Dewa Beralis Tebal setelah mengetahui hal itu, membawa Seno Geni ke Sekte Awan Berarak, hal ini dia lakukan karena situasi Lanting Beruga yang selalu dikelilingi oleh bahaya.
Beberapa hari yang lalu, Dewa Beralis Tebal sempat menguping pembicaraan Kakas Mangkuraga dan Angga Nurmeda, untuk menculik Seno Geni dan membunuhnya.
Tapi sekarang situasinya sudah cukup terkendali.
Intan Ayu membelakan matanya, tidak menduga jika pemuda di depan dirinya adalah cucu dari sang legenda yang menjadi idolanya sejak kecil.
Dewangga berpikir, mungkin karena darah Seno Geni di dalam tubuh Lanting Beruga, hingga pemuda itu berhasil menguasai tarian dewa angin hanya dengan satu kali lihat saja.
Namun sebenarnya ini adalah kabar bahagia, tapi hanya saja semua orang belum bisa mencerna kenyataan ini.
"Aku akan pergi ..." ucap Lanting Beruga.
Tidak ada yang mencegah langkah kaki pemuda itu, semuanya masih larut dalam pemikiran mereka masing-masing, bahkan t
Lanting Beruga bermalam di tepi sungai kecil, cukup deras dan penuh dengan batu-batu besar.Ada dua batu yang membentuk sebuah celah, cukup bagi mereka berdua untuk berlindung dari gerimis kecil malam ini.Tepat di depan mereka berdua, ada panggangan ikan sebesar papan, Lanting Beruga menangkap ikan itu dengan dua tangannya.Meski Intan Ayu tidak selembut Sekar Ayu, tapi Lanting Beruga tampaknya mulai membuat gadis itu tertarik pada dirinya. Ya, Lanting bukan pemuda yang buruk, dia cukup tampan, hanya saja tidak pernah memakai pakaian yang mewah.Semakin malam, obrolan mereka terdengar semakin asik, hingga pada seketika, burung garuda kencana bersiul kecil."Apa yang terjadi?" tanya Intan Ayu, tidak begitu mengerti kenapa burung elang berkaki empat itu, tiba-tiba terbangun dan bersiul."Sesuatu mendekati kita ..." jawab Lanting Beruga."Musuh?" tanya Intan Ayu, menyambar pedangnya yang tergeletak tidak jauh dari dirinya.Gadis
Kebodohan dan ketidak tahuan seseorang adalah kelemahan bagi mereka.Ilmu terlarang ini tidak pernah diajarkan oleh sekte jahat atau sekte aliran lurus, pada dasarnya tidak pernah ada sekte yang mempelajari jenis ilmu kanuragan seperti ini.Biasanya, kitab yang mempelajari mengenai hal ini, diwariskan dari keluarga ke anak cucu mereka. Tentu saja secara rahasia."Zaman ini memang cukup aneh, aku tertidur selama ratusan tahun lamanya, tapi malam ini terbangun oleh kedatangan kalian berdua..." ucap siluman itu, "katakan padaku, apakah Jaya Nasa masih hidup ...""Sri Jayanasa?" tanya Lanting Beruga."Ah, sepertinya dia sudah lama mati ..." siluman itu bisa menebak dari raut wajah Lanting Beruga.Lanting Beruga hanya pernah mendengar dari Seno Geni, bahwa Sri Jayanasa adalah legenda pendekar yang menciptakan teknik pedang terkuat, Teknik Angkara Jagat.Namun menurut cerita, teknik angkara jagat dipecah menjadi tiga teknik lain, dan
Serangan lain datang ke arah Intan Ayu, tapi lagi-lagi Lanting Beruga bisa menyelamatkan gadis itu. Bahkan di sebuah kesempatan, Lanting Beruga harus menahan serangan tersebut dengan perutnya sendiri.Ini membuat dirinya kesakitan, berguling di permukaan tanah, dengan tangan mencengkram perutnya. Mulut pemuda itu mengeluarkan darah, tapi siluman ular itu tidak tahu kenapa Lanting Beruga rela melakukan hal itu.Bukankah Lanting Beruga cukup kuat, lalau kenapa dia lemah karena seorang gadis?"Karena aku benci kehilangan lagi ..." jawab Lanting Beruga."Tapi jika kau tidak melakukan sesuatu, gadis ini pasti akan mati ..." siluman ular tertawa kecil.Lanting Beruga menoleh ke arah Intan Ayu, gadis itu kali ini benar-benar tampak ketakutan, ditambah lagi semua serangannya menggunakan teknik pedang emas bisa dihindari dengan cukup mudah oleh siluman ular itu.Namun, bertahan saja tidak cukup, atau Lanting Beruga akan menderita karena selalu melind
Energi siluman tidak mempan di hadapan Lanting Beruga, dan itu adalah kenyataan pahit yang harus diterima oleh ular jadi-jadian ini. Jadi sekarang yang bisa diandalkannya hanya tenaga dalamnya saja. Tenaga dalam itu, akan berhadapan langsung dengan energi Roh Api. "Tarian Dewa Angin, Aura Api Kematian." Wush. Tubuh Lanting Beruga bergerak cepat ke depan, dia mengayunkan pedang dengan kuat dan sangat tepat. Ular Jadi-jadian itu berniat menahan serangan Lanting Beruga, tapi pemuda itu terlalu cepat, dan dia mengincar luka yang ada di perut siluman itu. Wush. Lanting Beruga melewati tubuh lawannya, pedangnya kini mendecis karena darah. Sementara mahluk jadi-jadian itu, hanya terpaku seraya memperhatikan lukanya yang terasa panas. "Anak muda ..." ucap ular jadi-jadian itu, "kau punya sesuatu di dalam tubuhmu, siapa dirimu sebenarnya?" Nada suara mahluk jadi-jadian itu kini mulai melemah, tidak segarang sebelumny
