"Jangan alihkan perhatianmu dariku?" ucap Prajurit Elit, yang kini tiba-tiba telah berada di depan Tetua Kong. Dia menyerang pria tua itu sekuat tenaga, tapi Tetua Kong sudah mengantisipasi hal itu.
Dia tidak benar-benar lengah, dia masih mengawasi pergerakan lawannya meskipun sesekali pandangannya teralihkan.
Sebuah serangan gagal mengenai Tetua Kong, lebih dari itu, pria tua itu malah berhasil melukai lawannya dengan pedang biasa.
Luka yang diciptakan oleh Tetua Kong mungkin tidak terlalu dalam ataupun parah, tapi luka itu hampir saja membuat lawannya mati karena hampir mengenai batang lehernya.
Hanya satu jengkal saja luka itu dari batang leher prajurit tersebut.
"Sepertinya siapa yang telah lengah di sini?" ucap Tetua Kong.
Sementara itu, Tetua Jingmi baru saja terlempar puluhan depa jauhnya setelah menahan serangan lawan. Prajurit yang dilawan Jingmi rupanya cukup tangguh, lebih tanggu dibandingkan yang dilawan oleh Tetua Kong.
A
Arah serangan naga bayangan sebenarnya menuju prajurit elit yang baru saja menghajar Tetua Jingmi hingga hampir saja mati. Namun sebelum serangan itu mendarat pada sasaran, naga bayangan merah malah menghabisi beberapa puluh prajurit yang ada di dekat jalur lintasannya. Sontak saja semua prajurit menjadi ketakutan, dan berusaha secepat mungkin untuk menjauhi jurus aneh tersebut. Di mata Tetua Jingmi, naga itu terlihat nyata dan hidup, seolah siluman yang berteman dengan manusia, tapi pada dasarnya itu adalah kumpulan energi yang membentuk menjadi seekor naga. Prajurit tidak membutuhkan waktu banyak untuk memutuskan apa yang harus dia lakukan saat ini? tentu saja melarikan diri. Dengan seluruh aura alam yang terkandung di dalam tubuhnya, dia mengerahkan energi itu pada ilmu meringankan tubuh, lalu pergi secepat yang dia bisa. Namun, belum sempat terlalu jauh, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang mengerikan seolah datang dari segala sisi.
Di sisi lain, Jun Hui semakin menggila dengan menyerang banyak pendekar aliansi putih di wilayah Utara.Serigala besar berkepala tiga bukan hanya begitu buas, tapi tampaknya kebal dengan segala jenis senjata tajam.Dua orang baru saja melempar tombak ke arah Serigala tersebut, tapi nyatanya tidak mampu menembus kulit siluman serigala itu.Tindakan pendekar itu malah memancing amarah dari Serigala, hingga serangannya semakin buas dan brutal.Dalam keadaan dipenuhi oleh kabut hitam gelap ini, para pendekar aliran putih tidak dapat melihat keberadaan Juh Hui. Ketika mereka melihatnya, semuanya sudah terlambat.Pendekar berambut perak dengan tubuh kecilnya, mulai menyapu kabut yang menyelimuti tempat ini.Dengan ayunan pedang, dia mengirim gelombang udara, tapi dalam beberapa detik kemudian, kabut hitam kembali menyelimuti pandangan setiap pendekar.Namun itu sudah cukup bagi pendekar berambut perak itu untuk menemukan lokasi keberadaan m
Serangan Tetua Berambut Perak akhirnya mengenai sasaran, Jun Hui tidak sempat mengarahkan cermin penyerap energi pada satu serangan kuat tersebut.Alhasil, dia mengalami luka di bagain pundaknya, meskipun tidak terlalu parah, tapi cukup untuk membuat darah pria itu keluar dari tubuh.Jun Hui merasa kesal, dia menatap wajah Tetua Berambut Perak dengan penuh kebencian, ditambah lagi Tetua Berwajah Wanita itu selalu menghujani serigala berkepala tiga dengan bunga-bunga lotus sialan itu."Bodoh, jangan hanya diam saja!" teriak Jun Hui. "Aku tidak memberimu makan untuk menerima serangan musuh seperti itu?"Mendengar ucapan Jun Hui, serigala besar berkepala tiga itu mendadak tersentak, seolah baru saja tersadarkan. Sebuah serangan bunga lotus besar yang bergerak ke arah wajahnya, malah berhasil dihancurkan oleh taring-taring tajam serigala tersebut.Pecahan bunga lotus tentu saja melukai isi dalam mulut salah satu kepala serigala, tapi hal itu tidak lant
Di situasi lain, Lanting Beruga masih diliputi rasa kesal karena ulahnya sendiri yang menghancurkan gudang makanan.Ah, sial sekali kini dia mulai seperti pendekar yang kesetanan karena masalah makanan itu.Beberapa orang yang mencoba menghentikan tindakannya, malah kini ketakutan bukan kepalang. Mereka tidak berani mendekati Lanting Beruga lebih dari 10 depa dekatnya, atau mereka akan melihat betapa mengerikan pemuda itu saat ini.Sementara itu, Tetua Jingmi tidak tahu harus melakukan apa saat ini, dia sendiri malah ketakutan melihat Lanting Beruga.Sesekali pemuda itu berteriak keras, sesekali dia malah bergumam kecil, merancau seperti orang menggigau saat tidur."Dia sudah menggila!" teriak pendekar aliran putih yang berada tidak jauh dari dirinya. "Jangan dekati pemuda itu, jika punya kesempatan segera menjauh, jika kalian tidak ingin kena imbas kemarahannya!"Ya, sekarang bukan hanya Prajurit Kekaisaran Tang yang merasa terintimidasi de
