Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Lanting vs Ares

Share

Lanting vs Ares

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-26 21:02:52

Lanting Beruga datang tepat waktu sebelum Ares akan membunuh Bony An dengan serangan terakhir yang dimilikinya. 

Jika bukan karena Lanting Beruga, tentu saja wanita itu sudah menjadi mayat saat ini.

Bukan karena terharu karena nyawanya baru saja selamat dari kematian, Bony An malah terharu karena Lanting Beruga menyelamatkan dirinya.

Misalkan yang menyelamatkan itu bukan Lanting Beruga, mungkin Bony An tidak akan segembira ini.

"Lanting, kenapa kau-"

"Mundurlah!" ucap Lanting Beruga, "Mulai dari sekarang serahkan semuanya kepadaku," pemuda itu lantas tersenyum kecil, "tenang saja, setelah urusanku selesai, aku akan menemui dirimu!"

"Apa kau pikir bisa pergi dari tempat ini setelah berhadapan denganku?" tanya Ares, suaranya terdengar dingin dan tatapannya begitu tajam ke arah Lanting Beruga.

"Maaf pak tua berambut jagung," ucap Lanting Beruga. "Aku tidak bisa membiarkan dirimu melukai wanita ini."

"Dia telah membunuh Bangsa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (35)
goodnovel comment avatar
Shultan Arifin
author 1 ini kayaknya malah jual mahal??????
goodnovel comment avatar
Sukirno
sengaja biar pembaca pada penasaran.. si thor habis gajian dapat 3 Milyard uang
goodnovel comment avatar
Furqon Nurahaddin
thor nya lagi bikin laporan akhir tahun
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Kericuhan Kota Pertengahan

    Sementara itu, Mura dibuat pusing oleh tindakan Lanting Beruga yang terang-terangan menyerang Ares sang Ksatria Perang, tak tertandingi. Dia mungkin tidak terlalu khawatir dengan pertarungan tersebut, Lanting Beruga kemungkinan akan lolos dari kematian, tapi tindakan Lanting itu akan menarik perhatian semua Serikat Naga terhadap Aliran Darah Besi. Ini bahaya. Ares telah membunuh sisa-sisa iblis pembawa mala petaka yang dipimpin oleh Yanca, dan Serikat Naga tidak mempermasalahkan hal itu karena tidak ada korban jiwa di pihak mereka. Namun sekarang, masalahnya yang mati adalah Bangsawan Dunia. Bukan hanya Serikat Naga, Bangsawan Dunia pasti menaruh dendam terhadap Aliran Darah Besi. "Mura, apa yang harus kita lakukan saat ini?" Ketua Aliran Selatan sedang membaca situasi saat ini. Pertarungan terpampang jelas di depan mata, tapi dua orang itu belum bertindak untuk menyerang Serikat Naga. Mura si kutu buku tidak menemukan pengalaman menge

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • LANTING BRUGA   Kericuhan Kota Pertengahan 2

    Mura dan Ketua Aliran Selatan dihadang oleh beberapa orang pendekar dari Serikat Naga, sebelum keduanya berhasil mendekati lokasi penginapan yang telah hancur oleh pertarungan Lanting Beruga dan Ares."Dua orang ini adalah teman pemuda di sana," salah satu dari mereka berkata kepada teman-temannya. "Jangan biarkan kedua orang ini selamat, bunuh siapapun yang berasal dari Aliran Darah Besi!"Ketua Aliran Selatan menarik nafasnya dalam-dalam sebelum kemudian dia mengepalkan tangan kanan yang berselimut sarung tangan berwarna kehitaman.Telapak tangan kiri terdapat sarung tangan dewa kematian yang didapatkannya dari acara lelang barusan."Mari kita coba kekuatan sarung tangan ini!" ucap Ketua Aliran Selatan.Dia mengalirkan beberapa banyak aura alam pada sarung tangan dewa kematian, membuat sarung tangan itu terasa cukup berat.Ada sensasi aneh menyelimuti lengan kiri Ketua Aliran Selatan, seperti keram dan juga hangat.Ini tandanya, sar

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • LANTING BRUGA   Kericuhan Kota Pertengahan 3

    Sebuah pukulan baru saja mendarat tepat wajah Mura. Pukulan yang sangat keras, membuat darah keluar dari mulut pemuda tersebut.Entah beberapa jauhnya di terlempar ke samping, menghantam beberapa rumah warga, menghancurkan dinding bangunan tersebut, lalu berguling di permukaan tanah kering bebatuan.Mura merasakan kepalanya begitu sakit, beberapa giginya mungkin goyah saat ini. Jelas dia tidak menduga serangan lawannya begitu cepat dan sangat mendadak.Mura gagal mengantisipasi serangan tersebut.Dia berdiri lagi, mencengkram gagang pedang dengan kuat. Matanya menyapu pandangan gelap malam ini. Hanya cahaya api yang membakar rumah, bahkan bulan seolah enggan menatap pertarungan di Kota Pertengahan.Baru pula memasang kuda-kuda, sekelabatan senjata menyerang ke arah Mura. Lagi-lagi, pemuda itu terkena serangan lawannya.Lengan kiri pemuda itu kini tertancap pisau kecil yang cukup dalam."Sial, aku lengah!" Mura menggerutu kesal, meskip

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • LANTING BRUGA   Kericuhan Kota Pertengahan 4

