Langit yang tadi terang benderang tiba-tiba gelap gulita, ketika bayangan hitam besar mulai perlahan menelan matahari.
Ya, itu adalah gerhana matahari.
Dalam hitungan waktu yang cepat, seluruh matahari hilang sudah dari pandangan, dan pada saat yang sama muncul cincin api di atas langit. Gerhana cincin total.
Ini terlihat biasa, tapi di sini fenomena itu benar-benar membuat alam terasa mengerikan.
Di samudra hindia, lautan bergerak tak menentu. Ombak tinggi bergulung seolah ketakutan dengan kemunculan sesuatu yang tidak diketahui.
Pada saat yang sama, bumi mengalami gempa yang dahsyat. Jikalah itu bukan pendekar mereka mungkin akan jatuh karena tidak mampu berpijak.
Lanting Beruga menyambar Delima Kemala Putri yang merasa sangat ketakutan.
"Tenanglah, tidak akan kubiarkan sesuatu yang buruk terjadi padamu!" ucap Lanting Beruga.
Pada saat itu, pusaran air di tengah samudra hindia muncul.
Delima Kemala Putri merasaka
Delima Kemala Putri merasakan ada banyak air yang memaksa masuk ke dalam mulutnya. Sakit? tentu saja. Kerongkongan gadis kecil itu bagai dijejal oleh benda keras.Dia hendak menangis, berteriak dan meminta pertolongan. Tapi air ini terlihat begitu hidup, selalu menyeretnya ke dalam lautan, tanpa berpikir apakah gadis itu akan mati atau tidak.Benar-benar keajaiban, sesekali kepala Delima Kemala Putri terbentur oleh batu karang, tapi tidak mengalami cidera, malah sebaliknya yang hancur adalah batu karang tersebut.'Kak Lanting!' Delima Kemala Putri hanya mengingat satu nama itu saja, air matanya menetes tapi di dalam air ini, tangisnya benar-benar tertutupi.Perasaan Delima Kemala Putri berangsur-angsur mulai lenyap, kesadarannya mulai diambil alih.Pada saat yang sama pula, Asoka menghentakkan kakinya ke tanah, lalu terbang mendekati pulau aneh yang baru saja muncul di tengah samudra hindia.Beberapa pendekar Serikat Naga mengiringi Asoka da
Dibawah gerhana cincin, salah satu pasak di pulau itu hancur pada bagian puncaknya. Tadi, Lanting Beruga berada di atas puncak pasak tersebut. Namun kini, puncak itu diselimuti oleh debu karena serangan kuat Asoka.Satrio Langit menyapukan pandangan tapi belum menemukan posisi dan keadaan Lanting Beruga, ini mengkhawatirkan.Kekuatan Asoka tadi benar-benar besar, meski dengan satu ayunan biasa dia bisa menghancurkan pasak itu dengan mudah.Pada saat yang sama, Yanca berkelebat di sekitar Satrio Langit."Ada banyak penggangu di sini!" gumam Satrio Langit.Dia berniat melawan Asoka dan mengacuhkan Yanca beserta pasaukannya, tapi tiba-tiba seorang manusia berteriak di atas pasak pulau."DELIMA!!!! AKU AKAN MENYELAMATKANMU!""Sial, dia akan menggila!" ucap Satrio Langit.Yanca melesat ke arah Lanting Beruga tapi Satrio Langit mencegah pria itu."Bocah, minggir jangan halangi aku!""Sepertinya kau harus tetap di sini,
Yanca berusaha melewati Satrio Langit dan untuk mendapatkan prasasti roh air lebih dahulu, tapi Satrio Langit seolah dinding tebal yang menahan dirinya.Pertarungan seni tangan kosong antara Satrio Langit melawan Yanca tidak kalah serunya dibanding dengan Lanting Beruga dan Asoka.Mereka bertarung pada sisi pulau yang bersebelahan dengan Lanting Beruga.Sementara beberapa orang aliran darah besi yang lain bertarung sengit melawan pendekar dari Serikat Naga, tentu juga melawan Rindu Hati dan satu temannya.Tidak ada bagian di pulau ini yang tenang saat ini, semua sisi pulau dihuni oleh para pendekar hebat.Rindu Hati melayang ke udara ketika berhasil melempar lawannya ke tengah samudra. Tentu saja tidak akan mati dengan mudah, mereka adalah pendekar-pendekar level tinggi."AKKK!" sebuah serangan kuat menderu dari dalam lautan, menuju ke atas seperti mata tombak sebesar pohon kelapa.Rindu hati menyilangkan dua tangannya ke depan, menci
"Bocah, setengah kekuatannya terbebas!" ucap Roh Api."Apa maksudnya?" tanya Lanting Beruga.Roh Air telah di segel di dua tempat yang berbeda, setengah kekuatannya disegel di tempat lain, tapi setengah kekuatan dan ingatannya berada di pulau ini.Tubuh asli roh air berbentuk semacam gurita raksasa dengan tubuh seperti manusia dan mempunyai dua tangan. Salah satu tangannya mencengkram tombak bermata tiga, trisula.Jika dia mengayunkan tombak itu, maka terjadilah gelombang tsunami, jika di mengangkat tombak tersebut, maka hujan badai akan muncul.Dua segel untuk satu roh, dilakukan agar iblis tangan seribu tidak dapat bangkit dan menghancurkan peradaban dunia, dengan bentuk seutuhnya."Dia sulit dijinakkan, keras kepala dan bahkan dirinya tidak bisa mengendalikan kekuatannya sendiri ..." gumam Roh Api."Apa yang harus kita lakukan?" tanya Lanting Beruga.Roh Api diam cukup lama, sebenarnya mahluk itu tidak bisa memberikan