Tian Cia berhenti di tepi air, tapi wajahnya masih terlihat gelisah, takut jika pasukan aliran putih masih mengejar dirinya di belakang. Karena itu, dia hanya meminum seteguk air, lalu melaju lagi menyeberangi sungai ini.Setelah menjelang malam hari, dia baru berhenti melarikan diri, dan kini pria berwajah buruk itu tersandar di bawah pohon rimbun sambil mengatur nafasnya yang tersengkal-sengkal di tenggorokan.Benar-benar gila pikir pria itu, yang terjadi barusan benar-benar membuat jiwanya merasa terguncang. Bagaimana seorang pemuda tanpa tenaga dalam atau pula aura alam mampu menghajarnya hanya dengan sekali gerakan saja, dan hal itu membuat Tian Cia hampir saja mati."Kenapa ada pemuda seperti dirinya muncul di kekaisaran Tan?" gumam Tian Cia, belum pula berhasil menenangkan pikirannya, tiba-tiba dia mendengar ada suara gerakan di balik semak.Sontak saja Tian Cia berdiri dan memasang kuda-kuda untuk melarikan diri lagi. "Apa mereka telah menemukan d
Jun Hui berhasil membalikan ke adaan, dengan memukul wajah Tetua Berambut Perak hingga pria berwajah bocah kecil itu terpental beberapa depa jauhnya.Pertarungan telah berlangsung cukup lama, dan Jun Hui menderita luka yang cukup banyak, tapi dia masih bertahan, dan terus memberi perlawanan.Sementara itu, serigala besar berkepala tiga benar-benar tangguh. Semakin dipenuhi oleh luka, semakin kuat pula daya serang yang diberikan siluman tersebut.Tetua Berwajah Wanita entah telah berapa kali terluka oleh cabikan kuku tajam siluman tersebut, tapi saat ini Tetua itu mulai berhasil memukul mundur serigala tersebut, dengan bantuan puluhan pendekar yang ada di sekitar dirinya.Lula-luka yang dialami oleh Serigala Berkepala Tiga membuat celah serangan bagi pendekar pemanah. Mereka membidik luka itu terus menerus, meskipun pada akhirnya ada banyak diantara para pendekar itu yang mati.Tentu saja, jarak bidik panah begitu dekat! dalam keadaan kabut yang hit
Beberapa hari telah berlalu semenjak kekacauan yang diakibatkan oleh Jun Hui, atau kehancuran prajurit Kekaisaran Tang yang diakibatkan oleh kemarahan Lanting Beruga. Sekarang ribuan pasukan yang dibawa oleh Pangeran Jianhen telah tiba di Istana Kekaisaran Tang. Pintu gerbang yang tingginya hampir setara dengan pohon kelapa terbuka lebar. 20 prajurit bertugas memutar tuas untuk membuka kunci pada gerbang itu, lalu mendorongnya dengan penuh kekuatan. Entah berapa banyak bahan baja untuk membuat pintu gerbang tersebut, yang jelas memang sangat berat. Jikalah pintu gerbang itu sampai terhempas, akan ada banyak prajurit yang mati karena menahan bobot beratnya. Tembok besar itu dikelilingi oleh banyak menara pengintai, masing-masing menara di isi oleh 3 hingga 4 orang prajurit yang menguasai senjata jenis panah. Mereka ini memiliki mata yang paling tajam di antara prajurit yang lain, oleh karena itu Kekaisaran Tang dapat dengan mudah mengantisipasi s
Para mentri di sana terdiam, tidak banyak bicara lebih-lebih Pangeran Jianhen tampaknya tidak mempermasalahkan kelakuan kurang ajar Ketua Aliran Hitam itu."Dengarkan kalian semua!" ucap Hongi, seraya merentangkan dua tangannya lalu menatapi wajah para mentri satu persatu. "Hari ini, Aliran Hitam akan melindungi tahta pangeran Jianhen, kami akan melakukan yang terbaik yang tidak bisa kalian lakukan."Setelah berkata demikian, para mentri tidak lagi berani bersuara. Beberapa dari mereka hanya tertunduk, dan sebagian lebih memutuskan untuk keluar dari Istana ini.Pangeran Jianhen duduk di singgasananya, tidak peduli dengan para mentri lemah tersebut. Mereka tidak melakukan apapun saat ini, dalam situasi sekarang, kekuatan adalah yang terpenting bagi dirinya.Di dalam ruangan itu, para pejabat tinggi yang menyetujui tindakan Pangeran Jianhen masih tetap tinggal dan mendengarkan diskusi yang dilakukan antara petinggi aliran hitam dengan petinggi Kekaisaran Ta