Pimpinan Bajak Laut menoleh ke atas, pada saat yang sama semua awak bajak laut membungkuk memberi hormat.
"Guru!" Pimpinan langsung memberi penghormatannya, "kau sudah kembali?"
"Vala, apa yang kau lakukan?" tanya Pria bertangan palsu itu, "Kau ingin membunuh dirinya?"
"Dia mengacaukan tempat ini, membunuh salah satu anak buahku, jadi aku ingin memberinya perhitungan." Pimpinan Bajak Laut yang rupanya bernama Vala, masih memberi hormat kepada Gurunya.
Pria bertangan palsu, sebuah tangan khas yang biasa digunakan oleh bajak laut, dengan ujung seperti kail pancing menyipitkan matanya. Dia bernama Rengkeh.
Sekejap kemudian muncul rantai dari jubah hitamnya yang longgar, merebut keris panca naga dari tangan Vala.
Setelah itu dia turun, dan mulai mendekati Lanting Beruga yang telah kehabisan tenaga.
Apakah ini keberuntungan? Lanting Beruga tidak jadi mati? entahlah.
"Elang api, bagaimana mungkin aku menemukan dirimu di sini?"
Ini adalah ruangan pribadi Rengkeh, bahkan Vala tidak bisa sembarangan masuk ke dalam ruangan ini.Di tengah ruangan, ada keris Panca naga yang diletakan bersama dengan beberapa senjata yang lain.Rengkeh menyilahkan Lanting Beruga duduk di kursi, sementara dia menuangkan air ke dalam cawan perunggu. "Minumlah!"Melihat Lanting Beruga memasang wajah ragu, Rengkeh meminum air dalam cawan perunggu itu lebih dahulu. "Aku tidak sedang meracunimu.""Aku sulit percaya mengingat kalian semua adalah bajak laut."Rengkeh tersenyum, bajak laut memang terkenal berhati buruk dan licik. Rengkehpun menyadari jika mereka bukan orang suci, bukan pula orang bijak. Tempat ini hanya kumpulan manusia sampah dan berandalan."Jadi kalian membatu Ritra Banyu untuk mendapatkan keris panca naga?" tanya Lanting Beruga."Kami dibayar," jawab Rengkeh. "Kami adalah pembunuh, tidak memihak kepada siapapun, kecuali dengan bayaran mahal.""Sebuah pulau dan ke
Dari mana pemikiran berlian itu, Lanting Beruga juga tidak tahu. Namun tampaknya, Rengkeh terpengaruh dengan perkataan Lanting Beruga.Besoknya, Rengkeh memanggil Vala dan mendiskusikan hal ini kepara pimpinan bajak laut tersebut.Meski Vala tidak yakin pemikiran ini buah dari kepala Lanting Beruga, tapi dia juga setuju dengan usul yang telah disarankan."Aku mempunyai kenalan, kita bisa membuat duplikat keris panca naga," ujar Vala.Esok harinya, Vala dan anak buah terbaiknya pergi meninggalkan kapal besar ini, seperti yang dia katakan, mereka akan membawa seorang pandai besi untuk menduplikat keris panca naga.Memanggil tukang besi, juga sampai penyelesaian keris panca naga bisa membutuhkan waktu satu bulan lamanya, barang kali lebih lama.Rengkeh telah mengatur siasat untuk mengulur waktu pertemuan dengan Ritra Banyu. Ah, Lanting Beruga tidak tahu menahu mengenai siasat apa itu, tapi yang yang jelas untuk satu bulan ke depan dia akan ting
Satu bulan telah berlalu dengan cepat, tukang tempa besi telah menyelesaikan pekerjaan dengan sangat baik. Nyaris sama antara keris panca naga asli dan yang palsu. "Aku melakukan ritual 7 hari 7 malam, untuk meletakan lima ular di dalam keris ini," ucap tukang tempa besi ini. "Hal ini dilakukan agar keris ini memiliki rohnya." "Ada dua senjata di dunia ini, satu senjata dipersembahkan kepada dewa, dan lainnya untuk iblis," Vala membandingkan dua keris yang sama persis di tangannya. "Dan kita memiliki kedua-duanya." "Berikan satu peti emas kepada tukang tempa ini!" ucap Rengkeh. Beberapa saat kemudian, dua orang menyerahkan peti yang berisi koin emas. Tukang tempa besi tersenyum riang, untuk pertama kalinya dia mungkin baru kali ini melihat uang sebanyak ini. Uang miliknya sendiri. Setelah tukang besi itu di antar pergi dari kapal besar, Rengkeh menoleh ke arah pintu penjara dimana Lanting Beruga belum pula menunjukan batang
