Pertarungan kembali di lanjutkan, dua orang itu langsung menyerang Lanting Beruga dengan waktu bersamaan.
Semua serangan yang mereka lancarkan disambut dengan cukup baik oleh Lanting Beruga.
Mulai dari jurus level rendah sampai level tinggi yang dikuasai oleh lawan-lawannya, telah dicicipi oleh Lanting Beruga. Beberapa serangan kadang kala sempat membahayakan nyawa Lanting Beruga, tapi pemuda itu rupanya memang sangat nekat.
Dia seperti ikan yang berenang di antara arus sungai yang deras, sedikit saja mengalami kesalahan, nyawanya bisa saja melayang.
"Sampai kapan kau bisa berada di posisi itu," salah satu dari musuh pemuda itu bertanya dengan kesal, "melawan satu orang pendekar tanding mungkin dapat kau lakukan, tapi dua orang level tanding, mustahil kau bisa menang."
Lanting Beruga tidak peduli, dia masih menggunakan kecepatannya untuk mendekati lawan-lawannya, menyerang mereka jika memiliki kesempatan, atau pula mundur jika mendapatkan ancaman.<
Tertangkapnya Lanting Beruga dan Rismananti membuat beberapa anggota bintang suci yang lain menjadi geram.Satrio Langit telah tersadar, dan mulai memberontak ketika mengetahui Lanting Beruga menahan beberapa musuh mereka.Namun, Altar Buana dan Angga Nurmeda malah melumpuhkan Satrio Langit dengan bersamaan, dan mengikatnya dengan belasan lilitan rantai."Kenapa kau tidak membiarkan diriku keluar, terperangkap seperti ini benar-benar memalukan!" teriak Satrio Langit."Jika situasinya memang mudah, aku juga ingin menyelamatkan Lanting," ucap Sekar Ayu, berkata dengan lirih. "Tapi situasinya benar-benar buruk.""Apa maksudmu gadis mata putih?" teriak Satrio Langit."Aku bisa melihat ada banyak energi telah mengepung tempat ini, mereka yang berada di level pilih tanding," ucap Sekar Ayu. "Tapi setelah tertangkapnya Rismananti dan Lanting Beruga, mereka membubarkan diri."Mendengar hal itu, Satrio Langit benar-benar kesal, dia menyesal ka
"Hoi keparat!" teriak Lanting Beruga. "Kau mau bertarung? aku akan melawanmu, tapi jangan kau lukai temanku dan ayahnya!"Pimpinan bajak laut itu tertawa terbahak-bahak, hal kekanakan macam apa yang dikatakan oleh Lanting Beruga. Bertarung dengan dirinya? tentu saja membuang waktu.Dalam ke adaan seperti ini, Lanting Beruga sudah kalah, dia sudah tertangkap, dan jika dia melawan bisa saja Jubarda Agung dibunuh."Kau tidak dalam kondisi bisa bernegoisasi bocah?" ucap pria itu.Sekali lagi Lanting Beruga meraung keras, dengan kekuatannya dia memutuskan lilitan rantai yang ada di dalam tubuhnya, membuat beberapa penjaga penjara terkejut bukan kepalang."Bagaimana kau bisa melepaskan rantai itu?" salah satu penjaga penjara telah bersiap-siap, menarik tombaknya dan mengarahkan di pintu sel Lanting Beruga. "Rantai itu kami buat dengan kualitas terbaik, menyerap tenaga dalam seseroang-" Pria itu terhenti, baru saja tersadar jika Lanting Beruga tidak memil
Rismananti menatap ke arah Lanting Beruga, merasa jika keadaan ini tidak adil untuk pemuda tersebut. Namun Lanting Beruga hanya tersenyum tipis, mendekati Rismananti sambil berkata, "pergilah! jangan sia-siakan kesempatan ini!""Tapi saudara Lanting, bagaimana dengan dirimu?""Jangan khwatirkan diriku, pergilah selagi punya kesempatan!"Jubarda Agung menatap Lanting Beruga dengan sejuta makna, ada banyak pertanyaan berkemelut di kepala pria itu. Siapa dia? dari mana asalnya? dan bagaimana nasip dirinya ke depan?Namun anak buah bajak laut langsung menyeret mereka berdua sebelum Rismananti sempat mengucapkan terima kasih kepada Lanting Beruga. Mereka lenyap dari pintu penjara ini, sementara Lanting Beruga berharap mereka berdua akan baik-baik saja.Sebuah sampan kecil sudah menunggu Jubarda Agung dan Rismananti. Benar yang dikatakan oleh Jubarda Agung, ini adalah pulau mengapung, yaitu sebuah kapal sangat besar."Pergilah ke arah matahari ter
