Share

Bab 3

Penulis: Delly Asmal
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 12:04:26

“Aryan, kamu baik- baik saja?”

“Oh, iya, bagaimana kakek?” Aryan balik bertanya.

Laila menghampiri Aryan yang sedang duduk seperti orang bertapa.

“Ayo keluar, dari sini!” ajak Laila.

Aryan berdiri, ternyata sebelumnya dia mendengar suara langkah kaki mendekatinya. Sehingga dia harus mengubah posisinya saat terjatuh.

Aryan dan Laila menghampiri Sudiro yang kini terbaring. Matanya nanar melihat Aryan dia memberi isyarat agar mendekat.

Sudiro menyampaikan sesuatu kepada Aryan agar bisa menggantikan posisinya, sebagai pemimpin padepokan Naga Hitam. Aryan hanya bisa diam karena, menurutnya belum tentu dia mampu menguasai semua ilmu Naga Hitam. Sudiro memberi alasan karena umurnya sudah tidak lama lagi.

Dengan sedikit berat hati dia menerima tawaran Sudiro.

“Baiklah kek,” ucap Aryan.

Dalam hati Sudiro sangat senang saat mendengar ucapan Aryan. Secara tidak langsung Aryan sudah menyerahkan dirinya, sebagai jaminan atau tumbal berdasarkan keturunan.

Sudiro memberikan sebuah kitab kepada Aryan.

“Kamu pelajari tentang padepokan, semua ada di sana,” ucap Sudiro.

Laila tampak sedikit bingung saat melihat Sudiro menatap tajam ke arah Aryan.

“Baiklah kek,” ucap Aryan.

Laila menarik lengan baju Aryan, seperti ada sesuatu yang ingin di ucapkan, dia hanya meliriknya. Akhirnya terjadi sesuatu dengan Sudiro. Dia kesakitan seperti orang ingin menghembuskan nafas terakhir.

“Kakek!” teriak Aryan.

Anehnya Sudiro berusaha berdiri untuk melakukan sesuatu, yaitu ritual yang biasa dia lakukan. Namun, ritual tersebut ditolak, lalu Sudiro diangkat dan dihempaskan oleh sosok mengerikan yaitu Jin Marid. Dia menyerap kekuatan Sudiro.

Di sudut ruangan berdiri sosok tinggi besar memandangi Sudiro dia menyeringai ke arah Aryan. Laila yang melihatnya secara spontan menarik Aryan dengan membuat dia kaget.

“Ada apa Laila?” tanya Aryan.

Laila hanya diam, dia tidak mengatakan sesuatu pada Aryan. Sehingga membuat Aryan bingung, karena saat ini kakeknya sedang terbaring tidak berdaya.

“Jika tidak ada yang ingin kau katakan biarkan aku melihat kakek untuk yang terakhir kalinya.” Ujar Aryan sedikit ketus.

Laila tidak menjawab, dia hanya bisa mengikuti Aryan dari belakang. Tak lama Sudiro menghembuskan nafas terakhirnya. Aryan mulai meneteskan air matanya.

‘Rasanya tidak adil semua meninggalkanku’ ucap Aryan dalam hatinya.

“Aryan, sudahlah jangan bersedih kita harus segera mengurus jenazah kakek.” Ujar Laila.

“Baiklah,” sahut Aryan.

Semua murid-murid dan warga padepokan Naga Hitam berkumpul, mereka membantu pengurusan pemakaman Sudiro.

Anehnya cara pemakaman yang mereka lakukan tidak seperti biasanya, Aryan bingung harus bagaimana. Akhirnya salah satu murid Sudiro menyampaikan apa yang harus dilakukan Aryan.

Pemakaman dilakukan dengan dua buah makam, satu makam untuk jenazah sedangkan satu lagi kain kafan yang sudah disediakan. Ritual dari ritual dengan terpaksa Aryan lakukan. Semua mata mereka tertuju kepada Aryan. Setelah selesai pemakaman Aryan bertanya kepada Laila.

“Laila, apakah seperti ini pemakaman dilakukan?” tanya Aryan.

Laila tampak sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan Aryan.

“Kenapa kamu diam saja Laila?” tanya Aryan kembali.

“Nanti kamu juga tahu sendiri,” jawab Laila.

Saat mereka kembali ke padepokan rombongan orang-orang berbaju hitam menghadangnya.

