Kubah energi lagi-lagi muncul di pertengahan Kota, dan setengah dari gedung lelang hancur lebur oleh serangan Ares yang begitu ganas.
Level Langit Tinggi benar-benar muncul malam ini, dan semua orang dapat melihat seperti apa kekuatan dari level tersebut.
Ares masih berdiri di atas awang-awang, dengan tombak yang memancarkan percikan petir halus.
Matanya tajam melihat ledakan di bawah, dan tak pernah berkedip sedikitpun hingga ledakan itu selesai.
Kawah besar tercipta di sana, kering kerontang tanpa ada benda apapun selain tanah yang terbakar.
Namun tiba-tiba.
Mata pria itu terkejut bukan kepalang, seolah akan keluar dari kelopaknya.
Dia melihat tepat di tengah titik kawah kering itu, sesosok tubuh memancarkan aura merah terang dengan satu sayap selebar dua depa. Mirip seperti sayap burung elang tapi berwarna merah terang yang menyala-nyala.
Tepat di bagian kaki mahluk itu, ada gumpalan api bewarna merah terangan.
Roh Api sebenarnya tidak suka ada yang memberinya perintah, tapi yang dikatakan oleh Satrio Langit memang benar. Tidak mungkin dia menjatuhkan Maha Api Setara Matahari di Kota yang banyak dihuni oleh manusia ini.Dia menyapukan pandangan, dan melihat ada sebuah danau tidak jauh dari tempat ini.Itu adalah tempat terbaik untuk bertarung.Namun, Ares mungkin menyadari hal itu, dan menjadikan manusia sebagai tameng untuk berlindung. Jika dia masih berada di sini, Lanting Beruga alias Roh Api tidak mungkin menjatuhkan bola panas itu.Namun, Roh Api tentu memiliki trik lain untuk menggiring lawannya ke posisi yang tepat.Tiba-tiba dia menghilang dari pandangan, dan entah kenapa bola api itu lenyap dari tangan Lanting Beruga.Tiba-tiba Roh Api muncul di hadapan Ares, menendang pria itu hingga terlempar begitu keras ke atas awang-awang.Pada saat yang sama ketika Ares berada di udara, Roh Api kembali lenyap dan muncul lagi tepat di bawah San
Hanya Rindu Hati yang mengetahui kondisi emosi Satrio Langit ketika dia mulai mabuk karena tuak.Dia akan menggila, lebih gila dari orang gila.Amaru tidak ingin kalah saing dengan Satrio Langit, jadi dia bergerak lebih dahulu dibandingkan pemuda tersebut.Namun tiba-tiba.Sebuah cahaya emas terang mendahului Amaru, cahaya itu berbetuk seperti kepala singa yang ukurannya sebesar gajah dewasa.Satrio Langit tidak mengincar dua pendekar Kekaisaran Tang, lebih dari itu dia langsung mengincar Sang Pangeran."Pangeran mundur!" dua pendekar level bumi langsung menyatukan kekuatan, mencoba menahan sarangan Satrio Langit dengan menyilangkan dua tangan mereka.Namun, kedua orang itu tetap saja terpukul mundur oleh serangan Satrio Langit. Jurus barusan mungkin tidak sampai melukai lawan-lawannya, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk membuktikan kepada mereka, bahwa Satrio Langit bukan pemuda yang lemah.Amaru cukup terkejut melihat keku
Dengan mental yang lemah, prajurit itu tidak mungkin dapat mengalahkan Satrio Langit.Hanya dalam hitungan menit, Satrio Langit membuat semua prajurit Kekaisaran Tang kalah telak.Beberapa orang mati di tangan pemuda itu, tapi ada sekitar 7 orang yang dibiarkannya lolos.Amaru berniat mengejar mereka, tapi Satrio Langit melarangnya."Di tempat asalku, musuh yang meninggalkan medan pertempuran tidak layak untuk dibunuh," ucap Satrio Langit."Tapi mereka akan datang lagi," timpal Amaru."Jika mereka datang, maka kita memiliki alasan kuat untuk mengirim mereka ke alam baka." Satrio Langit menarik nafasnya dalam-dalam kemudian berkata lagi, "Kadang kala singa tidak harus menghabisi semua isi hutan untuk menunjukan bahwa dia adalah raja, dengan mengalahkan satu atau dua orang, mereka akan tahu bahwa kitalah yang terkuat."Amaru hanya tersenyum simpul mendengar hal itu, kata-kata yang penuh makna keluar dari seorang pemuda yang bahkan
