Rosalawu yang awalnya sangat percaya diri dengan bantuan kelompok Bulan Darah, kini mulai sedikit gusar. Pasalnya, meskipun jumlah mereka lebih banyak dari aliansi aliran lurus, nyatanya yang mati lebih banyak dari pihak mereka.
Ini karena para petinggi aliansi sekte lurus berhasil menguasai medan pertempuran, seperti Benggala Cokro yang menekan Ki Rindung Petoko.
"Sudah saatnya kau bertindak," ucap Rosalawu, "atau dia akan menghabisi lebih banyak pihak kita."
Rosalawu menunjuk ke arah Sabdo Jagat yang dari tadi mengamuk dengan tongkatnya. Sabdo Jagat memilih melawan prajurit Sursena yang telah mencapai level pilih tanding seorang diri, dan sampai saat ini belum ada satupun orang yang berhasil menahan dirinya.
Jika diteruskan, mereka akan kehilangan lebih banyak pasukan level tinggi di tangan Sabdo Jagat.
Sandar Angin adalah petinggi, Sursena jadi ini adalah tugasnya.
"Seorang pria yang bersumpah kepada Sursena kini malah menyerang pas
Sabdo Jagat hanya tersenyum tipis, memangnya apa yang bisa dilakukan oleh Sandar Angin untuk membunuh dirinya. Semua teknik Sandar Angin sudah diketahui oleh Sabdo Jagat, dari sekian banyak teknik itu tidak ada satupun yang benar-benar berbahaya.Sandar Angin mungkin bisa membunuh pendekar tanding, tapi bahkan untuk mengalahkan pendekar puncak pilih tanding dia membutuhkan banyak teknik untuk melakukannya."Sekarang berhenti bicara omong kosong, majulah dan tunjukan kepada orang tua ini bagaimana caranya kau bertarung."Rosalawu mencengkram tangannya dengan kuat, tidak menduga jika kekuatan Sandar Angin tidak begitu tangguh seperti para jendral lainnya."Kenapa aku mengandalkan orang lemah seperti dirinya?" gumam Rosalawu, "jika dia tidak berhasil mengalahkan Sabdo Jagat, jangan harap dia akan hidup besok pagi."Di sisi lain, Altar Buana cucu dari Sabdo Jagat bekerja sama dengan Satrio Langit menghadapi seorang jendral yang cukup kuat. Loka.
Pertarungan telah terjadi sangat lama, hampir menjelang siang hari tapi antara dua belah pihak tidak saling menyerah.Tentu saja, Jubarda Agung masih hidup dan dalam perlindungan Rismananti, Subansari dan Dewa Beralis Tebal, sementara di sisi lain Rosalawu juga masih bernyawa."Hujan Jarum Beracun," Jelatang Biru menggunakan teknik hujan jarum beracun untuk sekali lagi, dan ini adalah yang terakhir.Hujan Jarum Beracun menggunakan banyak jarum beracun yang ukurannya begitu kecil, dengan teknik yang dikuasai oleh Jelatang Biru, dia dapat menyebar jarum-jarum itu ke seluruh penjuru."Perhatikan langit!" berteriak salah satu jendral lain, ketika Jelatang Biru melepas ratusan jarum beracun ke udara. "Kalian semua bisa mati.""Terlambat!" ucap Jelatang Biru, "Jarum-jarumku memiliki ukuran yang begitu kecil, kali hanya bisa berada di dalam ruangan kedap udara."Baru pula beberapa saat setelah Jelatang Biru berkata, jarum-jarum itu telah masu
"Apa kita belum sampai?" tanya Lanting Beruga, dari tadi dia telah terkapar di lantai dek kapal, di mulutnya ada banyak jahe yang diyakini bisa menghilangkan mabuk laut. "Aku seperti di antara hidup dan mati ...""Hentikan rengekanmu, dari tadi kau hanya mengeluh ..." Vala mulai kesal, pemuda itu tidak henti-hentinya mengotori lantai kapal, dan kadang kala malah mengotori pakaiannya. "Aku khawatir kau tidak bisa bertarung,""Aku bisa bertarung ..." Lanting Beruga masih merengek, "tapi di atas kapal ini, aku tidak bisa ...""Hoi menjauh dariku!" Vala menendang kepala Lanting Beruga, yang sekali lagi hampir membuang isi perutnya ke arah pakaian Vala.Sementara di sisi lain, para awak bajak laut Buaya Putih menggelengkan kepala melihat Lanting Beruga. Benar-benar menyedihkan pikir mereka. Bagaimana sebuah pusaka bisa berada di dalam tubuh pemuda seperti dirinya."Ketua, kita melihat pulaunya!" berteriak nahkoda kapal."Pulau?" Lanting Ber
