Beberapa hari telah berlalu semenjak kekacauan yang diakibatkan oleh Jun Hui, atau kehancuran prajurit Kekaisaran Tang yang diakibatkan oleh kemarahan Lanting Beruga.
Sekarang ribuan pasukan yang dibawa oleh Pangeran Jianhen telah tiba di Istana Kekaisaran Tang. Pintu gerbang yang tingginya hampir setara dengan pohon kelapa terbuka lebar. 20 prajurit bertugas memutar tuas untuk membuka kunci pada gerbang itu, lalu mendorongnya dengan penuh kekuatan.
Entah berapa banyak bahan baja untuk membuat pintu gerbang tersebut, yang jelas memang sangat berat. Jikalah pintu gerbang itu sampai terhempas, akan ada banyak prajurit yang mati karena menahan bobot beratnya.
Tembok besar itu dikelilingi oleh banyak menara pengintai, masing-masing menara di isi oleh 3 hingga 4 orang prajurit yang menguasai senjata jenis panah.
Mereka ini memiliki mata yang paling tajam di antara prajurit yang lain, oleh karena itu Kekaisaran Tang dapat dengan mudah mengantisipasi s
Rekomendasi novel menari, Legenda Kitab Surgawi.
Para mentri di sana terdiam, tidak banyak bicara lebih-lebih Pangeran Jianhen tampaknya tidak mempermasalahkan kelakuan kurang ajar Ketua Aliran Hitam itu."Dengarkan kalian semua!" ucap Hongi, seraya merentangkan dua tangannya lalu menatapi wajah para mentri satu persatu. "Hari ini, Aliran Hitam akan melindungi tahta pangeran Jianhen, kami akan melakukan yang terbaik yang tidak bisa kalian lakukan."Setelah berkata demikian, para mentri tidak lagi berani bersuara. Beberapa dari mereka hanya tertunduk, dan sebagian lebih memutuskan untuk keluar dari Istana ini.Pangeran Jianhen duduk di singgasananya, tidak peduli dengan para mentri lemah tersebut. Mereka tidak melakukan apapun saat ini, dalam situasi sekarang, kekuatan adalah yang terpenting bagi dirinya.Di dalam ruangan itu, para pejabat tinggi yang menyetujui tindakan Pangeran Jianhen masih tetap tinggal dan mendengarkan diskusi yang dilakukan antara petinggi aliran hitam dengan petinggi Kekaisaran Ta
Di sisi lain, Seorang mata-mata baru saja kembali ke desa kecil yang kini telah hancur karena pertarungan. Di sana, Lanting Beruga terlihat sedang berdiskusi dengan dua tetua Aliran Putih, Tetua Kong dan Tetua Jingmi.Kondisi ke dua tetua itu sudah lebih baik dari sebelumnya, luka-luka mereka sudah lebih pulih, tapi perban putih masih membalut tubuh dua orang itu.Mata-mata itu memberi hormat kepada tiga orang tersebut, dia kemudian menyerahkan secarik kertas yang berasal dari wilayah utara.Kertas itu berupa informasi yang dialami wilayah utara pasca penyerangan Jun Hui beberapa hari yang lalu."Jadi kalian baru saja diserang?" tanya Tetua Kong. "Meski sebuah kebetulan, tapi kelompok kami baru pula melawan para prajurit Kekaisaran Tang.""Aku baru saja menemui Putri Sin Tang, dan mereka memberi perintah untuk bergabung, lalu membicarakan penyerangan kepada Kekaisaran Tang.""Baiklah, katakan kepada mereka, kami akan bergerak ke tengah
Niat hati Lanting Beruga sebenarnya ingin memeriksa beberapa kelompok Aliran Putih yang tersebar di sekitar wilayah Kekaisaran Tang, tapi dia dan Burung Elang itu malah nyasar hingga menuju Kekaisaran Tang."Kencana bodoh! bodoh!" ucap Lanting Beruga terus saja ngedumel ketika Garuda Kencana terbang di atas langit Istana Kekaisaran Tang.Situasinya sekarang malam hari, jadi tidak ada yang menyadari keberadaan pemuda itu di atas langit. Hal ini pula karena dirinya tidak memiliki tekanan tenaga dalam atau aura alam, sehingga sulit untuk mengantisipasi kedatangan Lanting Beruga."Aku sudah bilang ke arah barat! barat! dasar Kencana Bodoh!" ucap Cakra Buana, terus-terusan memaki sahabatnya, bahkan sesekali menarik bulu kepala burung itu hingga dia mulai kesal.Garuda Kencana cukup bersabar saat ini, tapi ketika Lanting Beruga menjahilinya terlalu berlebihan, Garuda Kencana malah bergerak ke tinggi ke langit, lalu turun menukik dengan kecepatan penuh."
