Lanting Beruga melanjutkan perjalanan setelah beberapa hari tinggal di Kota Bay.
Namun, rencananya sedikit meleset dari misi awalnya. Dia memutuskan untuk mengantar Delima Kemala Putri sampai ke Istana Swarnadwipa.
Dari Kota Bay, menuju Istana itu mungkin akan membutuhkan beberapa hari lamanya, itu karena mereka berjalan begitu lambat. Kereta kuda yang dipesan oleh Panglima hanya muat beberapa orang saja, sementara sisa pendekar berjalan kaki.
Di dalam kereta, Delima Kemala Putri ditemani oleh Garuda Kencana, sementara Panglima bertugas menjadi kusir kuda.
Lanting Beruga duduk di atas atap kereta tersebut, menjuntaikan kakinya seraya bersiul kecil.
Satu hari setelah bermalam di Kota Bay, Lanting Beruga kembali berpuasa seperti hari-hari sebelumnya.
"Kakak, apa kau tidak kepanasan?" tanya Delima Kemala Putri, "masuklah ke dalam, temani aku dan Garuda Kencana."
"Hahaha ...Kakakmu ini tidak takut dengan api, apa lagi dengan cahaya mataha
Prajurit itu mengaku jika pemuda itu memiliki mata kiri yang buta, rambut bergelombang dan tubuh tinggi berisi.Panglima Berjanggut Pendek segara menyadari jika sosok pemuda itu adalah Lanting Beruga, tapi kenapa pemuda itu datang ke makam leluhur Kerajaan Swarnadwipa? kenapa?"Bawa beberapa prajurit penjaga, usir pemuda itu, jika perlu penjarakan dirinya!" ucap Maharajo Lelo.Raja itu terlihat kesal, bahkan orang-orang penting di Swarnadwipa tidak bisa masuk ke dalam makam leluhur sesuka hati mereka, tapi pemuda yang dikabarkan bermata satu itu malah lancang memasukinya."Maafkan atas gangguan yang terjadi," ucap Maharajo Lelo kepada Panglima Berjanggut Pendek."Tidak masalah Yang Mulia, kembali ke bahasan sebelumnya, saya berharap dengan sangat agar Yang Mulia Raja mau melindungi Delima Kemala Putri, lebih lagi dia memiliki darah Swarnadwipa pula."Maharajo Lelo tampak berpikir saat ini, keningnya mengernyit. Kemudian seorang penaseh
"Lama tidak bertemu, Yang Mulia Raja?" sapa Lanting Beruga.Tiga Panglima yang pernah mengiring Maharajo Lelo dalam pertemuan Serikat Satria kini menelan ludah. Jikalah bisa dilakukan, mereka ingin berlari ke ujung dunia dan sembunyi di lubang semut karena takut."Elang ...Api?" tanya Maharajo Lelo."Hahaha ...Aku kira kau tidak mengingat wajahku," timpal Lanting Beruga."Anu, begini ..." Maharajo Lelo menarik nafas dalam-dalam, memutar otaknya untuk menemukan kalimat yang pas untuk diucapkan. "Hemmm ...apa yang membuat dirimu datang ke seni? ...hemmm ...kenapa kau?""Kenapa aku pergi ke Swarnadwipa, atau kenapa aku datang ke makam leluhur bangsawan?" Lanting Beruga balik bertanya."Elang Api ..." Seorang Panglima membuka suara lebih dahulu, "Begini, sudah adat Swarnadwipa untuk melarang orang asing mengunjungi makam leluhur Bangsawan, kami hanya mengikuti aturan itu, kami tidak bermaksud melarang dirimu datang ke sini, tapi ..."
Penyakit yang yang tidak jelas asal muasalnya ini membuat geger seisi Istana Swarnadwipa. Telah banyak tabib dikerahkan oleh Yang Mulia Maharajo Lelo, tapi tidak membuahkan hasil. Sekarang kondisi Pangeran Racak Bagudik semakin parah, dia tidak hanya demam tinggi tapi muncul bercak-bercak merah pada kulitnya. Usia Pangeran Racak Bagudik baru menginjak 15 tahun, begitu berbakat dalam ilmu politik dan perdagangan tapi lemah di bidang seni bela diri. "Bagaimana kondisi Putraku?" tanya Maharajo Lelo setelah seorang tabib terkenal memeriksa kondisi Pangeran Racak Bagudik. "Maafkan hamba Yang Mulia Raja-" Maharajo Lelo mengangkat tangannya, menginstruksikan agar tabib itu tidak menjelaskan apapun lagi. Dia sudah tahu jawaban Maharajo Lelo. Tabib tadi adalah yang ke 20 dari semua tabib terbaik di wilayah ini. Tidak ada lagi tabib lain, meskipun ada, tabib-tabib itu hanyalah tabib kelas rendahan. Setelah tiga hari lamanya
