Dengan mental yang lemah, prajurit itu tidak mungkin dapat mengalahkan Satrio Langit.
Hanya dalam hitungan menit, Satrio Langit membuat semua prajurit Kekaisaran Tang kalah telak.
Beberapa orang mati di tangan pemuda itu, tapi ada sekitar 7 orang yang dibiarkannya lolos.
Amaru berniat mengejar mereka, tapi Satrio Langit melarangnya.
"Di tempat asalku, musuh yang meninggalkan medan pertempuran tidak layak untuk dibunuh," ucap Satrio Langit.
"Tapi mereka akan datang lagi," timpal Amaru.
"Jika mereka datang, maka kita memiliki alasan kuat untuk mengirim mereka ke alam baka." Satrio Langit menarik nafasnya dalam-dalam kemudian berkata lagi, "Kadang kala singa tidak harus menghabisi semua isi hutan untuk menunjukan bahwa dia adalah raja, dengan mengalahkan satu atau dua orang, mereka akan tahu bahwa kitalah yang terkuat."
Amaru hanya tersenyum simpul mendengar hal itu, kata-kata yang penuh makna keluar dari seorang pemuda yang bahkan
Surat kabar masih terus berhamburan hingga beberapa minggu ke depan, membahas masalah yang sama mengenai Bangsawan Dunia, Serikat Naga dan banyak yang lainnya. Namun, yang paling menggemparkan dunia persilatan adalah, Lanting Beruga berhasil melukai Ares dengan cukup parah.Serikat Satria di Sundaland hari ini menjadi ricuh, setelah Merpatih Putih dari devisi Bayangan kembali dengan surat kabar terbaru."A-apa?" Ketua Devisi Bayangan tersedak tuak setelah membaca surat kabar itu. "Apa yang dilakukan dirimu, Bodoh?"Intan Ayu sedang berlatih ilmu pedang, terpaksa menghentikan latihannya ketika Delima Kemala Putri membawa surat kabar yang sama untuk gurunya.Mata gadis itu terbelalak, tapi bukan karena pertarungan antara Lanting Beruga melawan Ares atau Bangsawan Dunia yang dibunuh oleh Bony An, dia terpaku karena masalah lain.Di dalam surat kabar, Lanting Beruga dikabarkan sedang bersama wanita cantik. Wanita Cantik itulah yang menjadi alasan Lanti
"Lanting Bangunlah!" terdengar sayup-sayup suara diluar alam sadar Lanting Beruga.Suara yang begitu lembut seperti alunan musik klasik yang sering dinyanyikan oleh Wulandari sebelum Lanting Beruga kecil tidur di malam hari.Meski lirik suara itu berbeda, tapi terdengar hampir sama dengan suara Wulandari, Neneknya.Kenapa sekarang dia begitu merindukan neneknya? Lanting Beruga tidak tahu. Namun perlahan dia membuka matanya yang terpejam selama 7 hari.Cahaya silau yang menerobos masuk atap ilalang membuat Lanting Beruga kembali menutup matanya. Nampak begitu enggan untuk terbangun."Lanting!" terdengar lagi suara lembut yang menyejukkan perasaannya.Lagi-lagi Lanting Beruga membuka matanya dengan perlahan, tapi kali ini sedikit lebih besar dari sebelumnya.Sesosok bayangan putih berambut panjang mulai terlihat jelas."Bagaimana perasaanmu saat ini?" wanita itu kembali bertanya dengan suara lembut."Bony An," ucap Lanting
"Gu-guru?""Kau tidak suka aku datang ke sini?" tanya Pramudhita.Lanting Beruga tersenyum simpul, hanya saja dia tidak percaya jika Pramudhita ada di tempat ini. Ah, lagipula dia bukanlah manusia.Pramudhita telah mengawasi Lanting Beruga di Kota Pertengahan, karena menduga akan terjadi sesuatu yang buruk disebabkan oleh pemuda itu.Dugaan Pramudhita benar-benar terjadi. Untung saja Pramudhita telah mengantisipasi hal ini, meskipun memang tidak sesuai dengan harapan dirinya.Beberapa bulan yang lalu, ketika Garuda Kencana pergi meninggalkan Lanting Beruga setelah merebut Cawan Dewa Banyu dari tangan Asoka, Pramudhita langsung mengikuti burung elang berkaki empat itu, dan menemukan kondisi induk Garuda Kencana yang memprihatinkan.Pramudhita mengusulkan untuk membawa induk elang itu ke alam asal muasalnya, yaitu alam lelembut.Dengan bantuan Pramudhita itulah, Induk Garuda Kencana akhirnya dapat kembali ke kampung halamannya.S
Lanting Beruga mendarat dipermukaan, meninggalkan sangkar Garuda Kencana yang berada di ketinggian. Permukaan tersebut tidak berupa tanah, melainkan bebatuan keras seperti cadas yang tajam. Ada banyak gundukan batu yang menyerupai duri-duri tajam. Manusia biasa tidak akan mampu memijak batu-batu itu tanpa alas kaki, kecuali akan terluka. Lanting Beruga dengan kondisinya seperti ini harus menggigit bibir karena menahan sakit. Darah mulai keluar dari telapak kakinya yang lemah. Bony An berniat membantu pemuda itu tapi dilarang oleh Pramudhita. "Biarkan dia mengalami banyak rasa sakit, agar menjadi lebih kuat," tegur Pramudhita. "Tapi Lanting Beruga saat ini tidak ubahnya seperti manusia biasa," timpal Bony An. "Dia memang manusia biasa, Bony An," jawab Pramduhita, "Dengan Manusia biasanya, dia harus memulai semuanya dari awal." "Guru, apa maksudmu?" tanya Lanting Beruga. "Kekuatanmu, semuanya berasal dari Roh Api,