Di dunia persilatan, setiap pusaka memiliki tuah, dan tuah itu adalah roh yang menghuni pusaka itu. Beberapa pendekar memahami roh yang ada di dalam pusakanya, beberapa yang lain tidak. Yang tidak paham hanya bisa menggunakan kekuatan pusaka itu ala kadarnya saja.Ada bermacam-macam roh yang menghuni sebuah pusaka, mulai dari bangsa siluman, bangsa manusia yang menjadi siluman, atau bahkan bangsa jin atau lelembut yang telah berusia belasan ribu tahun lamanya. Bagi lelembut dengan usia ini, mereka di sebut sebagai roh kuno.Setiap ahli besi, atau yang disebut empu memiliki cara khusus untuk membuat tuah di dalam sebuah pusaka. Mereka memiliki ritual tersendiri, dan ini sangat rahasia.Ada tiga jenis pusaka yang ada di dunia persilatan, pertama sebuah pusaka yang tidak memiliki roh, tapi terbuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi yang dasarnya telah memiliki energi. Positif dan negatif energi itu, tergantung dari bahan yang digunakan.Misalnya, giok
Jubarda Agung duduk terbelenggu, tangannya dipasung ke belakang tubuhnya, sementara kaki dengan posisi berlutut.Ini sudah beberapa hari lamanya, tapi Jubarda Agung bahkan tidak meminum satu teguk air. Bibirnya yang lebam pecah tampak mengering, dan sepertinya Rosalawu memberikan banyak penghajaran kepada adik kecilnya itu."Pangeran ..." pria di sebelah Jubarda Agung adalah pengikut setia pangeran itu, dia bersama teman-temannya yang lain sudah lebih dahulu menderita di dalam penjara ini. Beberapa yang lain telah dibunuh dengan sadis."Kalian tidak harus melakukan hal ini ..." ucap Jubarda Agung, "jika kalian selalu memihak kepada diriku, hal seperti inilah yang akan kalian alami.""Kau adalah tuan kami, sampai kapanpun kami akan tetap berada di pihakmu ..."Jubarda Agung tidak menjawab lagi, dia terlihat menyesal, dan hampir menyalahkan takdirnya sendiri yang begitu buruk.Setiap orang merasa bangga menjadi Pangeran, bahkan tak sedik
Lanting Beruga dan Intan Ayu tiba di tepian pantai, ada dermaga kecil di tepi pantai itu, sedikit sepi dan juga berada di balik cadas yang terjal.Sepintas tidak akan tahu jika ada dermaga kecil di sana. Ada air terjun kecil di tepi dermaga itu, dan semua pinggirannya di penuhi oleh pohon kelapa yang melambai-lambai, juga pohon cemara."Elang api ..." seorang keluar dari semak belukar, seorang pria yang ditugaskan untuk memata-matai tempat ini. "Kami sudah mendengar kabar itu, sekarang Pimpinan ingin bertemu dengan dirimu."Lanting Beruga tersenyum tipis, burung elang berkaki empat di pundaknya terbang melayang, dan mengitari tempat ini beberapa kali.Klik Klik, dia berucap bahwa tempat ini cukup aman.Pria penjaga dermaga itu menoleh ke arah Intan Ayu, tapi pandangannya sebenarnya terfokus pada pedang yang ada di tangan gadis itu. Ada tekanan energi kuat dari pedang itu, seperti sebuah pusaka."Pimpinan menyuruhmu meminum ramuan
Kesepakatannya sudah berakhir.Vala tampak pesimis mengetahui siapa di belakang Rosalawu. Bulan Darah."Kami tidak punya kesempatan untuk mengalahkan mereka ..." ucap Vala, dia telah bertemu dengan salah satu petinggi kelompok itu, dan nyaris mati jika bukan karena Rengkeh, Gurunya datang tepat waktu."Sepertinya kami harus kembali pada diri kami yang sebenarnya, menjarah dan merampok ..." Vala sekali lagi mengacak rambut di kepalanya, tampak benar-benar menyerah. "Kurang ajar, rencana kita berantakan."Berdiri Vala dari tempat duduknya, lalu memukul salah satu tiang kapal di sana. Semua orang juga tampaknya memikirkan hal yang sama, dengan pemikiran Vala.Intan Ayu hanya diam, bagaimanapun mereka tidak bisa memaksa kelompok bajak laut ini, dan lagi, mereka adalah Bajak Laut. Bajak Laut!Lanting Beruga masih duduk di kursi, ketika semua petinggi bajak laut Buaya Putih telah berdiri dan mengakhiri kesepakatan dengan dirinya.Tangan pem