Surat kabar masih terus berhamburan hingga beberapa minggu ke depan, membahas masalah yang sama mengenai Bangsawan Dunia, Serikat Naga dan banyak yang lainnya. Namun, yang paling menggemparkan dunia persilatan adalah, Lanting Beruga berhasil melukai Ares dengan cukup parah.Serikat Satria di Sundaland hari ini menjadi ricuh, setelah Merpatih Putih dari devisi Bayangan kembali dengan surat kabar terbaru."A-apa?" Ketua Devisi Bayangan tersedak tuak setelah membaca surat kabar itu. "Apa yang dilakukan dirimu, Bodoh?"Intan Ayu sedang berlatih ilmu pedang, terpaksa menghentikan latihannya ketika Delima Kemala Putri membawa surat kabar yang sama untuk gurunya.Mata gadis itu terbelalak, tapi bukan karena pertarungan antara Lanting Beruga melawan Ares atau Bangsawan Dunia yang dibunuh oleh Bony An, dia terpaku karena masalah lain.Di dalam surat kabar, Lanting Beruga dikabarkan sedang bersama wanita cantik. Wanita Cantik itulah yang menjadi alasan Lanti
"Lanting Bangunlah!" terdengar sayup-sayup suara diluar alam sadar Lanting Beruga.Suara yang begitu lembut seperti alunan musik klasik yang sering dinyanyikan oleh Wulandari sebelum Lanting Beruga kecil tidur di malam hari.Meski lirik suara itu berbeda, tapi terdengar hampir sama dengan suara Wulandari, Neneknya.Kenapa sekarang dia begitu merindukan neneknya? Lanting Beruga tidak tahu. Namun perlahan dia membuka matanya yang terpejam selama 7 hari.Cahaya silau yang menerobos masuk atap ilalang membuat Lanting Beruga kembali menutup matanya. Nampak begitu enggan untuk terbangun."Lanting!" terdengar lagi suara lembut yang menyejukkan perasaannya.Lagi-lagi Lanting Beruga membuka matanya dengan perlahan, tapi kali ini sedikit lebih besar dari sebelumnya.Sesosok bayangan putih berambut panjang mulai terlihat jelas."Bagaimana perasaanmu saat ini?" wanita itu kembali bertanya dengan suara lembut."Bony An," ucap Lanting
"Gu-guru?""Kau tidak suka aku datang ke sini?" tanya Pramudhita.Lanting Beruga tersenyum simpul, hanya saja dia tidak percaya jika Pramudhita ada di tempat ini. Ah, lagipula dia bukanlah manusia.Pramudhita telah mengawasi Lanting Beruga di Kota Pertengahan, karena menduga akan terjadi sesuatu yang buruk disebabkan oleh pemuda itu.Dugaan Pramudhita benar-benar terjadi. Untung saja Pramudhita telah mengantisipasi hal ini, meskipun memang tidak sesuai dengan harapan dirinya.Beberapa bulan yang lalu, ketika Garuda Kencana pergi meninggalkan Lanting Beruga setelah merebut Cawan Dewa Banyu dari tangan Asoka, Pramudhita langsung mengikuti burung elang berkaki empat itu, dan menemukan kondisi induk Garuda Kencana yang memprihatinkan.Pramudhita mengusulkan untuk membawa induk elang itu ke alam asal muasalnya, yaitu alam lelembut.Dengan bantuan Pramudhita itulah, Induk Garuda Kencana akhirnya dapat kembali ke kampung halamannya.S
Lanting Beruga mendarat dipermukaan, meninggalkan sangkar Garuda Kencana yang berada di ketinggian. Permukaan tersebut tidak berupa tanah, melainkan bebatuan keras seperti cadas yang tajam. Ada banyak gundukan batu yang menyerupai duri-duri tajam. Manusia biasa tidak akan mampu memijak batu-batu itu tanpa alas kaki, kecuali akan terluka. Lanting Beruga dengan kondisinya seperti ini harus menggigit bibir karena menahan sakit. Darah mulai keluar dari telapak kakinya yang lemah. Bony An berniat membantu pemuda itu tapi dilarang oleh Pramudhita. "Biarkan dia mengalami banyak rasa sakit, agar menjadi lebih kuat," tegur Pramudhita. "Tapi Lanting Beruga saat ini tidak ubahnya seperti manusia biasa," timpal Bony An. "Dia memang manusia biasa, Bony An," jawab Pramduhita, "Dengan Manusia biasanya, dia harus memulai semuanya dari awal." "Guru, apa maksudmu?" tanya Lanting Beruga. "Kekuatanmu, semuanya berasal dari Roh Api,
Cahaya hijau muncul bersama dengan riak air yang menjilati tepian kolam kecil itu. Di pinggir kolam, Bony An tidak henti-hentinya beratap untuk keselamatan Lanting Beruga.Dia tidak ingin kehilangan pemuda itu, tidak setelah semua perjuangan Lanting Beruga untuk menyelamatkan dirinya dari tangan Ares.Sementara di sisi lain, Pramudhita berdiri tegap menghadap ke arah dasar kolam dimana Lanting Beruga terlihat begitu menderita.Wajah pria itu dipenuhi banyak makna, sungguh dia berharap Lanting Beruga mampu menghadapi situasi buruk yang kini sedang merundung tubuhnya.Bukan tanpa alasan Pramudhita meminta Lanting Beruga meniti jalan bebatuan tajam hingga kaki pemuda itu dipenuhi oleh banyak luka.Hal ini dia lakukan untuk melihat tekad dan keinginan Lanting Beruga untuk tetap hidup dan berjuang hingga akhir.Jika melewati bebatuan tajam itu tidak sanggup dilakukan Lanting Beruga, mana mungkin Pramudhita membiarkan pemuda itu melakukan ri