Cahaya hijau muncul bersama dengan riak air yang menjilati tepian kolam kecil itu. Di pinggir kolam, Bony An tidak henti-hentinya beratap untuk keselamatan Lanting Beruga.Dia tidak ingin kehilangan pemuda itu, tidak setelah semua perjuangan Lanting Beruga untuk menyelamatkan dirinya dari tangan Ares.Sementara di sisi lain, Pramudhita berdiri tegap menghadap ke arah dasar kolam dimana Lanting Beruga terlihat begitu menderita.Wajah pria itu dipenuhi banyak makna, sungguh dia berharap Lanting Beruga mampu menghadapi situasi buruk yang kini sedang merundung tubuhnya.Bukan tanpa alasan Pramudhita meminta Lanting Beruga meniti jalan bebatuan tajam hingga kaki pemuda itu dipenuhi oleh banyak luka.Hal ini dia lakukan untuk melihat tekad dan keinginan Lanting Beruga untuk tetap hidup dan berjuang hingga akhir.Jika melewati bebatuan tajam itu tidak sanggup dilakukan Lanting Beruga, mana mungkin Pramudhita membiarkan pemuda itu melakukan ri
Meskipun Lanting Beruga memiliki pisik yang bagus, tapi memanjat tebing ini dalam sekali lewat dan kembali di sore harinya akan sangat sulit dilakukan oleh Lanting Beruga.Cadas tebing setinggi awan yang menjulang tinggi dan begitu curam, nyaris mustahil dapat dipanjat oleh manusia biasa.Namun, ini adalah perintah sang guru, Lanting Beruga harus mentaatinya.Tentu saja Pramudhita memiliki alasan tersendiri dengan menyuruh Lanting Beruga bekerja begitu keras.Menyerap sumber daya pelatihan langka penguat pisik memang sangat membantu untuk menambah atau meningkatkan level tubuh seorang pendekar, tapi bukan berarti sebuah ramuan dapat meningkatkan pleksibelitas tubuh seorang pendekar.Pramudhita merasa tubuh Lanting Beruga masih begitu kaku, meskipun di pandangan mata orang lain dia sangat cepat.Satu-satunya cara agar otot-otot di tubuh pemuda itu terbiasa dan cukup lentur yaitu dengan berlatih keras.Latihan yang gigih dapat menambah
21 hari telah berlalu semenjak Lanting Beruga berlatih memanjat tebing dan turun di sore harinya. Kemahirannya semakin terasa dengan baik.Otot di tubuhnya juga meningkat kuat, meskipun tidak terlalu signifkan seperti saat menyerap Sumber Daya Pelatihan.Waktu 10 jam yang digunakan untuk mendaki tebing ini telah terpotong cukup banyak. Kini Lanting Beruga hanya membutuhkan 5 jam untuk tiba di puncak pilar tinggi.Ketika Pramudhita memeriksa otot Lanting Beruga, pria itu tersenyum tipis.Disamping itu, insting Lanting Beruga mulai terasah seiring latihan berjalan.Pramudhita menargetkan latihan ini selama 2 bulan penuh, dan ketika itu dia akan mulai memberi pelajaran mengenai teknik bertarung yang mengandalkan insting.Lanting Beruga tidak keberatan mengenai hal itu, semakin lama dia berlatih semakin hebat dirinya setelah keluar dari tempat ini."Apa impianmu!" Pramudhita bertanya sebelum Lanting Beruga memanjat tebing tinggi ini
Berlatih menutup mata begitu sulit dilakukan oleh Lanting Beruga yang cendrung selalu menggunakan mata Asura di malam hari. Entah sudah berapa hari lamanya dia berlatih, tapi sampai hari inipun tidak ada satupun batu yang dapat dihindari oleh pemuda tersebut. Luka-luka yang didapatkan pemuda itu cukup banyak, dan hal ini membuat Sang Guru bertambah kesal dibuatnya. Sejauh pemahaman Pramudhita, tampaknya Lanting Beruga belum bisa membangkitkan insting bertarung. Namun, masih ada waktu untuk terus berlatih, dan tampaknya Lanting Beruga tidak akan menyerah. Ini adalah poin utama yang dimiliki oleh seorang pendekar hebat. "Lanting, rasakan hembusan udara yang membelai kulitmu, dengarkan suara udara itu dengan telingamu!" ucap Pramudhita. "Gunakan semua indra yang ada di tubuhmu!" Lanting Beruga hanya mengangguk, mulai menutup mata dan merasakan semua hal yang ada di sekitar dirinya. Bukan hanya udara yang berhembus pelan, tapi kerikil yang jatuh dari tebi