Para panglima perang yang berada di sisi lain, tampaknya tidak ingin kalah saing dengan aliran hitam yang bertindak lebih dahulu untuk menghabisi semua aliran putih.
Jadi beberapa petinggi itu juga menginstruksikan pasukannya untuk bergerak di luar tembok pertahanan, dan menyisakan 80% pasukan di dalam tembok itu.
Hampir 2000 pasukan telah bergerak saat ini, beberapa dari mereka menggunakan panah dan pedang, beberapa yang lain menggunakan kapak dan golok besar.
Pemimpin Serikat Satria masih belum memberikan instruksi untuk menyerang, dia menahan diri cukup lama, tapi ketika pasukan tersebut sudah berada pada pertengahan padang rumput ini, dia berteriak keras.
"Lepaskan Seluruh Panah!" ucap dirinya.
Di belakang pasukan itu, ada sekitar 300 pendekar sedang memutar tuas pada gerobak besar yang disebut sebagai Kereta Iblis.
Kereta ini pernah digunakan oleh Seno Geni untuk menyerang pasukan musuh, yang diciptakan oleh Empu Pelak, empu terbaik sep
Riuh suara pertempuran mulai mengusik Lanting Beruga yang kelaparan di dalam ruang bawah tanah.Pemuda itu masih menuggu Sang Ratu untuk memulihkan kondisi sepenuhnya, atau pula Panglima Tua berpakain putih yang kini sedang berusaha menghimpun aura alam.Sesekali pemuda itu berguling di lantai ruangan, mencengkram perutnya yang terasa melilit."Apa aku boleh keluar?" tanya Lanting Beruga, bertanya pada Sang Ratu yang duduk di atas pembaringan sambil mengatur nafasnya, tampaknya dia sedang melakukan meditasi saat ini. "Ini membosankan, jika kalian takut, aku akan keluar sendirian!""Aku tidak bisa meninggalkan Sang Ratu saat seperti ini," ucap Tabib Tua, "Jika pemulihan tubuhnya gagal, bibit racun tidak sepenuhnya hilang dari tubuh Yang Mulia!"Lanting Beruga menghela nafas panjang, lagi-lagi mencengkram perutnya yang kini mungkin sudah kempes karena tidak ada isinya.Pemuda itu butuh makanan untuk pergi ke luar, dan bertarung. Jika tidak, ma
Putri Sin Tang yang cantik jelita mulai geram dengan keadaan pihaknya yang mulai tertekan oleh pasukan musuh yang terlalu banyak. Meskipun 2000 orang telah mati karena senjata kereta iblis, tapi pihak Kekaisaran Tang memiliki lebih dari 10 ribu pasukan, dan kini mungkin masih terisa 7000 orang lebih yang masih menahan diri di dalam tembok markas. Di sisi lain, para anak buah pendekar aliran hitam bergerak begitu sadis melawan pendekar yang jauh lebih lemah dari mereka. Membunuh saja tampaknya tidak membuat hati mereka menjadi puas, mereka mencincang tubuh pendekar aliran putih seperti dia mencincang daging ayam. "Ayah, aku tidak bisa menahan diri lagi!" ucap Putri Sin. "Aku tidak bisa berdiam seperti ini, sementara mereka menaruhkan nyawa demi martabatku!" Setelah berkata demikian, Puti Sin Tang menarik pedangnya, lalu melompat tinggi ke atas awang-awang. Gadis cantik itu melepaskan serangan jarak jauh yang mampu melumpuhkan sebagai pe
Kuasai Benteng Pertahanan Musuh! itu adalah inti pertama dari rencana Pemimpin Serikat Satria, selagi pertarungan ini berada di luar benteng pertahanan, kekalahan akan terjadi kapanpun pada pihak Aliran Putih.Lebih lagi ketika para prajurit Kekaisaran Tang acap kali melepaskan serangakaian anak panah yang menghantam garis depan Pendekar Aliran Putih.Namun, karena hal itu, Pimpinan Serikat Satria akhirnya bertindak pula.Dia melompat tinggi ke angkasa, lalu kini berdiri tepat di hadapan para Ketua Aliran Sesat yang sebagian masih berdiri di atas tembok pertahanan Kekaisaran Tang.Pria tua itu menyadari para Ketua itu akan bertindak ketika semua pasukan Pendekar Aliran Putih mulai kehabisan tenaga.Dia mengangkat telapak tangan ke atas, lalu menghantam permukaan bumi dengan telapak tangan tersebut.Mendadak kilatan cahaya terang muncul dari dalam telapak tangan pria tersebut, lalu permukaan tanah yang ada di hadapannya mulai terangkat dan me
"Bibi Ratu, apa kau sudah pulih?" Lanting Beruga merengek di depan Sang Ratu, "Kapan kita keluar, aku akan mati jika berada di tempat ini!"Sang Ratu tersenyum tipis, dia menatap wajah Lanting Beruga dengan lekat, seolah berusaha menjamah sisi lain dari sosok pemuda tersebut.Ketika dalam ke adaan seperti ini, Sang Ratu dapat melihat Lanting Beruga tidak ubahnya dengan pemuda biasa yang tiada mengenal dunia persilatan.Sangat polos dengan pikiran makan dan makan. Tampaknya tidak ada hal yang menarik di dunia ini kecuali makan saja, dan ini membuat perasaan Sang Ratu tersentuh.Kiranya, Pangeran Jianhen memiliki pribadi seperti Lanting Beruga, mungkin Kekaisaran Tang akan menjadi negri yang sangat makmur hingga 100 tahun ke depan. Sayangnya, Jianhen tidak hanya memikirkan makanan saja, dia memikirkan harta lain, kekuasaan, wilayah, dan status sosial."Bibi Ratu, kau menangis?" tanya Lanting Beruga. "Aku yakin kau juga merasakannya, bukan? benar aku
