Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Hanya Sendirian

Share

Hanya Sendirian

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-24 15:45:39

Rismananti menatap ke arah Lanting Beruga, merasa jika keadaan ini tidak adil untuk pemuda tersebut. Namun Lanting Beruga hanya tersenyum tipis, mendekati Rismananti sambil berkata, "pergilah! jangan sia-siakan kesempatan ini!"

"Tapi saudara Lanting, bagaimana dengan dirimu?"

"Jangan khwatirkan diriku, pergilah selagi punya kesempatan!"

Jubarda Agung menatap Lanting Beruga dengan sejuta makna, ada banyak pertanyaan berkemelut di kepala pria itu. Siapa dia? dari mana asalnya? dan bagaimana nasip dirinya ke depan?

Namun anak buah bajak laut langsung menyeret mereka berdua sebelum Rismananti sempat mengucapkan terima kasih kepada Lanting Beruga. Mereka lenyap dari pintu penjara ini, sementara Lanting Beruga berharap mereka berdua akan baik-baik saja.

Sebuah sampan kecil sudah menunggu Jubarda Agung dan Rismananti. Benar yang dikatakan oleh Jubarda Agung, ini adalah pulau mengapung, yaitu sebuah kapal sangat besar.

"Pergilah ke arah matahari ter

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Akin Ilham Taka
koinnya dinkurangi dong terlalu mahal,,,,meski kisah ini seperti kisah pendekar kelana dan serial naruto di jepang tapi memang menarik untuk di baca,,,
goodnovel comment avatar
Ndang Kusnaedy Radyt
dahsyat ...
goodnovel comment avatar
Amstrong Nempung
mantap poll
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Situasi Berbahaya

    Ratusan awak bajak Laut Buaya Putih melihat hal itu dengan mata terbelalak, seakan mau keluar dari kelopaknya, sebagian dari mereka bergidik ngeri sebagian yang lain malah terpancing emosi.Tentu saja yang terpancing emosinya adalah mereka yang memiliki level di atas tanding.Dua lawan Lanting Beruga, nyaris tidak dapat mengendalikan diri mereka di hadapan Lanting Beruga."Aku pernah bertarung melawan anggota Sekte Awan Berarak, tapi kekuatannya tidak seperti pemuda ini.""Siapa pemuda ini? kenapa kita tidak pernah mendengar namanya dari dulu, jika dia memang lahir dari Sekte Awan Berarak?"Umumnya orang-orang hebat, dan anak-anak yang memiliki bakat bagus akan sangat terkenal di dunia persilatan, tapi mereka tidak pernah mengetahui sosok Lanting Beruga, apa lagi latar belakangnya."Cak, kita harus hati-hati!"Di sisi lain, Lanting Beruga baru saja melepaskan serangan terkuat yang dia miliki, membuat stamina tubuhnya banyak terk

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • LANTING BRUGA   Makan Besar

    Pimpinan Bajak Laut menoleh ke atas, pada saat yang sama semua awak bajak laut membungkuk memberi hormat."Guru!" Pimpinan langsung memberi penghormatannya, "kau sudah kembali?""Vala, apa yang kau lakukan?" tanya Pria bertangan palsu itu, "Kau ingin membunuh dirinya?""Dia mengacaukan tempat ini, membunuh salah satu anak buahku, jadi aku ingin memberinya perhitungan." Pimpinan Bajak Laut yang rupanya bernama Vala, masih memberi hormat kepada Gurunya.Pria bertangan palsu, sebuah tangan khas yang biasa digunakan oleh bajak laut, dengan ujung seperti kail pancing menyipitkan matanya. Dia bernama Rengkeh.Sekejap kemudian muncul rantai dari jubah hitamnya yang longgar, merebut keris panca naga dari tangan Vala.Setelah itu dia turun, dan mulai mendekati Lanting Beruga yang telah kehabisan tenaga.Apakah ini keberuntungan? Lanting Beruga tidak jadi mati? entahlah."Elang api, bagaimana mungkin aku menemukan dirimu di sini?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • LANTING BRUGA   Menjadi Raja?

    Ini adalah ruangan pribadi Rengkeh, bahkan Vala tidak bisa sembarangan masuk ke dalam ruangan ini.Di tengah ruangan, ada keris Panca naga yang diletakan bersama dengan beberapa senjata yang lain.Rengkeh menyilahkan Lanting Beruga duduk di kursi, sementara dia menuangkan air ke dalam cawan perunggu. "Minumlah!"Melihat Lanting Beruga memasang wajah ragu, Rengkeh meminum air dalam cawan perunggu itu lebih dahulu. "Aku tidak sedang meracunimu.""Aku sulit percaya mengingat kalian semua adalah bajak laut."Rengkeh tersenyum, bajak laut memang terkenal berhati buruk dan licik. Rengkehpun menyadari jika mereka bukan orang suci, bukan pula orang bijak. Tempat ini hanya kumpulan manusia sampah dan berandalan."Jadi kalian membatu Ritra Banyu untuk mendapatkan keris panca naga?" tanya Lanting Beruga."Kami dibayar," jawab Rengkeh. "Kami adalah pembunuh, tidak memihak kepada siapapun, kecuali dengan bayaran mahal.""Sebuah pulau dan ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • LANTING BRUGA   Mata Terkuat

