Ketika wajah bangsawan Tang sedang diselimuti oleh kesedihan, tiba-tiba mata kiri Lanting Beruga berdenyut kuat. Denyutan itu semakin terasa dengan jelas dari arah hutan belantara yang ada di dihadapan Kekaisaran Tang.
Pada saat yang sama pula, para pendekar merasakan tekanan aura alam yang begitu dahsyat, membuat tubuh mereka menggigil karena cemas.
"Aliran hitam?" tanya Panglima Tua yang berada di belakang Lanting Beruga.
"Bukan," jawab Lanting Beruga, "Mulai dari sekarang, kalian semua tidak ada urusan dengan hal yang akan terjadi setelah ini."
Setelah berkata demikian, Lanting Beruga melompat dari lantai tertinggi Istana Kekaisaran Tang, dan turun tepat dihadapan Pimpinan Serikat Satria.
Pria tua itu langsung mendekati Lanting Beruga, menanyakan apa yang dia rasakan saat ini, apakah itu adalah musuh dari aliran hitam yang lain, tapi Lanting Beruga menjawab jika mulai saat ini, urusan yang akan terjadi ke depannya tidak ada sangkut pautnya
Sejauh mata memandang tidak ada apapun kecuali hijaunya hutan belantara, atau pula lautan luas di sisi lain hutan tersebut.Udara yang kencang membuat situasi antara ke dua belah pihak menjadi sedikit tegang saat ini.Lanting Beruga telah berada di posisinya, tapi pedang sisik naga hijau masih tersimpan dengan rapi di dalam tanda apinya.Pemuda itu tidak berniat memulai pertempuran ini, dia ingin menunggu, siapa saja yang bergerak saat ini.Namun tanpa di ketahui oleh Lanting Beruga, beberapa hari yang lalu, kabar mengenai kedatangan Serikat Naga menuju Kekaisaran Tang telah diketahui oleh Bony An.Wanita itu langsung memutuskan untuk pergi bersama pendekar terbaik yang dia miliki menuju Kekaisaran Tang, dan sekarang dalam perjalanan."Para budak Bangsawan tidak tahu malu," ucap Bony An, seraya menggunakan seluruh kekuatannya untuk menggunakan ilmu meringankan tubuh. "Mereka menyerang satu orang dengan banyak pasukan.""Bidadari Abadi
Lanting Beruga menghadapi semua serangan, yang datang silih berganti. Jika dibandingkan dengan para pendekar atau petinggi aliran hitam, pendekar level bumi ini lebih mengerti taktik menyerang, merkea menguasai banyak strategi untuk melumpuhkan lawan, terlihat jelas dari pola serangan yang mereka tunjukan.Semuanya terlihat tenang, tidak terkesan buru-buru seperti yang acap kali ditunjukan oleh para pendekar.Jika yang lain menyerang, pihak yang lain melakukan pertahanan, atau berusaha mengacaukan konsentrasi Lanting Beruga.Namun harus mereka sadari, Lanting Beruga adalah pendekar paling tangguh yang pernah mereka lawan.Dalam sebuah kesempatan, sebuah kilatan cahaya terang menderu dari arah langit, arah depan dan arah belakang.Kepungan serangan itu bertujuan untuk melemahkan Lanting Beruga, tapi pemuda itu berhasil menghancurkan semua serangan tersebut.Wush.Lanting Beruga berada tepat di samping salah satu satria naga, mengayunka
Mata Bony An berkilat hijau ketika kutukan itu mulai bereaksi, tapi yang mati karena teknik itu hanya lima orang saja, selebihnya masih bertahan hidup.Ini benar-benar aneh, kutukan mata asura yang dimiliki oleh Bony An memiliki kemutlakan tidak dapat tangkal oleh siapapun, kecuali mungkin Lanting Beruga.Namun, anehnya semua orang di sini terlihat biasa saja dengan kutukan mata tersebut.Ini ada dua alasan yang mungkin mendasari hal tersebut, alasan pertama karena mereka memiliki jiwa yang sangat kuat, seperti jiwa Ares yang berfokus pada pengabdiannya kepada Bangsawan Dunia dibandingkan dengan memikirkan wanita seperti Bony An.Kasus seperti ini sangat jarang terjadi, bahkan sehebat apapun para pendekar, tampaknya akan mengalami rasa suka terhadap lawan jenis ketika usia mereka sudah benar-benar matang.Mengenai kasus Lanting Beruga, dia mungkin tidak ubahnya dengan Ares, hanya saja tujuan pemuda itu untuk menjadi seorang dewa pedang, hingga lupa
"Jangan banyak berpikir ...," Bony An kemudian memelankan suaranya, 'suamiku! aku tahu kau mengkhawatirkan aku bukan, tapi tenang saja, selagi bersamamu aku akan menjadi lebih kuat lagi!'Dua pendekar yang berada di belakang Bony An memutar bola matanya ke atas, wanita ini sudah gila karena cinta. Sampai segala urusan dikaitkan dengan Lanting Beruga, yang belum tentu menyukai dirinya.Setelah berkata demikian, Bony An memilih satu satria naga emas yang paling kuat, kemudian membiarkan satu lagi satria di lawan oleh anggotanya.Satu anggota Bony An yang lain bertugas untuk melawan satria naga yang lain, mereka berada pada level bumi rendah atau paling tinggi level bumi sedang.Jadi sekarang, ada empat titik pertarungan yang sedang berlangsung. Bony An membawa lawannya sedikit menjauhi pertarungan karena kipas di tangannya dapat mengacaukan pikiran teman-temannya sendiri.Sementara pengawal Bony An yang lain bertarung membabi buta, melawan pasukan ya