Lanting Beruga langsung diringkus oleh para prajurit itu, dia tidak keberatan dan tidak pula marah. Menurut pemuda itu, pasti ada hal menarik ke depannya. Lagipula, dia ingin tahu apakan tempat ini berhubungan dengan aliran hitam, atau tidak.Lima prajurit membelenggu pemuda itu dengan banyak rantai, lalu menandunya ke ruangan yang lain.Jikalah dia mau, semua rantai ini bisa saja hancur dalam seketika, tapi Lanting lebih memutuskan untuk diam.Tubuh pemuda itu dihempaskan di lantai yang kali ini sangat kering, ada banyak lentera di dalam ruangan besar tersebut, tapi demikian ruangan bawah tanah ini tidak memiliki struktur bangunan yang rapi.Sekitar 50 prajurit berada di sana, dengan banyak luka dan tubuh yang dililit oleh perban. Di depan Lanting Beruga ada seorang pria tua, berbaju putih yang dipenuhi dengan tambalan, dan juga rambut serta janggut yang panjang terurai.Sekali pintas, orang akan memanggilnya hantu karena tampilannya tersebu
Lanting Beruga dihajar oleh puluhan prajurit berperban putih, hingga kini dia terseok di sudut ruangan.Beberapa prajurit masih memaki-makinya, tapi beberapa prajurit lain mulai menyadari jika Lanting Beruga bukan orang sembarangan, struktur tulangnya sangat keras, beberapa kali mereka meninju kepala Lanting Beruga, tapi yang mengalami sakit malah kepalan tinju mereka sendiri."Maf maf..." ucap Lanting Beruga. "Roti kalian terlihat nikmat sekali, aku belum berbuka dari pagi tadi."Sang Ratu berusaha bangun dari pembaringan, meskipun beberapa tabib melarang dirinya melakukan hal tersebut.Mendengar bahasa yang digunakan oleh Lanting Beruga, ratu tahu jika pemuda itu berasal dari bumi selatan satu wilayah dengan mantan suami pertamanya."Kenapa kau datang ke sini?" tanya Sang Ratu lagi, "kau bukan utusan dari Aliran Hitam.""Huhhhh ..." Lanting Beruga mengeraskan ototnya, membuat seluruh rantai yang membelenggu tubuh pemuda itu put
Lanting Beruga hanya tersenyum mendengar hal tersebut, jika dia bisa, dia tidak akan membunuh Pangeran Jianhen ketika perang meletus nanti.Namun, saat ini Lanting Beruga masih merasa bersalah karena telah menghabiskan makanan terakhir para prajurit di sini, dia ingin membalas hal tersebut dengan mencari obat penawar yang berada di dalam gudang obat-obatan."Ada yang bisa membantuku, pergi ke gudang itu!" ucap Lanting Beruga. "Aku yakin ada penawar yang bisa menghentikan racun yang bersarang di dalam tubuhmu!""Tapi Elang Api, gudang itu dijaga oleh banyak prajurit!" timpal Sang Ratu, merasa tidak percaya jika Lanting Beruga dapat mendapatkan penawar tersebut.Namun, Lanting Beruga telah membulatkan tekadnya, dia akan mendapatkan penawar racun tersebut, tapi dia membutuhkan bantuan seorang prajurit.Tidak perlu kuat, Lanting Beruga akan melindungi prajurit tersebut, tapi dia harus cukup pintar."Aku akan pergi bersama dirinya," ucap seorang
Lanting Beruga memotong gembok gudang, lalu masuk lebih dahulu ke dalam bangunan tersebut, kemudian disusul oleh tabib tua.Di dalam gudang tersebut, ada berbagai macam jenis ramuan dan obat-obatan dari yang biasa saja, hingga pada level yang cukup langka.Tabib tua memilah beberapa jenis obat-obatan yang dibutuhkan, terlihat seperti akar-akar, atau pula cairan-cairan yang disimpan di dalam botol.Setelah memastikan tidak ada ramuan yang tertinggal, Tabib itu mengajak Lanting Beruga keluar dari dalam gudang itu, tapi pemuda itu malah tertawa kecil."Kenapa kita tida membawa semua ramuan ini?" Setelah mengatakan hal itu, dia menyerap seluruh ramuan level langka ke dalam tanda api.Melihat hal itu, wajah tabib tua menjadi tegang. Jika Lanting Beruga bisa melakukan hal itu, kenapa dia harus menyiapkan keranjang obat yang merepotkan ini?Namun sebelum mereka keluar, tiba-tiba mata kiri Lanting Beruga mulai berdenyut kuat, dia menoleh ke kiri men
Tabib tua menjatuhkan rantang obat-obatan, dan mulai bersujud di hadapan Chang Yi dan memohon ampunan untuk sang Ratu.Namun Chang Yi tidak mewujudkan keinginan Tabib Tua, dia malah melepaskan pukulan energi ke arah tabib tersebut.Cahaya terang menderu ke arah tabib tua, tapi sebelum cahaya tersebut mengenai wajah pria tersebut, Lanting Beruga langsung menghancurkannya."Kau membuatku menjadi muak," ucap Lanting Beruga. "Dengan menyandra Sang Ratu, apa kau pikir bisa lolos dari tanganku, cobalah jika kau bisa!"Setelah berkata demikian, Lanting Beruga menderu cepat, meninggalkan bayangan merah dan kini telah melewati tubuh Chang Yi.Pada saat yang sama, teriakan keras terdengar memekakkan, bergema di dalam ruangan ini. Tubuh Sang Ratu terhuyung ke depan, dan hampir saja jatuh ke dasar, jika bukan karena Lanting Beruga menyambarnya dengan gerakan yang cepat.Pemuda itu meletakan Sang Ratu di atas pembaringan, kemudian meminta Tabib Tua untuk