Mendengar hal itu, Lanting Beruga hanya tersenyum tipis dia setuju dengan ucapan Ketua Aliran Sesat ini.
Ketua Aliran Sesat kembali melayang di udara, kali ini dia menggunakan dua telapak tangannya ke arah langit, mendadak muncul bola energi berwarna biru kehitaman.
Pancaran bola energi itu membuat seisi binantang di dalam hutan lari karena ketakutan.
Bumi kembali berguncang, tanah merekah dan ada lebih banyak bebatuan yang terangkat ke atas, seolah kehilangan gaya gravitasinya.
Pijaran kuat bola energi itu membuat bulu kuduk para penduduk yang ada di atas permukaan berdiri. Mereka benar-benar khawatir dengan apa yang akan terjadi dengan desa kecil, tampaknya akan terjadi kiamat kecil di sana.
Tangisan beberapa anak masih terdengar nyaring di telinga, beriring dengan rentak para hewan ternak yang gelisah di kandang mereka.
Udara kala itu bergerak tidak beraturan, terasa sedikit lebih dingin dibandingkan dengan udara di pagi hari.
Bola
Masahiro menyadari sesuatu, Ki Emon melarikan diri. Dia berniat mengejar Hantu Batu itu, tapi apalah daya tenaganya kini telah terkuras habis. Yang tersisa hanya sedikit tenaga dalam, digunakan untuk menyembuhkan luka-luka yang diterimanya. Setelah kematian Ketua Aliran Sesat itu, Lanting Beruga nyaris saja jatuh berlutut di permukaan tanah gersang yang berbentuk seperti kawah. Tidak ada apapun di sekitar pemuda tersebut, kecuali tanah kering nan tandus. Semua pohon telah lenyap, bebatuan besar telah hancur, bahkan setengah dari dinding cadas tinggi di sekitarnya telah runtuh. Pemuda itu berjalan mendekati tiga temannya, dengan tubuh terhuyung dan mata kiri yang tertutup. Untuk beberapa waktu kemudian, Lanting Beruga mungkin tidak dapat menggunakan mata kirinya, karena sekarang kepalanya benar-benar terasa begitu sakit. "Apa yang akan kita lakukan?" tanya Mura, ketika empat orang itu kini telah berkumpul di atas permukaan dinding tebin
Kelakukan Lanting Beruga berhasil menarik perhatian lawan-lawannya. Satu persatu dia menculik penjaga gerbang cadas alami, dan melucuti semua pakaiannya.Sisa dari 20 orang pada akhirnya menjadi sibuk dan khawatir, dengan pedang terhunus, mereka mengejar bayangan merah yang masuk ke dalam hutan."Laporkan masalah ini kepada yang lain!" perintah salah satu penjaga kepada temannya.Yang diperintah hanya mengangguk, kemudian bergegas memasuki lorong panjang setelah melewati gerbang utama Kota.Namun, orang itu tidak melaporkan kejadian yang sebenarnya, dia malah berjalan ke sisi lain seraya menundukkan kepala."Huuuhhh..." orang itu menghela nafas panjang, "Seragam ini membuatku sesak," ucapnya, yang tak lain adalah Lanting Beruga. "Dasar penjaga bodoh," dia kemudian tertawa terbahak-bahak.Pemuda itu mulai berkeliaran di dalam kota, seperti bagian dari kota tersebut. Namun, tiba-tiba seorang pendekar menyadari keberadaannya."Apa yang k
Wanita cantik itu menaikan alisnya, sepertinya mengetahui bahasa yang digunakan oleh Lanting Beruga, tapi sayangnya dia sudah begitu kesal. Lanting Beruga diserang dengan membabi buta.Sekalipun pemuda itu tidak menyerang balik, dia sibuk memperingatkan wanita itu untuk mengenakan baju. Sangat memalukan jika sampai orang lain melihat tubuh mulus wanita tersebut, apa lagi jika itu adalah laki-laki.Tunggu! bukankah Lanting juga laki-laki? ah dia tidak masuk dalam perhitungan.Karena tidak melawan, Lanting Beruga terkena pukulan di wajahnya, membuat pemuda itu terjungkal beberapa depa, sebelum kemudian hilang lagi di dalam telaga pemandian.Namun, tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi.7 sumur keramat mengeluarkan air yang melimpah, seolah air di tempat ini hidup dan memiliki nyawa.7 aliran air menyatu ke dalam pemandian keramat, dan hal tak terduga terjadi setelahnya."Tunggu, apa yang terjadi?" wanita itu benar-benar heran. "Semua sumu
