Jun Hui hampir saja muntah darah melihat Serigala Besar kesayangannya kini telah tewas oleh ulah siluman elang berkaki empat.
Dia berniat mendatangai mayat siluman tersebut, tapi Tetua Berambut Perak langsung menghajar dirinya dengan banyak tebasan.
"Aku belum kalah, kenapa kau berpaling wajah?" sindir Tetua Berambut Perak.
"Kurang aja, orang tua sepertimu tampaknya memang harus mati di tanganku!" Jun Hui mengeraskan rahangnya, mencoba melepaskan beberapa serangan jarak jauh.
Namun, Pria berwajah anak kecil itu mampu menghindarinya dengan sangat baik.
Melihat hal itu, Elang Berkaki Empat tampaknya tidak berniat untuk menonton saja pertarungan antara mereka berdua, dia sudah cukup besar untuk melawan beberapa lawan.
Jadi, setelah dia melompat tinggi ke udara, Elang Berkaki Empat menyerang Jun Hui dengan bulu-bulu perak.
Mendapatkan bantuan dari langit, Tetua Berambut Perak sekali lagi berhasil mendaratkan serangan ke tubuh Jun Hui.
Setelah menghabisi lawannya, Lanting Beruga bergerak lagi ke arah 3 ketua aliran sesat yang berniat untuk melarikan diri dari pertarungan ini.Mereka sudah bergerak ke arah huta, mencoba melihat celah, tapi kemudian wajah mereka langsung berubah suram saat Lanting Beruga telah berada di hadapan mereka."Kesempatan kalian sudah habis!" ucap Lanting Beruga, dengan teknik pedang awan berarak, pemuda itu menghabisi tiga orang itu dalam tiga gerakan cepat.Para pendekar aliran sesat benar-benar kehilangan mental saat melihat semua petinggi yang mereka banggakan telah mati di tangan Lanting Beruga, bahkan sebelum mereka sempat merasakan kemenangan pada pertempuran ini.Setelah menghabisi 3 orang itu, Lanting Beruga mulai menyerang puluhan pendekar aliran hitam yang ada di hadapannya.Pedang sisik naga hijau tidak mengincar hal lain kecuali bagian leher lawan, membuat banyak kepala tanggal dari tubuh mereka.Jumlah ini semakin meningkat
Setelah berhasil menghabisi semua orang prajurit elit yang menolak untuk menyerang, Lanting Beruga memimpin pasukan untuk menguasai reruntuhan benteng.Ratusan prajurit dipukul mundur ke belakang, sementara pemuda itu berada pada barisan paling depan dengan pedang yang berlumuran darah.Pendekar Aliran putih berjumlah tidak lebih dari 1500 orang saat ini, tapi mereka memiliki semangat yang luar biasa besar.Di sebelah kiri Lanting Beruga, berjalan Pimpinan Serikat Satria, dan sebelah kanan berdiri pula sosok Putri Sin Tang yang beru saja berhasil menghabisi lawannya berkat bantuan Garuda Kencana.Kini burung berkaki empat itu mungkin sedang kelelahan, dia berdiri pada salah satu menara tinggi yang tersisa di Kekaisaran Tang. Mata burung berkaki empat menatap ke bawah dengan tajam, sedikitpun tidak melepaskan padangan pada ribuan prajurit yang ada di hadapannya.Semua tetua telah berkumpul di sekitar Lanting Beruga, kecuali satu ketua lagi, yaitu Ke
Denga kematian Hongil, artinya berakhir sudah kekuasaan Aliran Hitam di wilayah Aliran Darah Besi dan Kekaisaran Tang. Yang tersisa mungkin hanya Tia Cia, sang buruk rupa yang berkhianat dengan golongan aliran putih, tapi di dalam perang ini, dia tidak muncul, mungkin karena kondisi tubuhnya yang remuk redam setelah terkena pukulan Lanting Beruga.Setelah berhasil memulihkan kondisinya, dan mengobati semua luka fisik dan luka dalam, Ketua Teratai Merah bersama dengan pendekar teratai merah bergerak untuk membantu Lanting Beruga dan pendekar aliran putih yang lain.Jumlah musuh masih sangat banyak, mungkin 7 ribuan orang, atau mungkin lebih banyak dari itu.Itu artinya, masing-masing dari mereka harus membunuh paling tidak 8 orang prajurit kekaisaran Tang, tapi Lanting Beruga telah berjanji untuk menyisakan setengah prajurit atas permintaan Sang Ratu Kekaisaran Tang."Kalian mundurlah sedikit ke belakang!" ucap Lanting Beruga, berkata kepada Pimpinan Serik