    Setelah belenggu rantai di leher Bony An dilepaskan oleh Lanting Beruga, wanita itu berniat membantu pemuda tersebut, tapi tidak mendapatkan kesempatan bagus.Lanting dan Ares bergerak terlalu cepat bagi Bony An, itu bukanlah gerakan pendekar seperti dirinya. Jadi yang dapat dilakukan Bony An adalah mengalahkan sebanyak mungkin Serikat Naga yang ada di sekitar dirinya.Namun sekarang, Bony An dan semua orang yang ada di sekitarnya terhenti sejenak karena kilatan cahaya terjang yang terpancar di langit gelap.Kilatan itu berasal dari tombak Ares.Sementara di sisi lain, Bonya An melihat satu ekor naga berwarna merah keluar dari pedang sisik naga hijau di tangan Lanting Beruga.Apakah itu adalah naga sungguhan atau naga yang diciptakan oleh energi, Bony An tidak tahu. Yang jelas, baik jurus yang dikeluarkan oleh Lanting Beruga atau pula jurus Ares mengeluarkan tekanan yang begitu kuat.Belum pula berhasil menguasai pikirannya, tiba-tiba Bony A

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • LANTING BRUGA   Kericuhan Kota Pertengahan 5

    Kembalinya kekuatan Bony An membuat beberapa anak buahnya menjadi sedikit lebih tenang, meskipun masih begitu banyak musuh yang harus dihadapi oleh mereka.Amaru sejak tadi selalu berusaha menembus pertahanan Serikat Naga untuk membantu Bony An, dan membuat pikirannya terbagi menjadi dua.Namun sekarang, Amaru mulai lebih tenang dan fokus dalam pertarungannya."Orang ini menjadi lebih kuat dari sebelumnya," salah satu Serikat Naga mulai tidak nyaman dengan kekuatan pria tersebut.Dari beberapa waktu yang lalu, Amaru selalu mendapatkan tekanan dari lawan-lawannya, bahkan beberapa kali dia terkena sarangan pedang.Sudah lebih dari tiga kali Amaru mendapatkan sayatan pedang di tubuhnya, tapi kini dia tidak akan membiarkan ada lebih banyak sayatan lagi.Fokus pikirannya hanya tertuju pada satu hal, mengalahkan lawan-lawannya.Tiga orang lawannya mati dalam dua kali tebasan kuat. Pedang berwarna putih itu kini berubah menjadi merah karena

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • LANTING BRUGA   Kericuhan Kota Pertengahan 7

    Sementara itu, jauh di luar lokasi penginapan, sedikit mendekati tempat lelang, Pertarungan antara Lanting Beruga melawan Ares masih berlangsung dengan begitu sengit. Ini terlihat seperti pertarungan antara penguasa api dan penguasa halilintar. Entah siapa yang akan menang diantara ke dua orang itu, tapi dimana ada keduanya, di sana ada kerusakan yang begitu parah. Gedung-gedung hancur berantakan, rata dengan tanah. Sesekali akan ada getaran hebat di permukaan bumi, sebelum kemudian tanah akan terangkat dan pecah. Lanting Beruga telah menggunakan lebih dari 40% dari kekuatan Roh Apinya, tapi hal itu belum mampu untuk menekan Ares sang Ksatria Perang. Meskipun dianggap telah memiliki kemampuan yang begitu hebat di aliran Darah Besi, membunuh atau mengalahkan Ares tidak semudah membalikan telapak tangan. Semua pemahaman Lanting Beruga di dunia persilatan telah digunakannya secara maksimal. Penggunaan mata asura mulai mencap

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • LANTING BRUGA   Kericuhan Kota Pertengahan 7

    Kubah energi lagi-lagi muncul di pertengahan Kota, dan setengah dari gedung lelang hancur lebur oleh serangan Ares yang begitu ganas.Level Langit Tinggi benar-benar muncul malam ini, dan semua orang dapat melihat seperti apa kekuatan dari level tersebut.Ares masih berdiri di atas awang-awang, dengan tombak yang memancarkan percikan petir halus.Matanya tajam melihat ledakan di bawah, dan tak pernah berkedip sedikitpun hingga ledakan itu selesai.Kawah besar tercipta di sana, kering kerontang tanpa ada benda apapun selain tanah yang terbakar.Namun tiba-tiba.Mata pria itu terkejut bukan kepalang, seolah akan keluar dari kelopaknya.Dia melihat tepat di tengah titik kawah kering itu, sesosok tubuh memancarkan aura merah terang dengan satu sayap selebar dua depa. Mirip seperti sayap burung elang tapi berwarna merah terang yang menyala-nyala.Tepat di bagian kaki mahluk itu, ada gumpalan api bewarna merah terangan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • LANTING BRUGA   Kericuhan Kota Pertengahan 8

    Roh Api sebenarnya tidak suka ada yang memberinya perintah, tapi yang dikatakan oleh Satrio Langit memang benar. Tidak mungkin dia menjatuhkan Maha Api Setara Matahari di Kota yang banyak dihuni oleh manusia ini.Dia menyapukan pandangan, dan melihat ada sebuah danau tidak jauh dari tempat ini.Itu adalah tempat terbaik untuk bertarung.Namun, Ares mungkin menyadari hal itu, dan menjadikan manusia sebagai tameng untuk berlindung. Jika dia masih berada di sini, Lanting Beruga alias Roh Api tidak mungkin menjatuhkan bola panas itu.Namun, Roh Api tentu memiliki trik lain untuk menggiring lawannya ke posisi yang tepat.Tiba-tiba dia menghilang dari pandangan, dan entah kenapa bola api itu lenyap dari tangan Lanting Beruga.Tiba-tiba Roh Api muncul di hadapan Ares, menendang pria itu hingga terlempar begitu keras ke atas awang-awang.Pada saat yang sama ketika Ares berada di udara, Roh Api kembali lenyap dan muncul lagi tepat di bawah San

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status