Sekarang semua sumur keramat berhenti mengeluarkan air, yang tersisa pada tempat itu hanyalah pohon kehidupan.Namun hal pertama yang dialami oleh Lanting Beruga ketika selesai menyerap sumber daya pelatihan itu adalah, serangan dari 4 Ketua Aliran Sesat.Bony An, tidak ingin membuang-buang kesempatan untuk melumpuhkan Lanting Beruga, ada banyak alasan kenapa wanita cantik itu tidak memaafkan pemuda tersebut.Namun saat ini, level kependekaran Lanting Beruga bukanlah tandingan bagi 4 Ketua Aliran yang baru menjejak level bumi tengah atau level bumi tinggi.Tanpa menggunakan bantuan roh api, Lanting Beruga bisa mengimbangi semua serangan yang dilakukan oleh 4 Ketua Aliran Sesat.Serangan senjata dan jurus-jurus level tinggi dapat ditahan hanya dengan tebasan pedang sisik naga hijau.Sesekali Lanting Beruga menggunakan kekuatan mata asura untuk melemahkan mental lawan-lawannya.Seberkas cahaya terang baru saja menghantam tubuh Lanting B
Ki Emon tidak tahu jika Lanting Beruga sudah menyadari persembunyiannya dari tadi, itu karena mata asura miliki pemuda itu menjadi lebih tajam setelah menyerap 7 sumur keramat. Melihat aliran energi atau melihat di malam hari adalah kekuatan mutlak mata asura Lanting Beruga, tapi siapa sangka mata itu semakin tajam saat ini. Ki Emon keluar dari persembunyian batunya, menunjukan wujud asli dan berjalan mendekati Lanting Beruga. "Aku menaruh dendam terhadap Ketua Aliran Darah Besi ke empat," ucap Ki Emon alias Hantu Batu. "Aku ingin semua Aliran Darah Besi mati ..." tapi kemudian Ki Emon berhenti berbicara. "Orang yang membantai klanmu sudah mati, Ketua Agung ke empat bersama beberapa bawahannya yang setia, sekarang aku hanya ingin mendengar jawabanmu, apa kau ingin menentang Aliran Darah Besi." "Aku menentang Aliran Darah Besi, tapi tidak menentang dirimu," ucap Ki Emon. Semua pembicaraan itu diterjemahkan oleh Bony An. Setelah
Lanting Beruga kembali ke kamarnya dengan pikiran yang kusut. Tentu saja, Bony An memelas untuk menjadi istri Lanting Beruga. Jangankan mengenai pernikahan, menjalin hubungan serius saja Lanting Beruga tidak pernah membayangkannya. Harus diakui Bony An benar-benar cantik dan mempesona. Dia juga memiliki aura yang tidak biasa, membuat siapapun orang yang melihatnya akan terpana. Hanya ada tiga wanita cantik yang pernah dilihat oleh Lanting Beruga, pertama Sekar Ayu, Intan Ayu lalu sekarang Bony An. Intan Ayu memang sangat cantik, tapi dia masih terlalu muda hingga pancaran aura gadis itu belum begitu kuat. "Bidadari Abadi ..." ucap salah satu pelayan Bony An. "Apa kau baik-baik saja?" Dua pelayan bertugas menjaga pintu masuk Bony An merasa sedikit khawatir dengan kondisi wanita itu, pasalnya setelah Lanting Beruga keluar dari dalam kamar, Bony An tidak kunjung keluar. Biasanya wanita itu akan keluar kamar, makan malam bersama an
"Ketua kami menunggumu beberapa hari di sini, apa yang sedang kau lakukan di dalam?" Mura kesal bukan kepalang karena harus bertahan di tengah hutan, tanpa instruksi dari Ketua Aliran Barat alias Lanting Beruga.Jenuh dan bosan tentu saja dirasakan oleh mereka, bahkan Masahiro lebih baik bertarung dan kalah dibandingkan menunggu terlalu lama di dalam hutan.Tidakkah Lanting Berpikir, berapa sulitnya mencari makanan di dalam hutan ini?"Kota ini sudah menjadi kekuasaan Aliran Darah Besi," jawab Lanting Beruga, tersenyum kecil sambil menyerahkan makanan kepada tiga temannya."Bagaimana ceritanya?" tanya Mura."Aku akan menjelaskannya nanti!"Mura masih bingung, melihat ada banyak Pendekar keluar mengantar kepergian Lanting Beruga, lalu mata ketiga teman Lanting terpaku kepada sosok wanita yang begitu cantik.Lanting Beruga mengingatkan agar jangan melihat wanita itu terlalu lama, atau mereka akan mati dengan tubuh yang membusuk.
Jelas tiga ketua aliran tersinggung mendengar ucapan Ketua Agung Aliran Darah Besi yang seolah menganggap mereka bertiga bukan lawan yang pantas bagi Lanting Beruga.Mereka protes.Sebelum mereka mengakui Lanting Beruga sebagai pendekar yang hebat, tentunya pemuda itu harus mengalahkan mereka bertiga.Bukan hanya mengandalkan kasih sayang Ketua Agung agar bisa mengikuti acara lelang, seperti yang dilakukan oleh Lanting Beruga.Sibuk mereka ribut, Lanting Beruga malah duduk di atas batu tidak jauh dari 3 Ketua Aliran.Dari tadi telinga Lanting Beruga mulai keram karena mendengar pembicaraan empat orang di depannya."Apasih yang mereka ributkan?" tanya Lanting Beruga."Ketua sebelum kau mengizinkan kami bertiga menguji kekuatan Ketua Aliran Barat, kami tidak terima dengan keputusanmu!""Apa kau menentangku?" tanya Ketua Agung. "Aku lebih tahu mana yang terbaik-""Tapi maaf Ketua Agung, jika pemuda ini memang cukup ku
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m