Pijar cahaya terang masih terpancar dari moncong naga bayangan yang menghantam dinding energi bentukan prajurit elit Kekaisaran Tang. Dari benturan itu, terlepas tekanan gelombang kejut yang menyapu benda apapun, hingga puncak pada benturan itu, menciptakan ledakan yang luar biasa besar. Semua prajurit yang berada di garis depan terpental puluhan depa jauhnya, muntah darah bahkan beberapa yang lain langsung tewas seketika. Sialnya, naga bayangan masih utuh, dan terus bergerak ke depan, menyapu apapun yang berada pada jalur lintasannya. Lanting Beruga tidak berniat lagi mengampuni para pembangkang ini, simpatinya telah hilang atas kesombongan para prajurit itu sendiri. Booom. Ledakan ke dua terjadi, kali ini menghantam tubuh para panglima perang Kekaisaran Tang. Dua orang terpental entah berapa depa jauhnya, menghantam dinding istana hingga tiga pilar penyangga hancur olehnya. Tiga yang lain, tidak diketahui
Ketika wajah bangsawan Tang sedang diselimuti oleh kesedihan, tiba-tiba mata kiri Lanting Beruga berdenyut kuat. Denyutan itu semakin terasa dengan jelas dari arah hutan belantara yang ada di dihadapan Kekaisaran Tang.Pada saat yang sama pula, para pendekar merasakan tekanan aura alam yang begitu dahsyat, membuat tubuh mereka menggigil karena cemas."Aliran hitam?" tanya Panglima Tua yang berada di belakang Lanting Beruga."Bukan," jawab Lanting Beruga, "Mulai dari sekarang, kalian semua tidak ada urusan dengan hal yang akan terjadi setelah ini."Setelah berkata demikian, Lanting Beruga melompat dari lantai tertinggi Istana Kekaisaran Tang, dan turun tepat dihadapan Pimpinan Serikat Satria.Pria tua itu langsung mendekati Lanting Beruga, menanyakan apa yang dia rasakan saat ini, apakah itu adalah musuh dari aliran hitam yang lain, tapi Lanting Beruga menjawab jika mulai saat ini, urusan yang akan terjadi ke depannya tidak ada sangkut pautnya
Sejauh mata memandang tidak ada apapun kecuali hijaunya hutan belantara, atau pula lautan luas di sisi lain hutan tersebut.Udara yang kencang membuat situasi antara ke dua belah pihak menjadi sedikit tegang saat ini.Lanting Beruga telah berada di posisinya, tapi pedang sisik naga hijau masih tersimpan dengan rapi di dalam tanda apinya.Pemuda itu tidak berniat memulai pertempuran ini, dia ingin menunggu, siapa saja yang bergerak saat ini.Namun tanpa di ketahui oleh Lanting Beruga, beberapa hari yang lalu, kabar mengenai kedatangan Serikat Naga menuju Kekaisaran Tang telah diketahui oleh Bony An.Wanita itu langsung memutuskan untuk pergi bersama pendekar terbaik yang dia miliki menuju Kekaisaran Tang, dan sekarang dalam perjalanan."Para budak Bangsawan tidak tahu malu," ucap Bony An, seraya menggunakan seluruh kekuatannya untuk menggunakan ilmu meringankan tubuh. "Mereka menyerang satu orang dengan banyak pasukan.""Bidadari Abadi
Lanting Beruga menghadapi semua serangan, yang datang silih berganti. Jika dibandingkan dengan para pendekar atau petinggi aliran hitam, pendekar level bumi ini lebih mengerti taktik menyerang, merkea menguasai banyak strategi untuk melumpuhkan lawan, terlihat jelas dari pola serangan yang mereka tunjukan.Semuanya terlihat tenang, tidak terkesan buru-buru seperti yang acap kali ditunjukan oleh para pendekar.Jika yang lain menyerang, pihak yang lain melakukan pertahanan, atau berusaha mengacaukan konsentrasi Lanting Beruga.Namun harus mereka sadari, Lanting Beruga adalah pendekar paling tangguh yang pernah mereka lawan.Dalam sebuah kesempatan, sebuah kilatan cahaya terang menderu dari arah langit, arah depan dan arah belakang.Kepungan serangan itu bertujuan untuk melemahkan Lanting Beruga, tapi pemuda itu berhasil menghancurkan semua serangan tersebut.Wush.Lanting Beruga berada tepat di samping salah satu satria naga, mengayunka
Mata Bony An berkilat hijau ketika kutukan itu mulai bereaksi, tapi yang mati karena teknik itu hanya lima orang saja, selebihnya masih bertahan hidup.Ini benar-benar aneh, kutukan mata asura yang dimiliki oleh Bony An memiliki kemutlakan tidak dapat tangkal oleh siapapun, kecuali mungkin Lanting Beruga.Namun, anehnya semua orang di sini terlihat biasa saja dengan kutukan mata tersebut.Ini ada dua alasan yang mungkin mendasari hal tersebut, alasan pertama karena mereka memiliki jiwa yang sangat kuat, seperti jiwa Ares yang berfokus pada pengabdiannya kepada Bangsawan Dunia dibandingkan dengan memikirkan wanita seperti Bony An.Kasus seperti ini sangat jarang terjadi, bahkan sehebat apapun para pendekar, tampaknya akan mengalami rasa suka terhadap lawan jenis ketika usia mereka sudah benar-benar matang.Mengenai kasus Lanting Beruga, dia mungkin tidak ubahnya dengan Ares, hanya saja tujuan pemuda itu untuk menjadi seorang dewa pedang, hingga lupa