Lanting Beruga menekuk bibir bawahnya setelah seseorang mendadani penyamarannya.Orang tua berambut putih dan berjanggut tebal, penyamaran ini tidak sesuai dengan bayangan Lanting Beruga."Tidak ada bentuk lain?" tanya Lanting Beruga."Kau sedang menyamar, bukan sedang memikat gadis." Vala kesal karena Lanting Beruga merengek di perjalanan."Penyamaran itu cocok untukmu Lanting," ucap Rengkeh.Belum lagi para bajak laut ini harus mengurusi Lanting Beruga yang mabuk kapal laut. Beberapa awak kadang kala berteriak dan nyaris melempar Lanting Beruga ke tengah lautan, karena muntah sembarangan."Apa dia pemuda yang sama dengan waktu itu?""Sial, bajuku terkena kotorannya.""Dasar bocah sinting."Banyak umpatan keluar dari mulut awak bajak laut, tapi tidak ada satupun yang dihiraukan oleh Lanting Beruga.Pemuda itu akan muntah, kemudian kembali menyantap makanan yang ada, dan kemudian kembali memuntahkannya. Begitu ter
Ritra Banyu berhasil menguasai dirinya setelah menyadari keris panca naga ada di tangannya. Meski pendekar tanpa tanding sekalipun, dengan keris panca naga ini, Ritra Banyu sama sekali tidak takut."Rengkeh, aku dengar kau terluka cukup parah setelah bertarung melawan Sabdo Jagat?" Ritra Banyu tersenyum tipis, "luka yang diberikan oleh jendral itu, pasti tidak ringan, apa kau yakin bisa mengeluarkan semua kekuatanmu?""Meski aku terluka dalam, jika untuk mengirimu ke alam baka, aku masih bisa melakukannya.""Hahaha ...kau masih sombong seperti biasanya, Rengkeh." Ritra Banyu kemudian menatap ke arah pasukannya, menggerakkan kepala sebagai isyarat untuk menyerang bajak Laut Buaya Putih."Dengan senang hati!" Winsetra lebih dahulu menarik tombaknya, kemudian menyerang ke arah Vala."Winsetra, kau memilih lawan yang salah!" Vala menyambut serangan Winsetra dengan beberapa rantai yang selalu menjadi senjata handalannya.Tombak dan rantai bertemu
Membunuh pasukan Ritra Banyu, jelas terdengar konyol, tapi Lanting Beruga bertekad melakukannya.Ketika dia telah menguap dan kulitnya seperti udang rebus, tidak ada yang bisa menandingi kecepatannya, kecuali suara dan cahaya.5 orang pendekar pilih tanding telah tergeletak di tanah, dengan luka yang mengerikan. Hasil dari buah tangan Lanting Beruga membuat sebagian prajurit menelan ludah mereka."Kalian mau pergi ke mana?" tanya Lanting.Kilatan di matanya benar-benar tajam, menusuk jiwa mereka, mengintimidasi lawan-lawannya.Belasan prajurit selevel pendekar tanding, berniat melarikan diri dari tangan Lanting Beruga.Tapi hanya dua langkah mereka bergerak, pemuda itu telah berada di depan, dengan pedang terhunus ke depan.Pedang putih berkilat kini berubah warna menjadi merah dan berbau anyir."Jangan takut! kita bisa membunuhnya dengan bersamaan!""Benar, mari kita serang dengan kekuatan yang kita miliki!"
Rengkeh masih berijabaku melawan Ritra Banyu yang mulai kewalahan menghadapi pria bertangan palsu itu.Keris panca naga di tangan Ritra Banyu mulai kehabisan energinya, tidak bisa melepaskan serangan seperti sebelumnya.Ini benar-benar aneh, pikir Ritra Banyu, dan setelah beberapa waktu berlalu, Putra Mahkota itu baru menyadari jika bajak laut buaya putih mungkin sudah menipu dirinya mentah-mentah."Hahahah ..." Rengkeh tertawa melihat kebodohan Ritranya Banyu, "meski tubuhku mengalami luka dalam, bukan berarti kau bisa membunuhku dengan keris itu.""Bajingan, kau sudah menipuku?" Ritra Banyu berteriak keras, "Kau telah-"Ucapan Ritra Banyu terhenti, menyadari jika dia juga berniat menipu bajak laut Buaya Putih."Kenapa?" Rengkeh masih tertawa kecil, "Ku akui, kami memberikan keris palsu kepada dirimu, hanya untuk menguji apakah kalian menepati janji, tapi rupanya kalian mengingkari janji itu.""Rengkeh, berikan keris panca naga
Dua kilatan cahaya terang berpijar di sekitar area pertarungan, kemudian menciptakan sebuah ledakan energi dan menghempaskan benda apapun di sekitar mereka. Vala terpukul jauh beberapa depa, dia menghantam tiga pohon hingga tumbang dan masih terseok di tanah beberapa jauhnya. Lawannya, Winsetro tidak kalah lebih parah dari Vala. Pria itu berjungkir balik di udara, kepalanya menghantam 4 batang lebih besar dari batang yang dihantam Vala. Dari hidung dan mulutnya mengeluarkan darah segar, dan mungkin ada bagian tulang tengkoraknya yang retak karena hal itu. Vala berusaha berdiri, meskipun dia lebih baik dari Winsetro, nyatanya dia juga mengalami luka dalam yang tidak ringang. Sementara di sisi lain, Lanting Beruga terkena dua kali tendangan tepat di kepalanya. Pemuda itu terpukul sangat jauh, permukaan tanah membentuk siring dangkal karena tubuh pemuda itu. "Uhuk ...uhuk ..." Lanting Beruga batuk kecil, dia menggelengkan kepalany