Otot Naga Api level 2, hal yang jarang dimiliki oleh pendekar saat ini kecuali bagi mereka yang telah mecapai level tanpa tanding. Bahkan level pilih tanding hanya mampu mencapai singa emas level 4 saja.
Kekuatan pisik Lanting Beruga setara dengan pendekar puncak tanding, artinya setara dengan pendekar yang memiliki lebih dari 5000 titik cakra.
Satrio Langit adalah satu-satunya yang memiliki tenaga dalam lebih dari 5000 titik cakra saat ini, murid jenius terbaik yang pernah ada di seluruh negara Sursena. Sementara Altar Buana baru mencapai 4000 titik cakra, dan Rismananti baru mencapai 3500, sementara Angga Nurmeda masih di angka 3200 titik cakra.
Butuh 1400 titik cakra bagi Satrio Langit untuk mencapai level pilih tanding, tapi sumber daya level tinggi sekalipun tidak berguna lagi kepada pemuda tersebut.
Semakin tinggi tenaga dalam seseorang, semakin sulit dia untuk meningkatkannya lagi.
Level satu hingga level emas dapat dikejar, karena tingkat p
Mendengar hal itu, semua murid menjadi sangat terkejut. Siapa yang memberi perintah penangkapan anggota bintang suci, dan kenapa mereka ditangkap?Situasi seperti ini jelas tidak baik, semua orang menjadi cemas."Pergilah kalian semua!" ucap Lanting Beruga. "Aku akan menahan mereka!""Tunggu! apa yang kau rencanakan!" tanya Subansari. "Kita akan pergi dari sini bersama-sama, dan kembali ke Majangkara jika situasinya tidak memungkinkan."Lanting Beruga tersenyum kecil, menatap wajah Subansari dengan sendu, gadis itu tampaknya tidak tahu situasi mereka saat ini.Subansari tidak sadar, jika mereka bukan anak-anak kecil lagi. Kembali ke Majangkara hanya akan membawa petaka saja, berimbas pada Sekte Awan Berarak.Meski Lanting Beruga tidak tahu siapa yang memerintahkan pasukan di bawah gununug ini, tapi firasatnya berkata buruk."Kalau begitu aku dan Lanting Beruga yang akan menahan mereka, gunakan perpustakaan bawah tanah untu
"Kalian semua?" Lanting Beruga telah melihat tanda di leher 3 orang itu, meski dibalut dengan pakaian emas sekalipun Lanting Beruga tetap tahu siapa mereka sebenarnya."Saudara Lanting apa kau tahu mengenai mereka?" bisik Rismananti."Ya, Bajak Laut Buaya Putih, Jendral Benggala Cokor dan kami pernah dihadang oleh pimpinan mereka."Meski tidak memiliki kekuatan sehebat pimpinan bajak laut itu, 3 orang ini tetap berbahaya karena setingkat dengan Satrio Langit. Puncak level tanding."Sekarang menyerahlah, kami mungkin tidak akan menyakiti kalian berdua!" salah satu dari mereka menawarkan kesepakatan, tapi tentu saja ditolak Oleh Lanting Beruga."Kalian berdua keras kepalan, jangan salahkan kami bertiga jika terlanjur membunuh kalian berdua."Salah satu dari mereka lebih dahulu menyerang, tapi Rismananti langsung menghadapinya dengan pedang berlambang naga di tangannya. Meski bukan sehebat pusaka, pedang itu di tangan gadis itu merupakan salah
Pertarungan kembali di lanjutkan, dua orang itu langsung menyerang Lanting Beruga dengan waktu bersamaan.Semua serangan yang mereka lancarkan disambut dengan cukup baik oleh Lanting Beruga.Mulai dari jurus level rendah sampai level tinggi yang dikuasai oleh lawan-lawannya, telah dicicipi oleh Lanting Beruga. Beberapa serangan kadang kala sempat membahayakan nyawa Lanting Beruga, tapi pemuda itu rupanya memang sangat nekat.Dia seperti ikan yang berenang di antara arus sungai yang deras, sedikit saja mengalami kesalahan, nyawanya bisa saja melayang."Sampai kapan kau bisa berada di posisi itu," salah satu dari musuh pemuda itu bertanya dengan kesal, "melawan satu orang pendekar tanding mungkin dapat kau lakukan, tapi dua orang level tanding, mustahil kau bisa menang."Lanting Beruga tidak peduli, dia masih menggunakan kecepatannya untuk mendekati lawan-lawannya, menyerang mereka jika memiliki kesempatan, atau pula mundur jika mendapatkan ancaman.
