Di hari Rabu ini Fernan mengenakan baju khusus seragam Sekolahnya berwarna hitam. Fernan yang lagi pulang Sekolah ingin cepat-cepat untuk menjemput adiknya, Filio. Di tengah perjalanan dia dicegat oleh Polisi, "Maaf kami lagi melakukan olah TKP kecelakaan. Jadi adik tunggu sebentar!"
Fernan melihat di balik Polisi tersebut, ada Bus yang terbalik dan penumpangnya beberapa terlempar keluar dari Bus. Beberapa koper penumpang juga berhamburan.
Fernan melihat sosok perempuan berambut panjang berpakaian putih dengan wajah remuk.
"Kenapa kalian tidak segera menolong korban?"Polisi heran, "Apa yang ditolong semuanya tewas!"Fernan terlihat kaget dan segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.Seorang Polwan muda datang menghampiri, "Kenapa cowok SMA ini terlihat takut?"
Polisi panik, "Aku tidak memarahinya!"
Fernan bicara pelan, "Aku tidak yakin ini cuma kecelakaan!"Si Polwan tersenyum, "Kenapa kamu berpikiran seperti itu?"Fernan melihaDi rumah, aku sampai saat malam. Setelah makan malam. Ada tamu yang datang. Dia Septa. Saat bersamaan ibu juga pamit pergi ke rumah tante Yasmine. Aku lalu mengajak masuk Septa ke dalam rumah. Pandangan Septa terpaku pada Filio yang menggunakan baju tanktop dan celana pendek sambil memainkan HP nya yang rusak. Segera aku menegurnya."Kamu ke sini mau apa?"Dia menjawab tanpa melihat ke arahku, "Menikmati keindahan tubuh adikmu... Eh... maksudku mau bilang, Komandan komplain."Aku malah kesal. Sudah dibantu malah mengeluh, "Aku sudah menyelesaikan kasus dengan cepat, apa masalahnya!"Aku tanya apa, dia jawab apa, "Mumpung cuma kita berdua, jika kita apa-apain dia, pasti tidak akan melawan.""Kamu benar, aku pernah menyentuhnya dan dia tidak keberatan... Eh..." Aku tidak sadar malah sepemikiran dengan dia, sialan."Sebaiknya kita jangan di sini lama-lama, konsentrasi kita akan terganggu. Ayo ke belakang rumah." Ajakku kepada Septa.Belakang Rumah
Aku segera mengambil buku ku dari tangan temanku itu, sambil berkata, "Iya, menurutku darah itu dari pemeran peganti atau stutman. Apa masalah, jika aku cuma menyampaikan dugaanku?"Dia terlihat kesal, "Gak masalah juga sih." Balasnya kemudian pergi." Pulang sekolah aku masih menunggu hasil uji cobaku. Jika dugaan yang ku tulis dalam buku itu benar. Ini merupakan empat kali berturut-turut, dari sabotase bus, bunuh diri aneh, drama tragedi, dan sulap berdarah. Bisa dikatakan yang ku tulis di sana tidak ada kesalahan satupun. Kemungkinan buku yang ku dapatkan dari perpustakaan Ayah bukan buku biasa. Dalam perjalanan pulang aku dihampiri siswi temanku yang suka sekali cari tahu tentangku. Namanya Ulfa."Hey, sendirian aja. Biasanya kamu jalan sama siswi sekolah lain. Lagi marahan ya? atau udah putus!"Aku tahu maksud dia itu Filio. Aku memilih diam."Kalau gitu aku temanin kamu ya?"Ucapnya bikin aku bingung. Rumahnya berlawanan arah dari rumahku."Mau
Buku Lovenote. Aku namakan itu saja karena bentuk simbol berwarna merah di sampul depan tiba-tiba berubah dari sidik jari menjadi simbol organ tubuh manusia yaitu hati, amor. Masih dengan keheranan aku membuka buku Lovenote hati-hati. Betapa kagetnya aku ada tulisan baru yang muncul di bawah tulisanku 'ingin kaya'. Tertulis sebuah alamat dengan keterangan 'ambilah semua yang kamu inginkan dariku' dilengkapi simbol pohon beringin lengkap dengan akar gantung dengan tanda 'x' di bawahnya. Aku rasa tidak pernah menulis ini. Mungkin ini benar. Pikiranku tertuju pada dua kata, "harta karunkah?" Aku langsung bergegas pergi. Berpakaian biasa dan bawa ransel yang berisikan buku lovenote, uang tabungan, honor dari kepolisian, sekop dan pakaianku. Saat sampai di pintu keluar aku dikejutkan oleh kedatangan ibu."Mana Filio bu?" Tanyaku seketika.Ibu terlihat sedih, "Kata dokter, Filio akan cepat sembuh jika di rawat di Rumah Sakit Jiwa!"Meski aku tidak setuju Filio akan sembuh
Aku terjatuh ke lantai. Kakiku sakit sekali. Terlihat di dekat kaki ku yang sakit ada buku Lovenote. Jangan-jangan aku terpeleset gara-gara menginjaknya. Aku tidak hati-hati dengan buku itu. Aku mencoba berdiri tapi rasa nyeri di kaki kananku, membuatku kembali terjatuh. Aku merangkak dan meraih telpon. Menghubungi Pelayan Hotel. Aku minta Pelayan Hotel membawaku ke klinik, dia malah membawaku ke Rumah Sakit. Di Ruang UGD aku diperiksa oleh seorang dokter perempuan muda."Sepertinya kakimu patah. Sayang sekali.""Apa???" Ucapku terkejut kayak iklan JD.ID di TV."Aku becanda, kakimu cuma terkilir kok. Tapi biar cepat sembuh lebih baik rawat inap aja."Aku tercengang, bisa-bisanya dokter becanda kayak gitu. "Aku cuma terkilir, jadi tidak masalah jika pulang."Aku mencoba berdiri. Tapi pijakanku malah tidak stabil, beruntung tidak sempat jatuh karena dokter itu membantuku dengan menahan tanganku. Kami saling memandang."Meskipun cuma terkilir t
