"Bibi Ratu, apa kau sudah pulih?" Lanting Beruga merengek di depan Sang Ratu, "Kapan kita keluar, aku akan mati jika berada di tempat ini!"
Sang Ratu tersenyum tipis, dia menatap wajah Lanting Beruga dengan lekat, seolah berusaha menjamah sisi lain dari sosok pemuda tersebut.
Ketika dalam ke adaan seperti ini, Sang Ratu dapat melihat Lanting Beruga tidak ubahnya dengan pemuda biasa yang tiada mengenal dunia persilatan.
Sangat polos dengan pikiran makan dan makan. Tampaknya tidak ada hal yang menarik di dunia ini kecuali makan saja, dan ini membuat perasaan Sang Ratu tersentuh.
Kiranya, Pangeran Jianhen memiliki pribadi seperti Lanting Beruga, mungkin Kekaisaran Tang akan menjadi negri yang sangat makmur hingga 100 tahun ke depan. Sayangnya, Jianhen tidak hanya memikirkan makanan saja, dia memikirkan harta lain, kekuasaan, wilayah, dan status sosial.
"Bibi Ratu, kau menangis?" tanya Lanting Beruga. "Aku yakin kau juga merasakannya, bukan? benar aku
Para Ketua Aliran Putih telah bergerak sepenuhnya untuk menghalau ribuan pasukan yang menekan, hal ini mereka lakukan agar tidak terjadi lebih banyak korban jiwa di pihak mereka."Pria itu harus di hentikan!" ucap Ketua Wan Hua, berkata kepada temannya, Kisame.Mereka berdua mulai bergerak mendekati Pimpinan Serikat Satria, karena jelas simbol kekuatan pendekar aliran putih ada pada pria tua tersebut.Wan Hua dengan seluruh tubuh dibalut oleh pedang, mulai melepaskan beberapa serangan terhadap pendekar aliran putih yang menghalangi jalannya.Pria itu benar-benar kejam, membunuh dengan cabikan dan sayatan yang begitu banyak pada lawan-lawannya.Hanya dalam beberapa menit saja, dia mampu membunuh puluhan pendekar aliran putih dengan teknik kutukan.Secara kemampuan dia memang sangat hebat, teknik pedang yang ditunjukannya memang penuh variasi, dan sulit ditebak oleh pendekar aliran putih. Oleh karena itu, dia tidak butuh waktu yang lama untuk
Putri Sin Tang tidak tahu jenis burung apa yang baru saja membantu pendekar aliran putih dari atas awang-awang. Dalam hidupnya, baru kali ini dia melihat ada burung berkaki empat dengan paruh besar dan ukuran hampir seperti sapi dewasa. Ah, sepertinya Putri Sin Tang tidak pernah bertemu dengan bangsa siluman sebelumnya, jadi melihat Garuda Kencana membuatnya terpukau sekaligus tercengang.Ketua Aliran Hitam menyipitkan mata ketika burung itu lagi-lagi menggagalkan serangan Hongil. Lagipula, kenapa burung itu bisa melepaskan banyak sekali bulu yang keras?Klik Klik Klik.Teriakan Garuda Kencana mengejutkan Jun Hui dan serigala hitam besar berkepala tiga yang kini bertarung melawan dua tetua di tengah hutan.Mendadak Serigala itu melolong keras secara bersamaan, dengan mata liar menatap ke atas langit pada sosok elang berkaki empat yang bergerak bebas menyerang ke bawah."Klik Klik!" burung itu seolah berkata, 'serang musuh, aku akan membantu k
Lanting Beruga mendengar suara gemuruh di luar Istana ini, tapi tidak berniat meninggalkan tempat ini sebelum perutnya terisi penuh. Jikalah istana ini akan runtuh dan rata menjadi tanah, mungkin pula pemuda itu akan tetap di dalam dapur, menghabisi semua makanan baru akan melarikan diri.Sang Ratu mulai merasa khawatir, terlihat jelas dari raut wajahnya, sementara itu Panglima Tua berdiri di atas pintu dapur, hanya untuk memastikan tidak ada lagi prajurit yang akan datang ke sini.Satu prajurit benar-benar datang, tapi kali ini Panglima Perang tidak berniat membunuh dirinya, melainkan di tarik masu ke dalam.Dua kali jotosan di kepalanya sudah lebih dari cukup untuk membuka mulut prajurit lemah tersebut."Ampun, ampun ...." dia meringis kesakitan, memegangi dua matanya yang kini berwarna hitam kemerahan. "Aku hanya prajurit biasa, tidak bisa melanggar perintah pangeran Jianhen, jika tidak anak dan istriku akan dibunuh!"Sang Ratu tidak menyalahkan