Para Ketua Aliran Putih telah bergerak sepenuhnya untuk menghalau ribuan pasukan yang menekan, hal ini mereka lakukan agar tidak terjadi lebih banyak korban jiwa di pihak mereka."Pria itu harus di hentikan!" ucap Ketua Wan Hua, berkata kepada temannya, Kisame.Mereka berdua mulai bergerak mendekati Pimpinan Serikat Satria, karena jelas simbol kekuatan pendekar aliran putih ada pada pria tua tersebut.Wan Hua dengan seluruh tubuh dibalut oleh pedang, mulai melepaskan beberapa serangan terhadap pendekar aliran putih yang menghalangi jalannya.Pria itu benar-benar kejam, membunuh dengan cabikan dan sayatan yang begitu banyak pada lawan-lawannya.Hanya dalam beberapa menit saja, dia mampu membunuh puluhan pendekar aliran putih dengan teknik kutukan.Secara kemampuan dia memang sangat hebat, teknik pedang yang ditunjukannya memang penuh variasi, dan sulit ditebak oleh pendekar aliran putih. Oleh karena itu, dia tidak butuh waktu yang lama untuk
Putri Sin Tang tidak tahu jenis burung apa yang baru saja membantu pendekar aliran putih dari atas awang-awang. Dalam hidupnya, baru kali ini dia melihat ada burung berkaki empat dengan paruh besar dan ukuran hampir seperti sapi dewasa. Ah, sepertinya Putri Sin Tang tidak pernah bertemu dengan bangsa siluman sebelumnya, jadi melihat Garuda Kencana membuatnya terpukau sekaligus tercengang.Ketua Aliran Hitam menyipitkan mata ketika burung itu lagi-lagi menggagalkan serangan Hongil. Lagipula, kenapa burung itu bisa melepaskan banyak sekali bulu yang keras?Klik Klik Klik.Teriakan Garuda Kencana mengejutkan Jun Hui dan serigala hitam besar berkepala tiga yang kini bertarung melawan dua tetua di tengah hutan.Mendadak Serigala itu melolong keras secara bersamaan, dengan mata liar menatap ke atas langit pada sosok elang berkaki empat yang bergerak bebas menyerang ke bawah."Klik Klik!" burung itu seolah berkata, 'serang musuh, aku akan membantu k
Lanting Beruga mendengar suara gemuruh di luar Istana ini, tapi tidak berniat meninggalkan tempat ini sebelum perutnya terisi penuh. Jikalah istana ini akan runtuh dan rata menjadi tanah, mungkin pula pemuda itu akan tetap di dalam dapur, menghabisi semua makanan baru akan melarikan diri.Sang Ratu mulai merasa khawatir, terlihat jelas dari raut wajahnya, sementara itu Panglima Tua berdiri di atas pintu dapur, hanya untuk memastikan tidak ada lagi prajurit yang akan datang ke sini.Satu prajurit benar-benar datang, tapi kali ini Panglima Perang tidak berniat membunuh dirinya, melainkan di tarik masu ke dalam.Dua kali jotosan di kepalanya sudah lebih dari cukup untuk membuka mulut prajurit lemah tersebut."Ampun, ampun ...." dia meringis kesakitan, memegangi dua matanya yang kini berwarna hitam kemerahan. "Aku hanya prajurit biasa, tidak bisa melanggar perintah pangeran Jianhen, jika tidak anak dan istriku akan dibunuh!"Sang Ratu tidak menyalahkan
Puluhan orang itu tidak mendengarkan ucapan Lanting Beruga, tentu pula karena tidak bisa memahami ucapan yang keluar dari dalam mulut pemuda tersebut."Dia pasti orangnya, penyusup yang berniat membunuh Pangeran Jianhen! jangan biarkan dia hidup!"Dengan penuh semangat, lebih-lebih ketika mereka tidak merasakan tekanan tenaga dalam dan aura alam dari tubuh pemuda itu, mereka menganggap remah seorang monster.Lanting Beruga berjalan tenang seraya mengambil satu buah kayu bakar sebesar lengannya sendiri, sambil menghindari serangan-serangan musuhnya, dia menyerang tengkuk mereka dengan kayu bakar itu.Plak plak plakBegitu mudahnya dia melumpuhkan orang-orang itu, semuda dia membalikan telapak tangan. Jika dia menggunakan pedang, mungkin belasan kepala akan jadi pemandangan mengerikan di dapur Istana ini.Lanting Beruga tidak tahu apakah puntung kayu bakar ini ada yang membunuh lawannya, tapi seingat dirinya dia tidak menggunakan tenaga yang b
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m