Intan Ayu hanya terpaku ketika mendapati sosok saudari kembarnya di bawa oleh Dewa Beralis tebal.
Gadis itu menangis histeris, memeluk tubuh Sekar Ayu dengan erat, sementara yang lainnya memeriksa kondisi Lanting Beruga.
Hari itu semua orang dirundung kesedihan, ada banyak yang kehilangan sahabat, dan keluarga mereka.
Acara pemakaman dilangsungkan begitu besar, mereka menguburkan mayat mereka dalam satu liang lahat, kecuali makam Sekar Ayu.
Intan Ayu menguburkan jenazah Sekar Ayu di pinggir makam kakeknya, Dirga di tepi tepi jurang.
Hari itu pula, Gerbang Zambala kembali bergetar hebat, api di tungku perapian menyala lebih besar dari sebelumnya.
Pada malam harinya, bumi Tombok Tebing diguyur hujan yang begitu deras, air menyapu darah yang menggenang, mungkin pula berusaha menghapus kenangan pahit di Kota itu.
Tenda-tenda darurat berdiri, tapi dari sekian banyak tenda itu, ada satu tenda yang cukup besar lagi bercahaya paling terang.
Lanting Beruga benar-benar tak terkendali, mentalnya terluka parah dan kini dia berteriak-teriak seperti orang gila.Sesekali pemuda itu melepaskan tekanan api, sesekali pula dia menggunakan mode cahaya api, dan membabat angin lalu di sekitar dirinya."Majulah kalian bajingan!" teriak Lanting Beruga, kemudian menghancurkan batu besar dengan kepalanya sendiri.Dalam ke adaan seperti ini, bukan hanya dia bisa menghancurkan dan membahayakan dirinya, tapi juga membahayakan nyawa teman-temannya.Jendral Dewangga tidak bisa berbuat banyak saat ini, seluruh tubuhnya juga dipenuhi dengan luka, apa lagi Sabdo Jagat dan juga Cempaka Ayu.Ketika Lanting Beruga berniat membenturkan kepalanya lebih keras lagi ke batu, tindakannya dihalangi oleh Dewa Beralis Tebal."Kau juga ingin menjadi musuhku?" tanya Lanting Beruga. "Ha? kau ingin menjadi musuhku?"Dewa Beralis Tebal menggelengkan kepala, latihannya selama ini telah membawanya ke puncak pendeka
Setelah dua hari lamanya.Lanting Beruga duduk sendirian menghadap ke arah gerbang zambala, matanya masih sayu karena menangis, dan hari inilah dia merasakan air matanya telah mengering."Hei ..." Intan Ayu duduk di sebelah Lanting Beruga, membawa panggangan daging yang biasanya menjadi kesukaan pemuda itu, "kau sudah lama tidak makan, ciciplah! Rismananti mengajariku masak daging ini, dan sangat sulit ...tapi aku berhasil."Lanting Beruga menoleh ke arah Intan Ayu, wajah gadis itu benar-benar mirip dengan Sekar Ayu, tapi tentu saja ada hal yang membedakannya. Meski tingkah Intan Ayu berubah menjadi sedikit lembut, dan mungkin ingin seperti Sekar Ayu, tapi Lanting tahu persis gadis di depan dirinya bukan orang yang dia cintai."Terima kasih ..." ucap Lanting Beruga, menerima daging yang diberikan oleh Intan Ayu, dan menyantapnya sedikit."Tidak enak ya?" tanya Intan Ayu, kemudian gadis itu menghembuskan nafas panjang."Ini sangat lezat," jaw
Di tempat lain, suara jeritan Rismananti terdengar histeris, gadis itu berniat pergi dari sini secepatnya, untuk menyelamatkan Jubarda Agung, tapi dihalangi oleh Satrio Langit."Biarkan aku pergi ..." ancam Rismananti."Agar kau terbunuh," ucap Satrio Langit, "tidak mungkin kubiarkan,""Kalau begitu aku akan membunuhmu!""Meski aku terluka, untuk menghadapi dirimu bukan hal yang sulit," jawab Satrio Langit."Hentikan hal ini!" Dewangga membentak dua orang itu, membuat keduanya langsung tertunduk karena takut."Eksekusi Jubarda Agung dilakukan 10 hari dari sekarang, kita masih bisa membentuk sebuah pasukan untuk meyelamatkan dirinya ...""Benar, kekalahan kita hari ini hanya karena satu hal, kita tidak tahu kekuatan musuh ..." Sabdo Jagat berjalan mendekati mereka bertiga, tubuhnya masih terlilit perban, tapi ketika dia selesai berbicara, otot pria tua itu tiba-tiba mengeras, dan semua perban yang melilitnya putus menjadi banyak bagian
