Dua prajurit elit berusaha sekuat tenaga untuk menghalau gerombolan rekan-rekannya yang mengincar keselamatan Sang Ratu. Rasa penyesalan yang dialami mereka malah menjadi kekuatan untuk terus bertahan dari amukan para prajurit.
Salah satu dari mereka mengangkat patung besar yang ada di ruangan tersebut, lalu melempar ke arah tangga. Para prajurit berusaha menghindari patung yang menggelinding, tapi patung-patung yang lain di lempar lagi ke arah tangga.
"Kita harus menahan mereka selama mungkin," ucap salah satu yang lain, kemudian dia melihat ke arah Panglima Tua dan berteriak, "Pergilah! kami akan menahan lantai ini, ada banyak prajurit berada di lantai atas, Sang Ratu pasti dalam bahaya!"
Meski Panglima Tua merasa kasihan dengan dua mantan bawahannya, tapi pada akhirnya dia pergi meninggalkan mereka berdua.
Sementara di sisi lain.
Hongil tidak terpengaruh dengan kedatangan Lanting Beruga yang tiba-tiba dapat membunuh Kisame hanya dalam seka
Hongil meringis kesakitan, kini ada beberapa luka di derita di tubuhnya, membuat darah merah kental berbau anyir mulai menetes membasahi pakaiannya sendiri.Ah, warna bajunya mulai terlihat kemerahan bercampur hitam karena darah tersebut.Namun, nyawa masih di dalam badan, tidak mungkin Hongil menyerah begitu saja menghadapi Ketua Teratai Merah. Serangan barusan mutlak kesalahannya karena tidak waspada, atau dianggap pula sebagai keberuntungan bagi Ketua Teratai Merah.Sambil menghentakkan telapak tangan ke tanah, Hongil melompat tinggi dan melepaskan kupu-kupu daun ke arah Ketua Teratai Merah.Jumlah kupu-kupu dari daun itu begitu banyak, lebih dari ratusan buah, atau mungkin lebih dari seribu buah. Dia terbang pelan ke arah Ketua Teratai Merah, dan meledak satu persatu ketika Ketua tersebut menyerangnya.Namun, begitu banyak jumlah kupu-kupu tersebut, kini malah membuat lingkaran yang mengelilingi tubuh Ketua Teratai Merah."Kupu-kupu itu
Kekacauan yang dilakukan oleh Lanting Beruga dan Garuda Kencana benar-benar parah. Tidak ada benteng yang berdiri semenjak kedatangan pemuda tersebut, semua telah dihancurkannya hingga menjadi setumpuk reruntuhan.Teriakan para prajurit terdengar memekakkan, diselingi suara reruntuhan yang bergemuruh menciptakan gempa kecil di sekitar tempat ini.Puluhan orang terbelalak melihat tindakan pemuda tersebut, beberapa yang lain seolah melihat kekuatan dari seorang Petinggi Serikat Naga. Tidak butuh waktu lama, seluruh benteng ini rata dengan tanah, yang bahkan pimpinan Serikat Satria butuh kekuatan hebat untuk menjebol gerbang tembok Kekaisaran Tang."Kekuatan seperti apa yang dia miliki sebenarnya?" salah satu pendekar bertanya kepada temannya, yang kini terpaku seolah telah menjadi patung. "Tekanan energi ini, bukan berasal dari tenaga dalam, bukan pula berasal dari aura alam, ini adalah kekuatan yang berbeda, tidak pernah aku menemukan energi seperti ini!"
Ledakan dua kali terjadi di sekitar Lanting Beruga, tapi jurus jarak jauh itu tidak sempat mengenai kulit pemuda tersebut. Sebenarnya kecepatan serangan dua Ketua Aliran Hitam sulit untuk diikuti oleh mata telanjang, tapi kecepatan Lanting Beruga dalam menghindari serangan itu jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan kecepatan serangan mereka. Semua jurus itu hanya dihindari tanpa melakukan gerakan berarti, bahkan kadang kala Lanting Beruga hanya menggeser kepalanya ke samping, membiarkan tebasan lawannya melewati udara yang ada di tepi telinganya. Melihat tiga ketua itu kesulitan menghadapi Lanting Beruga, belasan prajurit elit datang untuk membantu. Para prajurit ini telah berada di level bumi rendah pada jalur kependekaran, meskipun tidak sekuat para Ketua Aliran Sesat, tapi paling tidak mereka dapat memberikan perlawanan yang cukup berarti. "Kami akan menciptakan celah, pada saat itu fokuslah untuk membunuh pemuda itu!" salah satu dari prajurit b