    Dari mana pemikiran berlian itu, Lanting Beruga juga tidak tahu. Namun tampaknya, Rengkeh terpengaruh dengan perkataan Lanting Beruga.Besoknya, Rengkeh memanggil Vala dan mendiskusikan hal ini kepara pimpinan bajak laut tersebut.Meski Vala tidak yakin pemikiran ini buah dari kepala Lanting Beruga, tapi dia juga setuju dengan usul yang telah disarankan."Aku mempunyai kenalan, kita bisa membuat duplikat keris panca naga," ujar Vala.Esok harinya, Vala dan anak buah terbaiknya pergi meninggalkan kapal besar ini, seperti yang dia katakan, mereka akan membawa seorang pandai besi untuk menduplikat keris panca naga.Memanggil tukang besi, juga sampai penyelesaian keris panca naga bisa membutuhkan waktu satu bulan lamanya, barang kali lebih lama.Rengkeh telah mengatur siasat untuk mengulur waktu pertemuan dengan Ritra Banyu. Ah, Lanting Beruga tidak tahu menahu mengenai siasat apa itu, tapi yang yang jelas untuk satu bulan ke depan dia akan ting

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26
  • LANTING BRUGA   Bersiap Melalukan Pertemuan

    Satu bulan telah berlalu dengan cepat, tukang tempa besi telah menyelesaikan pekerjaan dengan sangat baik. Nyaris sama antara keris panca naga asli dan yang palsu. "Aku melakukan ritual 7 hari 7 malam, untuk meletakan lima ular di dalam keris ini," ucap tukang tempa besi ini. "Hal ini dilakukan agar keris ini memiliki rohnya." "Ada dua senjata di dunia ini, satu senjata dipersembahkan kepada dewa, dan lainnya untuk iblis," Vala membandingkan dua keris yang sama persis di tangannya. "Dan kita memiliki kedua-duanya." "Berikan satu peti emas kepada tukang tempa ini!" ucap Rengkeh. Beberapa saat kemudian, dua orang menyerahkan peti yang berisi koin emas. Tukang tempa besi tersenyum riang, untuk pertama kalinya dia mungkin baru kali ini melihat uang sebanyak ini. Uang miliknya sendiri. Setelah tukang besi itu di antar pergi dari kapal besar, Rengkeh menoleh ke arah pintu penjara dimana Lanting Beruga belum pula menunjukan batang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26
  • LANTING BRUGA   Kesepakatan Yang Gagal

    Lanting Beruga menekuk bibir bawahnya setelah seseorang mendadani penyamarannya.Orang tua berambut putih dan berjanggut tebal, penyamaran ini tidak sesuai dengan bayangan Lanting Beruga."Tidak ada bentuk lain?" tanya Lanting Beruga."Kau sedang menyamar, bukan sedang memikat gadis." Vala kesal karena Lanting Beruga merengek di perjalanan."Penyamaran itu cocok untukmu Lanting," ucap Rengkeh.Belum lagi para bajak laut ini harus mengurusi Lanting Beruga yang mabuk kapal laut. Beberapa awak kadang kala berteriak dan nyaris melempar Lanting Beruga ke tengah lautan, karena muntah sembarangan."Apa dia pemuda yang sama dengan waktu itu?""Sial, bajuku terkena kotorannya.""Dasar bocah sinting."Banyak umpatan keluar dari mulut awak bajak laut, tapi tidak ada satupun yang dihiraukan oleh Lanting Beruga.Pemuda itu akan muntah, kemudian kembali menyantap makanan yang ada, dan kemudian kembali memuntahkannya. Begitu ter

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • LANTING BRUGA   Kekuatan Keris Palsu

    Ritra Banyu berhasil menguasai dirinya setelah menyadari keris panca naga ada di tangannya. Meski pendekar tanpa tanding sekalipun, dengan keris panca naga ini, Ritra Banyu sama sekali tidak takut."Rengkeh, aku dengar kau terluka cukup parah setelah bertarung melawan Sabdo Jagat?" Ritra Banyu tersenyum tipis, "luka yang diberikan oleh jendral itu, pasti tidak ringan, apa kau yakin bisa mengeluarkan semua kekuatanmu?""Meski aku terluka dalam, jika untuk mengirimu ke alam baka, aku masih bisa melakukannya.""Hahaha ...kau masih sombong seperti biasanya, Rengkeh." Ritra Banyu kemudian menatap ke arah pasukannya, menggerakkan kepala sebagai isyarat untuk menyerang bajak Laut Buaya Putih."Dengan senang hati!" Winsetra lebih dahulu menarik tombaknya, kemudian menyerang ke arah Vala."Winsetra, kau memilih lawan yang salah!" Vala menyambut serangan Winsetra dengan beberapa rantai yang selalu menjadi senjata handalannya.Tombak dan rantai bertemu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • LANTING BRUGA   Larilah!

    Membunuh pasukan Ritra Banyu, jelas terdengar konyol, tapi Lanting Beruga bertekad melakukannya.Ketika dia telah menguap dan kulitnya seperti udang rebus, tidak ada yang bisa menandingi kecepatannya, kecuali suara dan cahaya.5 orang pendekar pilih tanding telah tergeletak di tanah, dengan luka yang mengerikan. Hasil dari buah tangan Lanting Beruga membuat sebagian prajurit menelan ludah mereka."Kalian mau pergi ke mana?" tanya Lanting.Kilatan di matanya benar-benar tajam, menusuk jiwa mereka, mengintimidasi lawan-lawannya.Belasan prajurit selevel pendekar tanding, berniat melarikan diri dari tangan Lanting Beruga.Tapi hanya dua langkah mereka bergerak, pemuda itu telah berada di depan, dengan pedang terhunus ke depan.Pedang putih berkilat kini berubah warna menjadi merah dan berbau anyir."Jangan takut! kita bisa membunuhnya dengan bersamaan!""Benar, mari kita serang dengan kekuatan yang kita miliki!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status