“Siapa kalian?” tanya Lailla.

“Eh, kamu bocah. Masih setia kamu di Naga Hitam?” tanya seseorang.

“Aku bertanya siapa kalian, kenapa kau balik tanya?” ketus Laila.

Ternyata mereka tidak suka dengan ucapan Laila. Tanpa aba-aba mereka menyerang Laila dan Aryan.

Aryan bingung, sebab dia belum menguasai apa-apa dari perguruan Naga Hitam. Dia hanya punya bela diri dari tempat belajarnya dahulu.

Bugkkhh!!

Satu pukulan mengenai punggungnya Aryan hingga dia terjatuh.

“Aryan!!” pekik Laila.

Laila mencoba mendekatinya namun, seseorang yang tiba-tiba mengikutinya membuka topengnya lalu,

“Dika,” ucap Laila.

“Lebih baik, kau berikan surat wasiat Sudiro bersama peti yang kau simpan.” Ujar Dika.

Dika mencoba menarik kerah baju Aryan secepat kilat Laila mencegahnya.

“Hem, ternyata kekuatan kau bertambah!” tukas Dika.

Duggkh!

Dika terhempas oleh tendangan kilat Laila.

“Jangan coba-coba mengganggu Aryan?” ujar Laila.

“Ha-ha-ha , sebelum aku mendapatkan peti dan surat wasiat itu, aku tetap akan mengacak-ngacak tempat ini!” ancam Dika.

Akhirnya Dika meninggalkan tempat itu, Laila hanya berdiri terpaku sedangkan Arya mendekatinya.

“Laila, kenapa dia selalu datang?” tanya Aryan.

“Nanti aku ceritakan. Lebih baik kamu mulai latihan dan menguasai semuanya,” ujar Laila.

Setelah sampai di padepokan Laila kaget, salah satu mereka berlari mendekatinya. Laila kaget melihat semua berantakan, dia pun berlari melihat ke dalam.

Aryan bingung saat mendengar suara Laila yang kencang menggelegar secara tiba-tiba. Laila pun berteriak.

“Ariiiii ...!!”

Bersambung

Bab terkait

  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 4

    “Iya maaf kak, semua warga diserang oleh warga Harimau Langit.” Seseorang yang bernama Ari mendekatinya.Raut wajahnya tampak murung, Aryan mendekatinya mencoba cari tahu apa yang terjadi.“Ari, apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Aryan. “Sudah nanti saja, semua dijelaskan. Sekarang kita urus mereka!” perintah Laila. Aryan merasa pertanyaannya sejak tadi tidak digubris, dalam hatinya bersungut-sungut. ‘Sialan, perempuan ini, sombong sekali!’ Ternyata Laila bisa membaca pikiran Aryan. “Kamu yang sabar ya, kita harus urus padepokan dulu,” sambung Laila. Setelah di depan padepokan Aryan kaget saat melihat murid-murid kakeknya hampir semua terluka.‘Sepertinya padepokan ini memang butuh penerusnya!’ batin Aryan.Aryan berlari ke sebuah ruangan yang pernah Sudiro katakan. Dia latihan malam itu juga. Ruangan tersebut gelap dan sunyi, hanya ada lilin kecil.Di sebuah meja ada sepucuk surat di dalamnya, tersusun rapi. Cara-cara bagaimana ritual yang dilakukan oleh Sudiro. L

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   bab 5

    “Lebih baik kita kembali Aryan!” Laila mengajak Aryan untuk kembali ke padepokan.“Baiklah,” ujar Aryan. Sampai di padepokan Aryan kembali ke kamarnya. ‘Sepertinya aku harus istirahat, tempat ternyaman adalah kamar sendiri’ Aryan sambil merebahkan tubuhnya namun, tiba-tiba tangannya ada yang menahannya di sisi kiri dan kanan nya. “Akkhh, lepaskan!!” teriak Aryan.Aryan berusaha melihat sosok yang sedang berada di kamarnya. Sosok itu membawa sebuah tongkat besi dengan tubuh besar, dia mendekati Aryan. “Aryan, kamu harus meneruskan ritual itu!!” ucap sosok itu.“Siapa kau?” tanya Aryan.“Ha-ha-ha, aku? Yang jelas nyawamu ada di genggamanku!!” ujarnya.“Jin Marid!?” tegas Aryan“Akhirnya kau tahu, jadi lakukan apa yang telah diperintahkan, demi Sudiro,” jelas Jin Marid.“Tidak akan!!” tegas Aryan.“Kau tahu dia pengikut setiaku,” jelas Jin Marid.Kukunya menyentuh wajah Aryan dan lari ke perutnya. Tanpa banyak bicara kukunya di tancapkan ke pusarnya. Cruuttt!!Perut Aryan mengeluar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 6