Akhirnya aku menemukan alamat Ageng atau suaminya Elis pemilik Love Note."Sekarang aku ingin tahu bagaimana caramu menulis di buku ini dan menelpon menggunakan Ponselku." Ucapku sambil menulis di Love Note. Tapi tidak ada balasan. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang masuk kamar. Hingga membuatku menjatuhkan Love Note. Siapa dia?~ "Ibu mau pulang. Kamu ingin temani Filio dulu atau pergi bersama ibu?" Tenyata ibu.Aku menoleh ke bawah. Love Note terbuka pada halaman terakhirnya. Di sana tertulis, "Jika ingin tahu di balik semua ini. Teruskan apa yang sudah kamu mulai hingga selesai."Aku tidak suka dipaksa. Aku masih punya Life Note yang akan memberitahuku semua tentang Love Note."Aku ikut ibu pulang." Ucapku sambil memungut Love Note. Aku tidak sabar lagi menemui Life Note di rumah.Jika aku tahu cara kerja Buku Love Note mungkin aku bisa buat buku yang sama untuk melindungi Filio jika aku tidak ada, dari laki-laki mata keranjang. Sesampa
Aku lalu mengeluarkan buku Love Note dan menulis, 'Aku ingin buku Life Note musnah.'Love Note tidak menjawab. Tidak ada tulisan baru.Selta memperhatikanku, "Di Buku Life Note tertera kontrak di halaman terakhir. Pemilik pertamanya bersekutu dengan malaikat melalui buku ini. Aku tidak heran. Pasti hal itu ada. Karena manusia yang bersekutu dengan Iblis melalui boneka santetpun ada..." "...Apa buku yang kamu pegang juga sama. Serahkan padaku, maka aku tidak perlu menembakmu untuk menangkapmu." Perintah Septa. Tiba-tiba tanganku bergerak sendiri dan menuliskan sesuatu di Love Note. Jadi selama ini aku menulisnya tanpa sadar saat tidur. Elis dapat merasuki dan mengendalikan sebagian tubuhku. Apa karena aku yang menyentuh buku itu.Tertulis,'Buku ini terbuat dari bahan mudah terbakar, sama dengan lantai dan rumah ini.'Septa berteriak, "Hentikan yang kamu tulis."Aku segera mencari pemicu api di celana Ageng karena aku tidak merokok jadi tidak memilik
Aku berusaha membujuknya, "Dik, lepaskan kakak."Tanpa melihatku, dia menjawab, "Ayah akan melampiaskan nafsunya ke aku. Kalau kakak gak ada." Ucapannya membuatku tercengang. Bisa-bisanya anak kecil seperti dia ngomong seperti itu. Tiba-tiba Jason datang dan langsung menarik rambut Lia yang lagi duduk, hingga terpaksa Lia harus berdiri."Ini mainan Walkie talkiemu kenapa bisa di dalam mobil Ayah?"Lia benar-benar aneh, tidak terlihat kesakitan sedikitpun, "Aku gak sengaja meninggalkan alat komunikasi genggam itu di dalam mobil, saat ayah antar aku ke sekolah pagi tadi. Kalau aku pinjam kunci mobil, pasti ayah tidak mau memberikannya. Meski aku hanya ingin mengambil sesuatu. Jadi aku terpaksa bilang gitu. Biar ayah sendiri yang ambilkan."Jason benar-benar kejam. Dia membanting anaknya sendiri.Brakkk. "Bisa-bisanya kamu membodohi ayah. Kamu dihukum keliling rumah, tiga belas kali." Teriak Jason.Lia segera bangun. Mengambil mainannya kemudia
Saat Lia pergi, aku mulai berpikir. Jika ayah ke sini. Dia pasti merasakan keberadaanku dan tidak akan pergi begitu saja. Aku segera menuju dinding. Mencari celah untuk melihat ayah yang masih aku yakini ada di luar. Aku menggunakan celah di dinding yang di bawah untuk melihat ke luar. Terlalu kecil. Aku kembali berusaha meninggikan badan dengan berjongkok untuk melihat celah lain yang lebih besar di atasnya. Meskipun sulit aku tidak menyerah hingga akhirnya aku bisa melihat melalui celah itu. Terlihat olehku halaman di depan pintu rumah. Aku sedih, tidak ada ayah di sana. Air mataku menetes. Tiba-tiba aku sadar. Ada sosok burung putih di tengah halaman. Saat aku perhatikan itu seperti burung Merpati. Cuma ada seekor. Aneh biasanya mereka berpasangan. Brakkk...Aku kaget. Tiba-tiba ada yang terjatuh. Salah satu genteng dari tanah liat tergeletak di lantai di depanku. Aku segera melihat ke atas. Aku tercengang melihat tiga burung Gagak dari lubang atap yang