Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Sarang Elang Berkaki Empat

Share

Sarang Elang Berkaki Empat

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-01 18:36:48

"Lanting Bangunlah!" terdengar sayup-sayup suara diluar alam sadar Lanting Beruga.

Suara yang begitu lembut seperti alunan musik klasik yang sering dinyanyikan oleh Wulandari sebelum Lanting Beruga kecil tidur di malam hari.

Meski lirik suara itu berbeda, tapi terdengar hampir sama dengan suara Wulandari, Neneknya.

Kenapa sekarang dia begitu merindukan neneknya? Lanting Beruga tidak tahu. Namun perlahan dia membuka matanya yang terpejam selama 7 hari.

Cahaya silau yang menerobos masuk atap ilalang membuat Lanting Beruga kembali menutup matanya. Nampak begitu enggan untuk terbangun.

"Lanting!" terdengar lagi suara lembut yang menyejukkan perasaannya.

Lagi-lagi Lanting Beruga membuka matanya dengan perlahan, tapi kali ini sedikit lebih besar dari sebelumnya.

Sesosok bayangan putih berambut panjang mulai terlihat jelas.

"Bagaimana perasaanmu saat ini?" wanita itu kembali bertanya dengan suara lembut.

"Bony An," ucap Lanting

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Budi Indrawan
kalo ga salah ingat diawal cerita, ayah garuda kencana bukannya udah mati ya. peninggalannya sebuah mustika yg diselamatkan Lanting pasca kebakaran. kenapa disini ada ayahnya garuda kencana?
goodnovel comment avatar
Pi Upi
jos poolll
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Berusaha Bangkit

    "Gu-guru?""Kau tidak suka aku datang ke sini?" tanya Pramudhita.Lanting Beruga tersenyum simpul, hanya saja dia tidak percaya jika Pramudhita ada di tempat ini. Ah, lagipula dia bukanlah manusia.Pramudhita telah mengawasi Lanting Beruga di Kota Pertengahan, karena menduga akan terjadi sesuatu yang buruk disebabkan oleh pemuda itu.Dugaan Pramudhita benar-benar terjadi. Untung saja Pramudhita telah mengantisipasi hal ini, meskipun memang tidak sesuai dengan harapan dirinya.Beberapa bulan yang lalu, ketika Garuda Kencana pergi meninggalkan Lanting Beruga setelah merebut Cawan Dewa Banyu dari tangan Asoka, Pramudhita langsung mengikuti burung elang berkaki empat itu, dan menemukan kondisi induk Garuda Kencana yang memprihatinkan.Pramudhita mengusulkan untuk membawa induk elang itu ke alam asal muasalnya, yaitu alam lelembut.Dengan bantuan Pramudhita itulah, Induk Garuda Kencana akhirnya dapat kembali ke kampung halamannya.S

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • LANTING BRUGA   Ritual Penyembuhan

    Lanting Beruga mendarat dipermukaan, meninggalkan sangkar Garuda Kencana yang berada di ketinggian. Permukaan tersebut tidak berupa tanah, melainkan bebatuan keras seperti cadas yang tajam. Ada banyak gundukan batu yang menyerupai duri-duri tajam. Manusia biasa tidak akan mampu memijak batu-batu itu tanpa alas kaki, kecuali akan terluka. Lanting Beruga dengan kondisinya seperti ini harus menggigit bibir karena menahan sakit. Darah mulai keluar dari telapak kakinya yang lemah. Bony An berniat membantu pemuda itu tapi dilarang oleh Pramudhita. "Biarkan dia mengalami banyak rasa sakit, agar menjadi lebih kuat," tegur Pramudhita. "Tapi Lanting Beruga saat ini tidak ubahnya seperti manusia biasa," timpal Bony An. "Dia memang manusia biasa, Bony An," jawab Pramduhita, "Dengan Manusia biasanya, dia harus memulai semuanya dari awal." "Guru, apa maksudmu?" tanya Lanting Beruga. "Kekuatanmu, semuanya berasal dari Roh Api,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • LANTING BRUGA   Nutrisi Dari Ulat

    Cahaya hijau muncul bersama dengan riak air yang menjilati tepian kolam kecil itu. Di pinggir kolam, Bony An tidak henti-hentinya beratap untuk keselamatan Lanting Beruga.Dia tidak ingin kehilangan pemuda itu, tidak setelah semua perjuangan Lanting Beruga untuk menyelamatkan dirinya dari tangan Ares.Sementara di sisi lain, Pramudhita berdiri tegap menghadap ke arah dasar kolam dimana Lanting Beruga terlihat begitu menderita.Wajah pria itu dipenuhi banyak makna, sungguh dia berharap Lanting Beruga mampu menghadapi situasi buruk yang kini sedang merundung tubuhnya.Bukan tanpa alasan Pramudhita meminta Lanting Beruga meniti jalan bebatuan tajam hingga kaki pemuda itu dipenuhi oleh banyak luka.Hal ini dia lakukan untuk melihat tekad dan keinginan Lanting Beruga untuk tetap hidup dan berjuang hingga akhir.Jika melewati bebatuan tajam itu tidak sanggup dilakukan Lanting Beruga, mana mungkin Pramudhita membiarkan pemuda itu melakukan ri

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • LANTING BRUGA   Saingan Berlatih