Dewa Beralis Tebal setelah mengetahui hal itu, membawa Seno Geni ke Sekte Awan Berarak, hal ini dia lakukan karena situasi Lanting Beruga yang selalu dikelilingi oleh bahaya.Beberapa hari yang lalu, Dewa Beralis Tebal sempat menguping pembicaraan Kakas Mangkuraga dan Angga Nurmeda, untuk menculik Seno Geni dan membunuhnya.Tapi sekarang situasinya sudah cukup terkendali.Intan Ayu membelakan matanya, tidak menduga jika pemuda di depan dirinya adalah cucu dari sang legenda yang menjadi idolanya sejak kecil.Dewangga berpikir, mungkin karena darah Seno Geni di dalam tubuh Lanting Beruga, hingga pemuda itu berhasil menguasai tarian dewa angin hanya dengan satu kali lihat saja.Namun sebenarnya ini adalah kabar bahagia, tapi hanya saja semua orang belum bisa mencerna kenyataan ini."Aku akan pergi ..." ucap Lanting Beruga.Tidak ada yang mencegah langkah kaki pemuda itu, semuanya masih larut dalam pemikiran mereka masing-masing, bahkan t
Lanting Beruga bermalam di tepi sungai kecil, cukup deras dan penuh dengan batu-batu besar.Ada dua batu yang membentuk sebuah celah, cukup bagi mereka berdua untuk berlindung dari gerimis kecil malam ini.Tepat di depan mereka berdua, ada panggangan ikan sebesar papan, Lanting Beruga menangkap ikan itu dengan dua tangannya.Meski Intan Ayu tidak selembut Sekar Ayu, tapi Lanting Beruga tampaknya mulai membuat gadis itu tertarik pada dirinya. Ya, Lanting bukan pemuda yang buruk, dia cukup tampan, hanya saja tidak pernah memakai pakaian yang mewah.Semakin malam, obrolan mereka terdengar semakin asik, hingga pada seketika, burung garuda kencana bersiul kecil."Apa yang terjadi?" tanya Intan Ayu, tidak begitu mengerti kenapa burung elang berkaki empat itu, tiba-tiba terbangun dan bersiul."Sesuatu mendekati kita ..." jawab Lanting Beruga."Musuh?" tanya Intan Ayu, menyambar pedangnya yang tergeletak tidak jauh dari dirinya.Gadis
Kebodohan dan ketidak tahuan seseorang adalah kelemahan bagi mereka.Ilmu terlarang ini tidak pernah diajarkan oleh sekte jahat atau sekte aliran lurus, pada dasarnya tidak pernah ada sekte yang mempelajari jenis ilmu kanuragan seperti ini.Biasanya, kitab yang mempelajari mengenai hal ini, diwariskan dari keluarga ke anak cucu mereka. Tentu saja secara rahasia."Zaman ini memang cukup aneh, aku tertidur selama ratusan tahun lamanya, tapi malam ini terbangun oleh kedatangan kalian berdua..." ucap siluman itu, "katakan padaku, apakah Jaya Nasa masih hidup ...""Sri Jayanasa?" tanya Lanting Beruga."Ah, sepertinya dia sudah lama mati ..." siluman itu bisa menebak dari raut wajah Lanting Beruga.Lanting Beruga hanya pernah mendengar dari Seno Geni, bahwa Sri Jayanasa adalah legenda pendekar yang menciptakan teknik pedang terkuat, Teknik Angkara Jagat.Namun menurut cerita, teknik angkara jagat dipecah menjadi tiga teknik lain, dan
Serangan lain datang ke arah Intan Ayu, tapi lagi-lagi Lanting Beruga bisa menyelamatkan gadis itu. Bahkan di sebuah kesempatan, Lanting Beruga harus menahan serangan tersebut dengan perutnya sendiri.Ini membuat dirinya kesakitan, berguling di permukaan tanah, dengan tangan mencengkram perutnya. Mulut pemuda itu mengeluarkan darah, tapi siluman ular itu tidak tahu kenapa Lanting Beruga rela melakukan hal itu.Bukankah Lanting Beruga cukup kuat, lalau kenapa dia lemah karena seorang gadis?"Karena aku benci kehilangan lagi ..." jawab Lanting Beruga."Tapi jika kau tidak melakukan sesuatu, gadis ini pasti akan mati ..." siluman ular tertawa kecil.Lanting Beruga menoleh ke arah Intan Ayu, gadis itu kali ini benar-benar tampak ketakutan, ditambah lagi semua serangannya menggunakan teknik pedang emas bisa dihindari dengan cukup mudah oleh siluman ular itu.Namun, bertahan saja tidak cukup, atau Lanting Beruga akan menderita karena selalu melind
Energi siluman tidak mempan di hadapan Lanting Beruga, dan itu adalah kenyataan pahit yang harus diterima oleh ular jadi-jadian ini. Jadi sekarang yang bisa diandalkannya hanya tenaga dalamnya saja. Tenaga dalam itu, akan berhadapan langsung dengan energi Roh Api. "Tarian Dewa Angin, Aura Api Kematian." Wush. Tubuh Lanting Beruga bergerak cepat ke depan, dia mengayunkan pedang dengan kuat dan sangat tepat. Ular Jadi-jadian itu berniat menahan serangan Lanting Beruga, tapi pemuda itu terlalu cepat, dan dia mengincar luka yang ada di perut siluman itu. Wush. Lanting Beruga melewati tubuh lawannya, pedangnya kini mendecis karena darah. Sementara mahluk jadi-jadian itu, hanya terpaku seraya memperhatikan lukanya yang terasa panas. "Anak muda ..." ucap ular jadi-jadian itu, "kau punya sesuatu di dalam tubuhmu, siapa dirimu sebenarnya?" Nada suara mahluk jadi-jadian itu kini mulai melemah, tidak segarang sebelumny