Puluhan orang itu tidak mendengarkan ucapan Lanting Beruga, tentu pula karena tidak bisa memahami ucapan yang keluar dari dalam mulut pemuda tersebut."Dia pasti orangnya, penyusup yang berniat membunuh Pangeran Jianhen! jangan biarkan dia hidup!"Dengan penuh semangat, lebih-lebih ketika mereka tidak merasakan tekanan tenaga dalam dan aura alam dari tubuh pemuda itu, mereka menganggap remah seorang monster.Lanting Beruga berjalan tenang seraya mengambil satu buah kayu bakar sebesar lengannya sendiri, sambil menghindari serangan-serangan musuhnya, dia menyerang tengkuk mereka dengan kayu bakar itu.Plak plak plakBegitu mudahnya dia melumpuhkan orang-orang itu, semuda dia membalikan telapak tangan. Jika dia menggunakan pedang, mungkin belasan kepala akan jadi pemandangan mengerikan di dapur Istana ini.Lanting Beruga tidak tahu apakah puntung kayu bakar ini ada yang membunuh lawannya, tapi seingat dirinya dia tidak menggunakan tenaga yang b
Lanting Beruga mulai kehilangan senyum ramah yang biasanya dia tunjukan, atau pula tingkah bodohnya masalah makanan. Sekarang, dia bena-benar berubah menjadi orang yang ditakuti oleh semua Aliran Hitam dari Wilayah Aliran Darah Besi."Aku tidak ...." Kisame hendak melakukan kesepakatan dengan Lanting Beruga, tapi kesepakatan itu sebenarnya sudah pernah diajukan oleh pemuda tersebut ketika berada di istana Bony An, tapi Kisame dan rekan-rekannya menolak untuk menjalin hubungan baik dengan Aliran Darah Besi.Kisame dengan kesombongannya, pergi tanpa menyetujui kesepakatan itu, tapi hari ini dia berniat menjalin kesepakatan lagi dengan Lanting Beruga, tapi tentu saja sudah terlambat. Tidak ada kesempatan ke dua.Pedang Lanting Beruga bergerak sangat cepat, hingga Kisame tidak menyadari jika kini kepala dan tubuhnya telah terpisah."AHKKKKK!" terdengar beberapa teriakan dari mulut pendekar aliran sesat wilayah Aliran Darah Besi, ketika melihat kepala Ketua te
Di dalam istana, ada banyak prajurit yang mencoba menghalangi jalan Sang Ratu untuk menemui Putranya. Kini beberapa puluh orang menghadang langkah mereka, dan mulai menyerang Panglima Tua seorang diri.Pertarungan sengit terjadi saat ini juga, yang menyebabkan ada banyak perabotan Istana hancur berantakan.Beberapa perabotan itu bernilai sangat mahal, seperti patung-patung perunggu atau pula lukisan-lukisan kuno yang dipajang di sekitar dinding.Namun saat ini semuanya tampak tidak berguna, padang dan tombak menghancurkan karya seni itu."Ahk!" Sang Ratu mencengkram lengan kanannya akibat serpihan patung yang mengenai dirinya.Tabib tua segera memeriksa luka itu, dan membalutnya menggunakan kain hitam yang diambil dari tirai ruangan ini.Melihat hal terebut, Panglima Tua langsung melepaskan tebasan energi yang membuat para prajurit terpental keluar dari dalam Istana.Tindakan ini membuat ribuan prajurit yang ada di bawah mereka, sonta
Dua prajurit elit berusaha sekuat tenaga untuk menghalau gerombolan rekan-rekannya yang mengincar keselamatan Sang Ratu. Rasa penyesalan yang dialami mereka malah menjadi kekuatan untuk terus bertahan dari amukan para prajurit.Salah satu dari mereka mengangkat patung besar yang ada di ruangan tersebut, lalu melempar ke arah tangga. Para prajurit berusaha menghindari patung yang menggelinding, tapi patung-patung yang lain di lempar lagi ke arah tangga."Kita harus menahan mereka selama mungkin," ucap salah satu yang lain, kemudian dia melihat ke arah Panglima Tua dan berteriak, "Pergilah! kami akan menahan lantai ini, ada banyak prajurit berada di lantai atas, Sang Ratu pasti dalam bahaya!"Meski Panglima Tua merasa kasihan dengan dua mantan bawahannya, tapi pada akhirnya dia pergi meninggalkan mereka berdua.Sementara di sisi lain.Hongil tidak terpengaruh dengan kedatangan Lanting Beruga yang tiba-tiba dapat membunuh Kisame hanya dalam seka
Hongil meringis kesakitan, kini ada beberapa luka di derita di tubuhnya, membuat darah merah kental berbau anyir mulai menetes membasahi pakaiannya sendiri.Ah, warna bajunya mulai terlihat kemerahan bercampur hitam karena darah tersebut.Namun, nyawa masih di dalam badan, tidak mungkin Hongil menyerah begitu saja menghadapi Ketua Teratai Merah. Serangan barusan mutlak kesalahannya karena tidak waspada, atau dianggap pula sebagai keberuntungan bagi Ketua Teratai Merah.Sambil menghentakkan telapak tangan ke tanah, Hongil melompat tinggi dan melepaskan kupu-kupu daun ke arah Ketua Teratai Merah.Jumlah kupu-kupu dari daun itu begitu banyak, lebih dari ratusan buah, atau mungkin lebih dari seribu buah. Dia terbang pelan ke arah Ketua Teratai Merah, dan meledak satu persatu ketika Ketua tersebut menyerangnya.Namun, begitu banyak jumlah kupu-kupu tersebut, kini malah membuat lingkaran yang mengelilingi tubuh Ketua Teratai Merah."Kupu-kupu itu