Setelah mengatakan hal itu, roh air keluar dari dalam alam bawah sadar Lanting Beruga.Lanting Beruga kini kembali tersadar. Pertemuan itu sebenarnya begitu singkat, hanya beberapa detik saja, tapi di alam bawah sadar Lanting Beruga seolah waktu berjalan begitu lama.Roh air tidak memilih siapa yang akan diserangnya, semua orang di serang. Lanting Beruga sesekali menghindari serangan mahluk tersebut.Namun, mata kiri Lanting Beruga selalu berdenyut kuat. Mengirim energi batin dalam jumlah besar adalah tugas mata kiri itu, dan hal ini berhasil memperlambat gerakan Roh Air."Sial, bahkan setelah menggunakan energi batin milik Raja Bandawasa, mahluk bodoh ini masih bisa bergerak."Jika di ibaratkan siluman mistik lima, maka kekuatan roh air saat ini 5 kali lipat siluman mistik lima. Itu artinya dia lebih kuat 5 kali dari naga hitam yang ada di dalam warisan kuno.Kali ini mahluk gila itu bertindak lebih liar lagi, dia mengangkat pacak pulau yan
25% kekuatan Roh Api ini adalah jumlah maksimal yang dapat digunakan oleh Lanting Beruga, lebih dari itu tubuhnya akan hancur karena tidak mampu menahan kekuatan Roh Api.Saat ini tubuh Lanting Beruga benar-benar terlihat menguap, ada energi merah menyelimuti Lanting Beruga. Bahkan setiap kuku jari Lanting Beruga benar-benar berwarna merah seperti darah."Tunduklah dalam kekuatanku, Manusia!" suara Roh Air menggelegar keras, seluruh tubuhnya dipenuhi ombak.Serangan tangan tentakel raksasa menderu ke arah Lanting Beruga, tapi pemuda itu berhasil menghindarinya dengan sangat baik.Dia melompat ke awang-awang, bayangan merah di belakang pemuda itu hampir menyerupai sayap merah yang tak sempurna.Wush.Dia menyerang dari samping, merobek tubuh roh air yang tersusun dari lautan hindia. Suara decisan air terdengar mana kala terkena pedang panas Lanting Beruga.Satrio Langit menyadari, Lanting Beruga tidak akan mampu melawan mahluk be
Guci Dewa Banyu dibuat khusus oleh leluhur Bangsawan Dunia. Beberapa berita mengatakan guci itu turun bersamaan dewa langit, beberapa yang lain mengatakan guci itu dibuat oleh empu sakti mandraguna di kayangan. Tidak ada yang tahu kejelasannya, tapi guci dewa banyu bukan wadah paling kuat, ada sebuah wadah sangat kuat yang terletak di gunung suci para bangsawan dunia.Jika Lanting menyetujui, maka Asoka akan melakukan sebuah tindakan ritual untuk mengambil roh air dari wadah Delima Kemala Putri."Kau yang dijuluki Elang Api?" tanya Asoka, "Apa yang sedang kau pikirkan sekarang?"Lanting Beruga menatap Asoka dengan mata kiri yang menyala redup, cahaya mata itu terang tapi tidak menyilaukan, seperti cahaya bulan purnama."Aku setuju!" ucap Lanting Beruga."Lanting, apa kau serius?" tanya Satrio Langit."Satrio, tidak ada cara lain, bukan hanya memikirkan tentang keselamatan kita, tapi juga keselamatan pulau Andalas." Lanting tidak punya
Dia mengirim energi pedang ke arah Garuda Kencana, tapi di halangi oleh Lanting Beruga."Kau akan menyesal karena melakukan ini!" ucap Asoka.Namun, Satrio Langit melompat ke atas reruntuhan lain, bersiap melawan Asoka jika pria itu cukup berani.Lanting Beruga mengayunkan pedangnya ke samping, tapi sinar di matanya masih begitu tenang. Tidak sedikitpun ada ketakutan di wajah pemuda tersebut."Aku dengar namamu, Asoka!" ucap Lanting Beruga, "Apa kau yakin menyerahkan roh air kepada Bangsawan Dunia, apa itu setimpal dengan mempertaruhkan seluruh umat manusia.""Aku ditempa sebagai Serikat Naga," ucap Asoka, "Aku tidak pernah gagal menjalankan misi!""Aku berjalan di jalan pedang, karena impianku menjadi dewa pedang ..." gumam Lanting Beruga, "langkahku tidak akan berhenti hanya karena aturan sebuah organisasi seperti Serikat Satria.""Apa yang ingin kau katakan?" tanya Asoka."Bangsawan Dunia hanya memandang manusia sebagai samp
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m