Maksud hati Lanting Beruga membiarkan para prajurit elit ini hidup, dan mungkin mereka dapat membenahi sifat mereka yang arogan, jadi dapat bermanfaat bagi Kekaisaran Tang, tapi apalah daya mereka semua menolak menyerah.Semuanya malah berteriak keras, "Bunuh pemuda itu!" Seolah mereka dapat melakukannya.Di sisi lain, Pimpinan Serikat Satria masih berjibaku dengan Wan Hua yang mulai kewalahan menghadapi semua jurus-jurus level tingginya.Meskipun Pimpinan Serikat Satria tidak menggunakan senjata, dan cendrung menggunakan tangan kosong, nyatanya satu pukulan Pimpinan Serikat Satria setara dengan pukulan gadah prajurit elit.Kali ini, Wan Hua terpental entah berapa depa jauhnya, begitu jauh dan menghantam puluhan prajurit yang lain.Pada saat yang sama, Wan Hua hanya berhasil menggores tipis wajah Pimpinan Serikat Satria dengan pedang yang ada pada kukunya."Jurus Pedang, Tulang Pedang!" ucap Wan Hua.Jurus ini memungkinkan Wan Hua men
Sementara itu, di tepi hutan ....Tetua Berwajah Wanita mulai merasa sedikit kewalahan mengahadapi serigala besar berkepala tiga ini. Meski dia telah membuat mahluk itu banyak mengalami luka yang cukup parah, tapi nyatanya membuat dia mati bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan.Alih-alih dapat membunuhnya, sekarang Tetua Berwajah Wanita itu mulai kehabisan staminanya.Tidak banyak aura alam yang tersisa di dalam tubuh pria tersebut, dan ini benar-benar bahaya. Jika energi itu telah habis, maka yang bisa dia andalkan hanyalah tenaga dalam dan kekuatan pisik.Sayang sekali, kekuatan pisik pria itu tidak begitu hebat, terlihat jelas dari bentuk tubuhnya yang gemulai.Lolongan Serigala sekali lagi terdengar keras sebelum mahluk tersebut menyerang Tetua Berwajah Wanita, menyeruduk dirinya dengan moncong hitam hingga terpental entah beberapa depa jauhnya.Belasan pohon tumbang karena moncong hitam itu, Tetua Berwajah Wanita memuntahkan darah
Jun Hui hampir saja muntah darah melihat Serigala Besar kesayangannya kini telah tewas oleh ulah siluman elang berkaki empat.Dia berniat mendatangai mayat siluman tersebut, tapi Tetua Berambut Perak langsung menghajar dirinya dengan banyak tebasan."Aku belum kalah, kenapa kau berpaling wajah?" sindir Tetua Berambut Perak."Kurang aja, orang tua sepertimu tampaknya memang harus mati di tanganku!" Jun Hui mengeraskan rahangnya, mencoba melepaskan beberapa serangan jarak jauh.Namun, Pria berwajah anak kecil itu mampu menghindarinya dengan sangat baik.Melihat hal itu, Elang Berkaki Empat tampaknya tidak berniat untuk menonton saja pertarungan antara mereka berdua, dia sudah cukup besar untuk melawan beberapa lawan.Jadi, setelah dia melompat tinggi ke udara, Elang Berkaki Empat menyerang Jun Hui dengan bulu-bulu perak.Mendapatkan bantuan dari langit, Tetua Berambut Perak sekali lagi berhasil mendaratkan serangan ke tubuh Jun Hui.
Setelah menghabisi lawannya, Lanting Beruga bergerak lagi ke arah 3 ketua aliran sesat yang berniat untuk melarikan diri dari pertarungan ini.Mereka sudah bergerak ke arah huta, mencoba melihat celah, tapi kemudian wajah mereka langsung berubah suram saat Lanting Beruga telah berada di hadapan mereka."Kesempatan kalian sudah habis!" ucap Lanting Beruga, dengan teknik pedang awan berarak, pemuda itu menghabisi tiga orang itu dalam tiga gerakan cepat.Para pendekar aliran sesat benar-benar kehilangan mental saat melihat semua petinggi yang mereka banggakan telah mati di tangan Lanting Beruga, bahkan sebelum mereka sempat merasakan kemenangan pada pertempuran ini.Setelah menghabisi 3 orang itu, Lanting Beruga mulai menyerang puluhan pendekar aliran hitam yang ada di hadapannya.Pedang sisik naga hijau tidak mengincar hal lain kecuali bagian leher lawan, membuat banyak kepala tanggal dari tubuh mereka.Jumlah ini semakin meningkat
Setelah berhasil menghabisi semua orang prajurit elit yang menolak untuk menyerang, Lanting Beruga memimpin pasukan untuk menguasai reruntuhan benteng.Ratusan prajurit dipukul mundur ke belakang, sementara pemuda itu berada pada barisan paling depan dengan pedang yang berlumuran darah.Pendekar Aliran putih berjumlah tidak lebih dari 1500 orang saat ini, tapi mereka memiliki semangat yang luar biasa besar.Di sebelah kiri Lanting Beruga, berjalan Pimpinan Serikat Satria, dan sebelah kanan berdiri pula sosok Putri Sin Tang yang beru saja berhasil menghabisi lawannya berkat bantuan Garuda Kencana.Kini burung berkaki empat itu mungkin sedang kelelahan, dia berdiri pada salah satu menara tinggi yang tersisa di Kekaisaran Tang. Mata burung berkaki empat menatap ke bawah dengan tajam, sedikitpun tidak melepaskan padangan pada ribuan prajurit yang ada di hadapannya.Semua tetua telah berkumpul di sekitar Lanting Beruga, kecuali satu ketua lagi, yaitu Ke