"Jurus Pembalik Cakra." Nyai Rintik Wengi menyerap tenaga dalam Nyai Cempaka Ayu ketika wanita itu menggunakan kekuatannya.Tenaga dalam yang dialirkan pada setiap benda, akhirnya dapat diserap oleh Nyai Rintik Wengi, membuat kerikil itu hanya menjadi bongkahan batu kecil yang rapuh.Benar, prinsip kerja teknik yang dipakai oleh Nyai Cempaka Ayu adalah, mengalirkan tenaga dalamnya pada kerikil atau benda apapun di sekitarnya. Ketika benda itu telah dialiri oleh tenaga dalam, maka bukan hanya dia bisa mengendalikan benda tersebut, tapi benda itu akan menjadi lebih kuat dari sifat aslinya."Bagaimana mungkin?" ucap Nyai Cempaka Ayu. "Jurus terlarang seperti apa yang bisa melenyapkan tenaga dalam seseorang?""Melenyapkan?" wanita itu tertawa cekikikan, sepertinya Nyai Cempaka Ayu benar-benar bodoh. "Aku tidak melenyapkan tenaga dalammu, aku hanya meminjamnya.""Meminjamnya?"Belum habis kalimat yang akan diucapkan oleh Nyai Cempaka Ayu, lawanny
Bom Bom Bom.Ledakan lain terdengar pula, dan ini benar-benar mengejutkan semua orang. Sekte aliran sesat menoleh ke atas, melihat ada beberapa tombak melayang dari langit, kemudian menghujani Istana dan mereka sendiri.Mata mereka menyipit, kenapa ada sumbu di tombak panjang itu, sumbu yang menyala dan berjalan."Bukankah itu?" Sabdo Jagat dan semua pendekar aliran putih mengetahui benda tersebut. "Itu bukan tombak, tapi anak panah yang lepas dari kereta iblis."Bom bom bom.Rentetan ledakan terjadi begitu dahsyat, menghancurkan sebagian besar Istana Sursena. Prajurit Sekte Aliran sesat berhamburan seperti kapas, beberapa yang lain mati terbakar, yang lain lagi tidak sempat menjerit karena berada tepat di pusat ledakan.Pilar Istana perlahan mulai hancur, membuat Istana megah yang dibangun susah payah selama kurang lebih 30 tahun itu, mulai bergetar, mulai goyah, dan menunggu saat kehancurannya datang."Tidak, jangan-jangan!" Rosalaw
Butakan lawan, serang jiwa mereka, dan kau akan mudah menghancurkannya.Benar, mereka tidak bisa melihat dengan jelas, debu berhamburan menutupi pandangan. Beberapa orang menarik pedang mereka, mencoba bertahan dan tetap waspada."Ahkkk!" mereka mulai saling tikam, mengira jika yang ada di depan adalah lawan, padahal itu adalah teman.Benar-benar kacau, bahkan pendekar dari sekte aliran lurus juga kehilangan pandangnnya.Mundur dengan perlahan, mungkin salah satu solusi saat ini.Ini adalah sebuah kesempatan, dari sekian banyak pendekar hanya satu orang yang bisa mengayunkan pedangnya tanpa meleset. Pemuda yang tersenyum sinis, Lanting Beruga."Tidak! tidak!" mereka berteriak, ketika menyadari sosok pemuda itu mengayunkan pedang dari depan. Menghindari serangan yang tiba-tiba seperti itu akan sangat sulit dilakukan, dan ini adalah kelemahan mereka.Incar sayap-sayapnya, baru kemudian bunuh bunuh burungnya. Lanting Beruga sengaja mengi
Lakukan sesuatu? benar, jika kau ingin tetap hidup maka sebaiknya menjauh dari bayangan merah yang muncul tiba-tiba.Menyadari hal itu, sekte aliran sesat alias Bulan Darah dan juga Prajurit Sursena melepaskan senjata mereka, dan mulai kabur dari pertarungan ini. Mereka lari meninggalkan kabut berdebu.Lanting Beruga tertawa terbahak-bahak, ini adalah serangan mental yang terakhir, mengintimidasi lawan dengan tawa yang lantang. Lanting tidak pernah mempelajari teknik menaklukan mental lawan sebelumnya, tapi memang dia memiliki bakat yang bagus dibagian mengintimidasi.Apakah dia akan membunuh yang melarikan diri tanpa senjata? tidak, meski dia bisa melakukannya dengan mudah, tapi Lanting Beruga bukan orang yang keji."Kenapa dia tidak membunuh mereka semua?" bertanya Jubarda Agung kepada Dewangga."Tidak, dia punya jalannya sendiri! dari sekian banyak muridku, dia memiliki jiwa ksatria paling tangguh," ucap Dewangga, "sama seperti kakeknya, j
Ronde ke dua pertarungan kembali di lanjutkan, tapi kini arah medannya mulai berubah. Semenjak kemunculan Lanting Beruga, dan tentu juga Bajak Laut Buaya Putih."Hahaha, dia benar-benar mengejutkan kita," Satrio Langit tertawa terbahak-bahak, kemudian memukul lawannya dengan kepalan tinju.Di sebelah pemuda itu, Altar Buana memanggul tongkatnya, berjalan ke arah lawan-lawan yang telah kehilangan mental mereka."Jendral Loka!" teriak Satrio Langit, "urusan kita belum selesai!"Jendral Loka hendak melarikan diri dari tempat ini, seolah telah menyadari bahwa pertarungan ini akan mencelakakannya, tapi niat itu terhenti ketika Satrio Langit telah menghadang langkah kakinya.Jendral Loka menoleh ke belakang, Altar Buana masih berjalan mendekati dirinya dengan tongkat yang di panggul. Mau kemana memangnya jendral itu? pertarungan masih jauh dari kata selesai.Jendral Loka mengambil tombak dan pedang, entah bagaimana dia akan bertarung dengan dua se