    Meskipun Lanting Beruga memiliki pisik yang bagus, tapi memanjat tebing ini dalam sekali lewat dan kembali di sore harinya akan sangat sulit dilakukan oleh Lanting Beruga.Cadas tebing setinggi awan yang menjulang tinggi dan begitu curam, nyaris mustahil dapat dipanjat oleh manusia biasa.Namun, ini adalah perintah sang guru, Lanting Beruga harus mentaatinya.Tentu saja Pramudhita memiliki alasan tersendiri dengan menyuruh Lanting Beruga bekerja begitu keras.Menyerap sumber daya pelatihan langka penguat pisik memang sangat membantu untuk menambah atau meningkatkan level tubuh seorang pendekar, tapi bukan berarti sebuah ramuan dapat meningkatkan pleksibelitas tubuh seorang pendekar.Pramudhita merasa tubuh Lanting Beruga masih begitu kaku, meskipun di pandangan mata orang lain dia sangat cepat.Satu-satunya cara agar otot-otot di tubuh pemuda itu terbiasa dan cukup lentur yaitu dengan berlatih keras.Latihan yang gigih dapat menambah

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • LANTING BRUGA   Bangkitkan Semua Indra

    21 hari telah berlalu semenjak Lanting Beruga berlatih memanjat tebing dan turun di sore harinya. Kemahirannya semakin terasa dengan baik.Otot di tubuhnya juga meningkat kuat, meskipun tidak terlalu signifkan seperti saat menyerap Sumber Daya Pelatihan.Waktu 10 jam yang digunakan untuk mendaki tebing ini telah terpotong cukup banyak. Kini Lanting Beruga hanya membutuhkan 5 jam untuk tiba di puncak pilar tinggi.Ketika Pramudhita memeriksa otot Lanting Beruga, pria itu tersenyum tipis.Disamping itu, insting Lanting Beruga mulai terasah seiring latihan berjalan.Pramudhita menargetkan latihan ini selama 2 bulan penuh, dan ketika itu dia akan mulai memberi pelajaran mengenai teknik bertarung yang mengandalkan insting.Lanting Beruga tidak keberatan mengenai hal itu, semakin lama dia berlatih semakin hebat dirinya setelah keluar dari tempat ini."Apa impianmu!" Pramudhita bertanya sebelum Lanting Beruga memanjat tebing tinggi ini

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • LANTING BRUGA   Insting Yang Bangkit

    Berlatih menutup mata begitu sulit dilakukan oleh Lanting Beruga yang cendrung selalu menggunakan mata Asura di malam hari. Entah sudah berapa hari lamanya dia berlatih, tapi sampai hari inipun tidak ada satupun batu yang dapat dihindari oleh pemuda tersebut. Luka-luka yang didapatkan pemuda itu cukup banyak, dan hal ini membuat Sang Guru bertambah kesal dibuatnya. Sejauh pemahaman Pramudhita, tampaknya Lanting Beruga belum bisa membangkitkan insting bertarung. Namun, masih ada waktu untuk terus berlatih, dan tampaknya Lanting Beruga tidak akan menyerah. Ini adalah poin utama yang dimiliki oleh seorang pendekar hebat. "Lanting, rasakan hembusan udara yang membelai kulitmu, dengarkan suara udara itu dengan telingamu!" ucap Pramudhita. "Gunakan semua indra yang ada di tubuhmu!" Lanting Beruga hanya mengangguk, mulai menutup mata dan merasakan semua hal yang ada di sekitar dirinya. Bukan hanya udara yang berhembus pelan, tapi kerikil yang jatuh dari tebi

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • LANTING BRUGA   Musuh Para Elang

    Satu minggu lamanya, Lanting Beruga menutup matanya. Meski kadang kala ada niat untuk membuka kain hitam itu, tap pesan sang Guru membuat Lanting Beruga mengurungkannya.Meski dia bodoh dan keras kepala, Lanting Beruga bukanlah pemuda pembangkang. Semua yang sudah dijanjikannya akan selalu dia tepati, meskipun itu sulit untuk dilakukan.Latihan bersama Bony An menjadi rutinitas Lanting Beruga setiap hari.Cincin di gantung dan ayun oleh Bony An, sementara Lanting Beruga berusaha memasukan sebilah kayu ke dalam lubangnya.Hal ini sangat sulit dilakukan oleh pemuda itu, dal 1000 kali usaha hanya berhasil memasukan bilah kayu sebanyak 3 kali. Itupula karena keberuntungan saja.Lanting Beruga hampir frustasi dengan latihan ini, tapi tiba-tiba dia teringat lawannya yang tangguh, Ares sang Ksatria Perang.Jika pria itu masih hidup, barang kali dia sedang berlatih keras pula untuk melawan Lanting Beruga di suatu hari nanti.Lanting Ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • LANTING BRUGA   Klan Asura

    Aura yang dipancarkan oleh mahluk tersebut benar-benar terasa sangat aneh, Lanting Beruga tidak pernah menemukan aura seperti ini selama berada di alam lelembut.Tekanan yang selalu muncul dari tubuh mahluk itu membuat mata kirinya berdenyut kuat, hampir saja Lanting Beruga membuka mata itu karena penasaran dengan sosok yang datang saat ini.Siapa dia? gumam Lanting Beruga, kenapa dia datang ke sini?Garuda Kencana berdiri tepat di samping Lanting Beruga, segera menyadari kegundahan teman manusianya."Klik Klik Klik ..." Garuda Bercerita saat ini."Bangsa Asura," ucapnya.Mendengar hal itu, Lanting Beruga tersentak seolah tidak percaya dengan ucapan Garuda Kencana. Jadi Bangsa itu benar-benar ada, bukan hanya mitos belaka yang acap kali dia dengar dari mulut kakeknya, Seno Geni.Rupanya, mahluk alam kegelapan bukalah dongeng semata, yang digunakan oleh orang tua untuk menakut-nakuti anak-anaknya yang gemar bermain hingga larut malam.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-03

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status