"AHKKKK!" Lanting Beruga berteriak keras, ketika cahaya merah terang itu meledak dari dalam tubuhnya, dan pada saat yang sama pemuda itu keluar dari dalam kehancuran segel Singgasana.Bony An melihat hal itu untuk sesaat, menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba menepiskan pikiran negatif kepada Lanting Beruga.Ya, bukankah pemuda itu sudah terbiasa berhadapan dengan situasi seperti ini, yang bahkan mempertaruhkan nyawanya sendiri? Bony An tidak menyadari hal tersebut.Lanting Beruga kini berada cukup tinggi di atas awang-awang, mata kirinya mulai bersinar sedikit lebih terang dari sebelumnya.Tangan kanannya terbuka dan mengarah ke samping, pada saat yang sama suara siulan terdengar cukup nyaring.Set menyapukan pandangannya ke sekeliling, tidak mengetahui sumber suara dari siulan tersebut, tapi ketika dia sadar, cahaya merah hampir menghantam tubuhnya saat ini.Itu adalah suara dari pedang sisik naga hijau yang terbang cepat, dan kini pedang
Sementara di sisi lain, Bony An kini sedang berhadapan dengan salah satu satria naga emas yang memiliki level bumi tinggi pada jalur kependekaran.Pria itu tidak menggunakan pedang sebagai senjatanya, melainkan sebuah tongkat kecil yang panjangnya mungkin hanya tiga jengkal saja.Tongkat kecil itu sanga keras, entah apa bahan pembuatan tongkat kecil itu, tapi yang jelas dia mampu menghancurkan batu besar hanya dengan sekali pukulan saja.Pertarungan antara Bony An melawan pria itu baru berlangsung beberapa menit saja, tapi mereka telah bertukar serangan lebih dari 50 kali secara bergantian.Bagusnya, Bony An lebih kuat dari pada dirinya ketika berada di Kota Pertengahan beberapa bulan yang lalu.Latihan yang dilakukan oleh Bony An di alam lelembut siluman bangsa elang berkaki empat, rupanya membuahkan hasil yang cukup bagus.Buktinya sekarang, dia mampu mengimbangi semua gerakan, serangan dan teknik yang ditunjukan oleh Satria Naga Emas ini.
Pertarungan Bony An melawan salah satu Satria Naga menciptakan banyak kerusakan di atas dataran tinggi tersebut, tapi hal ini juga berlaku pada anak buah Bony An yang memiliki ukuran tubuh sangat besar.Tubuh kekar itu berhadapan dengan belasan satria naga biasa, tapi memiliki kemampuan dan level bumi sedang. Beberapa dari mereka bahkan hampir menyentuh bumi tinggi pada jalur kependekaran.Tubuh besar itu itu sesekali diserang bersamaan, dia ditindih oleh belasan lawannya, membuat pria itu terpaksa terhimpit oleh banyaknya serikat naga."Ahkkkk!" Dia berteriak keras, pada saat yang sama para satria naga terlempar beberapa depa jauhnya."Cara seperti itu tidak akan menghentikan diriku, bodoh!" ucap dirinya, berjalan seperti robot dengan langkah panjang dan kepalan tinju yang besar.Salah satu satria naga berusaha menyerang dirinya, tapi tangan besar itu malah menarik rambut pria itu, kemudian dia membanting kepala itu ke permukaan batu.
Bahwan Bony An yang lain berjibaku tidak jauh dari lokasi pertarungan Lanting Beruga melawan Set. Karena hal itu, dia acap kali merasakan kematian berada paling dekat dengan dirinya dibanding dengan orang lain.Sesekali kilatan cahaya terang yang dihasilkan dari pertarungan Lanting melawan Set, membuat pria itu terpental beberapa jauhnya, begitu pula dengan lawannya yang berada di level naga emas.Meskipun dirinya tidak memiliki tubuh besar seperti bawahan Bony An yang lain, dan bisa dibilang bertubuh kecil dan kerempeng, tapi pria tersebut memiliki gerakan yang lumayan gesit dengan teknik pedang yang dikuasainya.Sesekali dia berhasil mendorong lawan hingga tertekan, tapi kadang kala pula imbas pertarungan antara Lanting Beruga dan Set membuat dirinya kehilangan momen untuk membunuh lawannya."Sial, dua orang gila ini membuat dataran tinggi hampir terbelah!" gumam pria tersebut, setelah terlempar beberapa puluh depa jauhnya karena hempasan dari raksasa b