Tertangkapnya Lanting Beruga dan Rismananti membuat beberapa anggota bintang suci yang lain menjadi geram.Satrio Langit telah tersadar, dan mulai memberontak ketika mengetahui Lanting Beruga menahan beberapa musuh mereka.Namun, Altar Buana dan Angga Nurmeda malah melumpuhkan Satrio Langit dengan bersamaan, dan mengikatnya dengan belasan lilitan rantai."Kenapa kau tidak membiarkan diriku keluar, terperangkap seperti ini benar-benar memalukan!" teriak Satrio Langit."Jika situasinya memang mudah, aku juga ingin menyelamatkan Lanting," ucap Sekar Ayu, berkata dengan lirih. "Tapi situasinya benar-benar buruk.""Apa maksudmu gadis mata putih?" teriak Satrio Langit."Aku bisa melihat ada banyak energi telah mengepung tempat ini, mereka yang berada di level pilih tanding," ucap Sekar Ayu. "Tapi setelah tertangkapnya Rismananti dan Lanting Beruga, mereka membubarkan diri."Mendengar hal itu, Satrio Langit benar-benar kesal, dia menyesal ka
"Hoi keparat!" teriak Lanting Beruga. "Kau mau bertarung? aku akan melawanmu, tapi jangan kau lukai temanku dan ayahnya!"Pimpinan bajak laut itu tertawa terbahak-bahak, hal kekanakan macam apa yang dikatakan oleh Lanting Beruga. Bertarung dengan dirinya? tentu saja membuang waktu.Dalam ke adaan seperti ini, Lanting Beruga sudah kalah, dia sudah tertangkap, dan jika dia melawan bisa saja Jubarda Agung dibunuh."Kau tidak dalam kondisi bisa bernegoisasi bocah?" ucap pria itu.Sekali lagi Lanting Beruga meraung keras, dengan kekuatannya dia memutuskan lilitan rantai yang ada di dalam tubuhnya, membuat beberapa penjaga penjara terkejut bukan kepalang."Bagaimana kau bisa melepaskan rantai itu?" salah satu penjaga penjara telah bersiap-siap, menarik tombaknya dan mengarahkan di pintu sel Lanting Beruga. "Rantai itu kami buat dengan kualitas terbaik, menyerap tenaga dalam seseroang-" Pria itu terhenti, baru saja tersadar jika Lanting Beruga tidak memil
Rismananti menatap ke arah Lanting Beruga, merasa jika keadaan ini tidak adil untuk pemuda tersebut. Namun Lanting Beruga hanya tersenyum tipis, mendekati Rismananti sambil berkata, "pergilah! jangan sia-siakan kesempatan ini!""Tapi saudara Lanting, bagaimana dengan dirimu?""Jangan khwatirkan diriku, pergilah selagi punya kesempatan!"Jubarda Agung menatap Lanting Beruga dengan sejuta makna, ada banyak pertanyaan berkemelut di kepala pria itu. Siapa dia? dari mana asalnya? dan bagaimana nasip dirinya ke depan?Namun anak buah bajak laut langsung menyeret mereka berdua sebelum Rismananti sempat mengucapkan terima kasih kepada Lanting Beruga. Mereka lenyap dari pintu penjara ini, sementara Lanting Beruga berharap mereka berdua akan baik-baik saja.Sebuah sampan kecil sudah menunggu Jubarda Agung dan Rismananti. Benar yang dikatakan oleh Jubarda Agung, ini adalah pulau mengapung, yaitu sebuah kapal sangat besar."Pergilah ke arah matahari ter
Ratusan awak bajak Laut Buaya Putih melihat hal itu dengan mata terbelalak, seakan mau keluar dari kelopaknya, sebagian dari mereka bergidik ngeri sebagian yang lain malah terpancing emosi.Tentu saja yang terpancing emosinya adalah mereka yang memiliki level di atas tanding.Dua lawan Lanting Beruga, nyaris tidak dapat mengendalikan diri mereka di hadapan Lanting Beruga."Aku pernah bertarung melawan anggota Sekte Awan Berarak, tapi kekuatannya tidak seperti pemuda ini.""Siapa pemuda ini? kenapa kita tidak pernah mendengar namanya dari dulu, jika dia memang lahir dari Sekte Awan Berarak?"Umumnya orang-orang hebat, dan anak-anak yang memiliki bakat bagus akan sangat terkenal di dunia persilatan, tapi mereka tidak pernah mengetahui sosok Lanting Beruga, apa lagi latar belakangnya."Cak, kita harus hati-hati!"Di sisi lain, Lanting Beruga baru saja melepaskan serangan terkuat yang dia miliki, membuat stamina tubuhnya banyak terk
Pimpinan Bajak Laut menoleh ke atas, pada saat yang sama semua awak bajak laut membungkuk memberi hormat."Guru!" Pimpinan langsung memberi penghormatannya, "kau sudah kembali?""Vala, apa yang kau lakukan?" tanya Pria bertangan palsu itu, "Kau ingin membunuh dirinya?""Dia mengacaukan tempat ini, membunuh salah satu anak buahku, jadi aku ingin memberinya perhitungan." Pimpinan Bajak Laut yang rupanya bernama Vala, masih memberi hormat kepada Gurunya.Pria bertangan palsu, sebuah tangan khas yang biasa digunakan oleh bajak laut, dengan ujung seperti kail pancing menyipitkan matanya. Dia bernama Rengkeh.Sekejap kemudian muncul rantai dari jubah hitamnya yang longgar, merebut keris panca naga dari tangan Vala.Setelah itu dia turun, dan mulai mendekati Lanting Beruga yang telah kehabisan tenaga.Apakah ini keberuntungan? Lanting Beruga tidak jadi mati? entahlah."Elang api, bagaimana mungkin aku menemukan dirimu di sini?"
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m