Home / Pendekar / LANTING BRUGA / Perang Sursena 2

Share

Perang Sursena 2

Author: Pancur Lidi
last update Last Updated: 2021-09-17 16:14:29

Jubarda Agung tiba selamat di tangan Nyai Cempaka Ayu. Wanita itu segera melepaskan belenggu yang melilit kaki dan tangannya. Nyai Cempaka Ayu lantas memberinya sebuah ramuan yang berfungsi untuk memulihkan tubuh pria itu.

"Efek ramuan ini hanya sementara," ucap Nyai Cempaka Ayu, "Pangeran mungkin akan mengalami rasa sakit lagi setelah 5 jam pemakainnya."

Jubarda Agung mengangguk tanda mengerti, dia segera menelan ramuan itu dan duduk bersila tepat di samping Nyai Cempaka Ayu.

Di sisi lain, Rosalawu melihat hal itu dan semakin kesal. Kematian Jubarda Agung sudah bisa dia lihat di depan mata, tapi bagaimana mungkin nyawa pangeran itu selamat.

Selang beberapa saat kemudian, tembok Sursena bergetar beberapa kali. Para prajurit mulai memperhatikan dan menjadi waspada.

Semakin lama getarannya semakin kuat, hingga tiba-tiba 1/4 dari tembok itu hancur. Suara teriakan di luar tembok menunjukan wajahnya.

Seluruh aliansi sekte aliran lurus telah berku

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ayah Firza
Setuju sekali
goodnovel comment avatar
nugraha rangga
perang dimulai..
goodnovel comment avatar
Nisa Khoero
update yg banyak sekalian min,hehehe
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 3

    Rismananati, melihat ayahnya terguling di permukaan tanah, tidak kuasa menahan diri dan langsung bergegas menemuinya. Di belakang gadis itu, Subansari mengiring pula."Ayah ..." Rismananti berteriak keras.Jubarda Agung terbatuk beberapa kali, kini kepalanya telah kumuh dengan darah dan debu-debu tanah, mendapati anaknya baik-baik saja, beban di hidup Jubarda Agung menjadi berkurang.Meninggalkan dunia ini tidak masalah bagi Jubarda Agung, tapi satu hal yang dia pikirkan adalah, bagaimana nasip Putrinya setelah kematian dirinya. Rismananti mungkin akan diburu, oleh Rosalawu."Aku baik-baik saja," ucap Jubarda Agung. "Jangan khawatir."Rismananti menahan harus saat ini, ini sudah dua kali dia melihat kondisi ayahnya yang begitu menyedihkan."Lebih baik paman pergi ke sisi belakang pasukan," ucap Subansari, "kami akan melindungi paman dari ancaman."Jubarda Agung menoleh ke arah Subansari, sepak terjang gadis itu rupanya cukup mir

    Last Updated : 2021-09-18
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 4

    Sejauh ini, belum dapat di prediksi kelompok mana yang akan memenangkan pertarungan ini, lagipula beberapa petinggi kedua belah pihak belum mengeluarkan kekuatan asli mereka. Hingga tiba-tiba, seorang melompat dari Istana Sursena dan berdiri tepat di bawah panggung eksekusi. Matanya begitu dingin, menyimpan keinginan membunuh yang begitu besar. Dia menggunakan baju lengan panjang, celana panjang dan juga pedang yang cukup besar dan melengkung seperti bulan sabit. "Salah satu petinggi Bulan Darah ..." Benggala Cokro mengenal jelas siapa gerangan orang yang baru saja muncul itu, karena dia telah bertarung melawan orang itu dan ternyata benar-benar kuat. "Lalang Hitam, pemimpin Bulan Sabit." Nyai Seburuk Mayat masih berada di atas panggung eksekusi, mengernyitkan kening karena melihat pria yang jarang sekali keluar dari organisasi bulan darah, tiba-tiba telah turun tangan. "Hehehehe ..." Ki Rindung Petoko menoleh ke bawah, kemud

    Last Updated : 2021-09-18
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 5

    "Jendral aku akan membantumu-" "Tidak perlu ..." Dewangga memotong ucapan Dewa Beralis Tebal, "Aku tugaskan kau menjaga Jubarda Agung apapun yang terjadi!" "Dia tidak akan mati sebelum musuh berhasil membunuhku," ucap Dewa Beralis Tebal dengan mantap, lalu kemudian bergerak ke arah Jubarda Agung. Dengan pedang di tangannya, Dewa Beralis Tebal membantu Subansari Dan Rismananti menghalau musuh-musuh mereka yang datang silih berganti. Sementara itu, Dewangga bergerak ke arah Lalang Hitam. Pria itu merasa hanya dirinya yang bisa menghentikan Lalang Hitam saat ini. Dewangga melompat ke awang-awang melewati beberapa barisan prajurit, kemudian mendarat tidak jauh dari hadapan Lalang Hitam. "Pak tua Dewangga ada di sini!" ucap beberapa prajurit yang memiliki level pilih tanding di jalur kependekaran. Ada sekitar lima orang yang mencoba menghentikan pria tua itu, menggunakan tenaga dalam dan ilmu kanuragan mereka untuk membunuh De

    Last Updated : 2021-09-18
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 6