Ratusan awak bajak Laut Buaya Putih melihat hal itu dengan mata terbelalak, seakan mau keluar dari kelopaknya, sebagian dari mereka bergidik ngeri sebagian yang lain malah terpancing emosi.Tentu saja yang terpancing emosinya adalah mereka yang memiliki level di atas tanding.Dua lawan Lanting Beruga, nyaris tidak dapat mengendalikan diri mereka di hadapan Lanting Beruga."Aku pernah bertarung melawan anggota Sekte Awan Berarak, tapi kekuatannya tidak seperti pemuda ini.""Siapa pemuda ini? kenapa kita tidak pernah mendengar namanya dari dulu, jika dia memang lahir dari Sekte Awan Berarak?"Umumnya orang-orang hebat, dan anak-anak yang memiliki bakat bagus akan sangat terkenal di dunia persilatan, tapi mereka tidak pernah mengetahui sosok Lanting Beruga, apa lagi latar belakangnya."Cak, kita harus hati-hati!"Di sisi lain, Lanting Beruga baru saja melepaskan serangan terkuat yang dia miliki, membuat stamina tubuhnya banyak terk
Pimpinan Bajak Laut menoleh ke atas, pada saat yang sama semua awak bajak laut membungkuk memberi hormat."Guru!" Pimpinan langsung memberi penghormatannya, "kau sudah kembali?""Vala, apa yang kau lakukan?" tanya Pria bertangan palsu itu, "Kau ingin membunuh dirinya?""Dia mengacaukan tempat ini, membunuh salah satu anak buahku, jadi aku ingin memberinya perhitungan." Pimpinan Bajak Laut yang rupanya bernama Vala, masih memberi hormat kepada Gurunya.Pria bertangan palsu, sebuah tangan khas yang biasa digunakan oleh bajak laut, dengan ujung seperti kail pancing menyipitkan matanya. Dia bernama Rengkeh.Sekejap kemudian muncul rantai dari jubah hitamnya yang longgar, merebut keris panca naga dari tangan Vala.Setelah itu dia turun, dan mulai mendekati Lanting Beruga yang telah kehabisan tenaga.Apakah ini keberuntungan? Lanting Beruga tidak jadi mati? entahlah."Elang api, bagaimana mungkin aku menemukan dirimu di sini?"
Ini adalah ruangan pribadi Rengkeh, bahkan Vala tidak bisa sembarangan masuk ke dalam ruangan ini.Di tengah ruangan, ada keris Panca naga yang diletakan bersama dengan beberapa senjata yang lain.Rengkeh menyilahkan Lanting Beruga duduk di kursi, sementara dia menuangkan air ke dalam cawan perunggu. "Minumlah!"Melihat Lanting Beruga memasang wajah ragu, Rengkeh meminum air dalam cawan perunggu itu lebih dahulu. "Aku tidak sedang meracunimu.""Aku sulit percaya mengingat kalian semua adalah bajak laut."Rengkeh tersenyum, bajak laut memang terkenal berhati buruk dan licik. Rengkehpun menyadari jika mereka bukan orang suci, bukan pula orang bijak. Tempat ini hanya kumpulan manusia sampah dan berandalan."Jadi kalian membatu Ritra Banyu untuk mendapatkan keris panca naga?" tanya Lanting Beruga."Kami dibayar," jawab Rengkeh. "Kami adalah pembunuh, tidak memihak kepada siapapun, kecuali dengan bayaran mahal.""Sebuah pulau dan ke
Dari mana pemikiran berlian itu, Lanting Beruga juga tidak tahu. Namun tampaknya, Rengkeh terpengaruh dengan perkataan Lanting Beruga.Besoknya, Rengkeh memanggil Vala dan mendiskusikan hal ini kepara pimpinan bajak laut tersebut.Meski Vala tidak yakin pemikiran ini buah dari kepala Lanting Beruga, tapi dia juga setuju dengan usul yang telah disarankan."Aku mempunyai kenalan, kita bisa membuat duplikat keris panca naga," ujar Vala.Esok harinya, Vala dan anak buah terbaiknya pergi meninggalkan kapal besar ini, seperti yang dia katakan, mereka akan membawa seorang pandai besi untuk menduplikat keris panca naga.Memanggil tukang besi, juga sampai penyelesaian keris panca naga bisa membutuhkan waktu satu bulan lamanya, barang kali lebih lama.Rengkeh telah mengatur siasat untuk mengulur waktu pertemuan dengan Ritra Banyu. Ah, Lanting Beruga tidak tahu menahu mengenai siasat apa itu, tapi yang yang jelas untuk satu bulan ke depan dia akan ting
Satu bulan telah berlalu dengan cepat, tukang tempa besi telah menyelesaikan pekerjaan dengan sangat baik. Nyaris sama antara keris panca naga asli dan yang palsu. "Aku melakukan ritual 7 hari 7 malam, untuk meletakan lima ular di dalam keris ini," ucap tukang tempa besi ini. "Hal ini dilakukan agar keris ini memiliki rohnya." "Ada dua senjata di dunia ini, satu senjata dipersembahkan kepada dewa, dan lainnya untuk iblis," Vala membandingkan dua keris yang sama persis di tangannya. "Dan kita memiliki kedua-duanya." "Berikan satu peti emas kepada tukang tempa ini!" ucap Rengkeh. Beberapa saat kemudian, dua orang menyerahkan peti yang berisi koin emas. Tukang tempa besi tersenyum riang, untuk pertama kalinya dia mungkin baru kali ini melihat uang sebanyak ini. Uang miliknya sendiri. Setelah tukang besi itu di antar pergi dari kapal besar, Rengkeh menoleh ke arah pintu penjara dimana Lanting Beruga belum pula menunjukan batang