Lanting Beruga berjalan dengan wajah yang begitu kesal. Hampir saja dia menarik pedangnya dan membuat onar di tempat ini.Delima Kemala Putri beberapa kali menghibur pemuda itu, dan tampaknya hanya itu yang bisa membuat hati Lanting Beruga terasa sedikit lebih tenang.Setelah dua hari berjalan grasak-grusuk, Lanting Beruga menemukan sebuah bangunan besar yang berada di pusat kota. Bangunan besar itu belum sepenuhnya jadi.Beberapa bagian dinding bangunan belum terpasang utuh, juga masih terlihat banyak potongan-potongan kayu di sekitar bangunan."Toko Cendrawasih?" gumam Lanting Beruga."Kakak mengetahui toko tersebut?" tanya Delima Kemala Putri."Tunggu sebentar di sini!" ucap Lanting Beruga.Panglima Berjanggut Pendek hanya mengangguk tanda setuju. Setelah mengetahui jati diri Lanting Beruga yang sesungguhnya, dia tidak banyak mengatur perjalanan Delima Kemala Putri.Yang dia inginkan hanya keselamatan Tuan kecilnya saj
"Pimpinan Cabang kenapa kau bersujud di kaki pemuda ini, siapa sebenarnya dia?" salah satu pendekar jaga belum bisa mencerna tindakan yang dilakukan oleh Wanita yang ditunjuk oleh Pemimpin Cabang Toko Cendrawasih.Dengan wajah merah, Pemimpin Cabang itu menarik lengan kanan semua pelayan dan para pendekar, "Dia ini yang bernama Lanting Beruga, pemegang setengah saham Toko Cendrawasih.""Setengah saham?" pelayan nyaris muntah darah mendengar ucapan pimpinan cabang tersebut.Dengan wajah yang diliputi rasa malu, pelayan itu membungkuk di hadapan Lanting Beruga, "Tuan Muda, maafkan atas kelancanganku, sungguh aku tidak tidak tahu bahwa dirimu adalah Tuanku Lanting Beruga.""Apa selalu seperti ini sikap kalian terhadap orang biasa?" tanya Lanting Beruga.Mendengar hal itu, semua pelayan bahkan Pimpinan Cabang hanya tertunduk tidak bicara."Sudahlah lupakan hal ini," ucap Lanting Beruga, "aku hanya ingin bicara dengan dirimu."
Sementara itu, setelah 3 hari diusirnya Delima Kemala Putri dari Swarnadwipa, tampaknya kesehatan Pangeran Racak Bagudik tidak kunjung membaik, malah semakin hari semakin parah. Ini benar-benar mengkhawatirkan seluruh isi Istana. Permaisuri menangis berhari-hari ketika menyaksikan kondisi putranya yang kini mirip seperti mayat hidup. Mati belum, hidup pun tidak. Bintik merah memenuhi seluruh tubuh Pangeran Racak Bagudik, seperti penyakit cacar tapi lebih parah lagi. Hal ini membuat Yang Mulia Maharajo Lelo memutuskan untuk mengadakan sebuah sayembara. "Barang siapa yang dapat menyembuhkan Putranya, jika dia seorang wanita maka akan diangkat menjadi menantunya, ditikahkan kepada Pangeran Racak Bagudik, tapi jika dia seorang lelaki, maka akan menjadi Pangeran di Swarnadwipa. Laki-laki itu akan diberi sebuah wilayah dibawah kekuasaan Kerajaan Swarnadwipa." Sayembara itu disebar luaskan oleh prajurit Swarnadwipa dari tanah utara samp
Toko Cendrawasih tidak bisa menyiapkan Bung Uji Lesturi untuk saat ini, meskipun diusahakan mereka masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tiba di Swarnadwipa, tapi Pangeran Racak Bagudik tidak memiliki waktu yang banyak.Jika beberapa hari ke depan dia tidak lekas diobati, racun itu akan membunuhnya, dan kemudian akan menyerang pihak keluarganya sendiri.Dengan berat hati, Para prajurit itu kembali ke Istana dengan tangan hampa."Sayang sekali," ucap Pimpinan Cabang Toko Cendrawasih."Aku memiliki bunga itu," jawab Lanting Beruga, "tapi aku tidak akan memberikannya kepada mereka, mengingat apa yang telah dilakukan Maharajo Lelo kepada Delima Kemala Putri tempo hari.""Tuan Muda memilikinya?" tanya Pimpinan Cabang.Lanting Beruga tersenyum tipis, kemudian berkata, "Aku tidak akan menyerahkannya."Setelah mengatakan hal itu, Lanting Beruga dan Delima Kemala Putri pergi meninggalkan Toko Cendrawasih.Pimpinan Cabang Toko se
Seorang Pelayan berbadan bulat dengan perut buncit mengendap keluar dari rumahnya sore ini. Dia bersama dengan istrinya, membawa beberapa buntelan besar yang berisi makanan dan mungkin juga uang."Cepat, kita tidak bisa lagi berada di dalam Istana, atau kita akan mati dibunuh!" ucap sang suami.Sang Istri tampak ketakutan saat ini, jadi bergegas membuntuti suaminya, berjalan melewati gang-gang sempit perumahan warga."Suamiku, apa mereka mengetahui tindakan dirimu?" tanya istrinya, sambil ketakutan bukan kepalang."Penasehat Raja benar-benar cerdas, aku tidak percaya tindakan yang kulakukan diketahui oleh dirinya.""Suamiku, jika seperti ini kita tidak bisa menjadi orang kaya ..." ucap Sang Istri.Wanita tua itu begitu senang setelah Suminya pulang ke rumah dengan 100 ribu keping emas yang didapatkan dari melakukan tindak kriminal kepada Pangeran Racak Bagudik.Dengan uang sebanyak itu, mereka berdua bisa memutuskan untuk berhenti men