    Nyai Seburuk Mayat menoleh ke belakang, menemukan Nyai Anjani telah melepaskan pedang dari sarungnya.Lawan yang bagus, pikir wanita itu. Rumor mengatakan Nyai Anjani adalah pendekar pedang wanita terbaik di era ini, dan hari ini dia berniat mematahkan rekor tersebut."Majulah!" ucap Nyai Seburuk Mayat.Pertarungan langsung terjadi, awal mula mereka baru mengandalkan beberapa teknik level rendah sebagai pemanasan.Namun kemudian, semakin lama pertarungan itu semakin sengit, teknik level tinggi mulai diperagakan, dan tak jarang mereka menggunakan tenaga dalam untuk saling menjatuhkan.Nyai Anjani mungkin sudah tua, ya dia tidak semua lawannya, tapi guru Lanting Beruga itu masih bisa bergerak lincah, dia bisa mengimbangi semua serangan Nyai Seburuk Mayat."Belati yang bagus ..." puji Nyai Anjani, menyadari jika belati yang ada di tangan Nyai Seburuk Mayat adalah sebuah pusaka, sementara Nyai Anjani hanya menggunakan pedang level tinggi,

    Last Updated : 2021-09-19
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 7

    Ki Rindung Petoko pemimpin Bulan Jingga, pria yang hampir tertawa setiap waktu. Tawa yang kadang kala membuat orang menjadi jengkel.Ki Rindung Petoko pernah berhadapan dengan Dewangga, tapi pertarungan mereka tidak berlangsung lama karena Pimpinan tertinggi Bulan Darah langsung turun tangan.Benggala Cokro langsung mengarahkan jari-jemarinya ke samping, pada saat yang sama pedang yang dari tadi terbang dan menikam lawan, bergerak ke arah Ki Rindung Petoko.Cahaya emas yang menyelimuti pedang tersebut laksana bintang jatuh yang menghantam atmosfir bumi. Tampak sangat indah, tapi mengandung bahaya yang mengerikan.Ki Rindung Petoko melompat dari menara tepat sebelum pedang itu mengenai dirinya. Alhasil, menara pengintai tempat dimana dirinya berada kini terpotong menjadi beberapa bagian."Hehehe ...pedang yang tajam-"Ucapan Ki Rindung Petoko tidak berlanjut, sebab pedang Benggala Cokro hampir saja menembus mulutnya. Beruntung Ki Rindung Peto

    Last Updated : 2021-09-19
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 8

    Rosalawu yang awalnya sangat percaya diri dengan bantuan kelompok Bulan Darah, kini mulai sedikit gusar. Pasalnya, meskipun jumlah mereka lebih banyak dari aliansi aliran lurus, nyatanya yang mati lebih banyak dari pihak mereka.Ini karena para petinggi aliansi sekte lurus berhasil menguasai medan pertempuran, seperti Benggala Cokro yang menekan Ki Rindung Petoko."Sudah saatnya kau bertindak," ucap Rosalawu, "atau dia akan menghabisi lebih banyak pihak kita."Rosalawu menunjuk ke arah Sabdo Jagat yang dari tadi mengamuk dengan tongkatnya. Sabdo Jagat memilih melawan prajurit Sursena yang telah mencapai level pilih tanding seorang diri, dan sampai saat ini belum ada satupun orang yang berhasil menahan dirinya.Jika diteruskan, mereka akan kehilangan lebih banyak pasukan level tinggi di tangan Sabdo Jagat.Sandar Angin adalah petinggi, Sursena jadi ini adalah tugasnya."Seorang pria yang bersumpah kepada Sursena kini malah menyerang pas

    Last Updated : 2021-09-19
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 9

    Sabdo Jagat hanya tersenyum tipis, memangnya apa yang bisa dilakukan oleh Sandar Angin untuk membunuh dirinya. Semua teknik Sandar Angin sudah diketahui oleh Sabdo Jagat, dari sekian banyak teknik itu tidak ada satupun yang benar-benar berbahaya.Sandar Angin mungkin bisa membunuh pendekar tanding, tapi bahkan untuk mengalahkan pendekar puncak pilih tanding dia membutuhkan banyak teknik untuk melakukannya."Sekarang berhenti bicara omong kosong, majulah dan tunjukan kepada orang tua ini bagaimana caranya kau bertarung."Rosalawu mencengkram tangannya dengan kuat, tidak menduga jika kekuatan Sandar Angin tidak begitu tangguh seperti para jendral lainnya."Kenapa aku mengandalkan orang lemah seperti dirinya?" gumam Rosalawu, "jika dia tidak berhasil mengalahkan Sabdo Jagat, jangan harap dia akan hidup besok pagi."Di sisi lain, Altar Buana cucu dari Sabdo Jagat bekerja sama dengan Satrio Langit menghadapi seorang jendral yang cukup kuat. Loka.

    Last Updated : 2021-09-19
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 10

    Pertarungan telah terjadi sangat lama, hampir menjelang siang hari tapi antara dua belah pihak tidak saling menyerah.Tentu saja, Jubarda Agung masih hidup dan dalam perlindungan Rismananti, Subansari dan Dewa Beralis Tebal, sementara di sisi lain Rosalawu juga masih bernyawa."Hujan Jarum Beracun," Jelatang Biru menggunakan teknik hujan jarum beracun untuk sekali lagi, dan ini adalah yang terakhir.Hujan Jarum Beracun menggunakan banyak jarum beracun yang ukurannya begitu kecil, dengan teknik yang dikuasai oleh Jelatang Biru, dia dapat menyebar jarum-jarum itu ke seluruh penjuru."Perhatikan langit!" berteriak salah satu jendral lain, ketika Jelatang Biru melepas ratusan jarum beracun ke udara. "Kalian semua bisa mati.""Terlambat!" ucap Jelatang Biru, "Jarum-jarumku memiliki ukuran yang begitu kecil, kali hanya bisa berada di dalam ruangan kedap udara."Baru pula beberapa saat setelah Jelatang Biru berkata, jarum-jarum itu telah masu

    Last Updated : 2021-09-19

Latest chapter

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status