menggores tipis wajah Pimpinan Serikat Satria dengan pedang yang ada pada kukunya."Jurus Pedang, Tulang Pedang!" ucap Wan Hua.Jurus ini memungkinkan Wan Hua men