    “Pedang Naga Ibra,” Pedang itu masuk ke tubuh Aryan, sinarnya membuat silau mata yang mendekatinya. Aryan saat itu turun dari udara, lalu tak sadarkan diri. Murid-murid menangkap tubuhnya dan menggotongnya ke dalam padepokan.Tubuh Aryan saat itu berubah, lebih berisi dari sebelumnya dadanya dan perutnya penuh otot. Wajahnya yang tampan menambah kejantanannya sebagai seorang pria.“Kenapa mbak? Sepertinya mbak jatuh hati?” tanya Ari sambil senyum-senyum.“Hussh, kamu berisik,” jawab Laila tersipu malu.Tak lama Aryan siuman, dia terkejut saat melihat sudah berada di tengah banyak orang. “Hem, kenapa saya di sini?” tanya Aryan.Laila mendekatinya , dia tersenyum dan memberi hormat kepada Aryan. Sedangkan Aryan masih dengan kebingungannya.‘Sepertinya dia belum mengetahui dan paham dengan ilmu yang dimilikinya’ ujar Laila dalam hatinya.Tanpa ragu Laila mengatakan pada Aryan bahwa dia sudah menguasai semua ilmu Naga Hitam. Namun, Aryan masih dengan wajah kepolosannya hanya tersenyum.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 7

    “Ha,ha,ha, aku kembali.”Suara tawa Sudiro membuat semua kaget terlebih Laila, dia melangkah mundur.Sudiro terlihat seperti bukan dirinya, tubuhnya berwarna gelap, petir keluar dari kedua belah tangannya.Aryan sempat melihat Sudiro ke bawah dan teriak agar jangan menyentuh Laila.“Dika, kenapa kau melakukan ini?’ tanya Aryan.“Demi padepokan dan guru Sudiro,” jawabnya.“Itu artinya kalian bersekongkol agar kalian bisa hidup abadi?” Aryan sangat marah, dia pun memberikan pukulan demi pukulan kepada Dika.Dika mengetahui teknik Aryan yang dilemparkan kepadanya.“Aryan! Menyerahlah!” tiba-tiba Sudiro berbicara. Dia ikut menyerang Aryan dengan pukulan mautnya. Pertama kalinya, pukulan tersebut mengenai dada Aryan. Bugkkh!!Dhuarr!!Aryan terjatuh ke tanah, saat dia ingin bangun Sudiro melempar sebuah pukulan angin yang dahsyat. Wushh!! Duggkhh!!“Aryan!” Laila mengejar Aryan secepat kilat dan menangkapnya. “Terima kasih Laila,” ucapnya.Aryan memegang dadanya yang terasa sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 8

    “Tolong, tolong!!” Suara memanggil dan minta tolong dari dalam lubang makam itu. Ari yang masih berdiri mematung dikejutkan dengan tepukan tangan Laila.“Ari, ada apa?” tanya Laila.“I-itu mbak,” tunjuk Ari.Laila dan Aryan mendekati makam itu, dia melihat bangkai manusia yang naik ke atas kuburan.Mayat itu hidup lalu berjalan dengan merangkak ke arah mereka, beberapa makam juga ikut terbuka. Semua penghuni kubur merayap seperti seekor cecak yang hendak memangsa. “Kita pergi dari sini!” Aryan mengajak semua untuk menjauhi tempat tersebut namun, tiba-tiba sebuah selendang berwarna putih melayang ke udara, mengejar mereka.Seeett!! Breeet!!Laila pun terjerat oleh kain itu, dia tidak bisa bernafas sampai wajahnya memerah.“Huufftt, huuftt, A-Aryan ...” Aryan yang sempat menghindar, mencoba membantu mereka semua. Walaupun kini dia sedang diserang oleh mayat-mayat hidup. Dia melompat ke atas kain tersebut lalu mencabik kain tersebut.‘Aku tahu ini pasti ulah kakek juga, aku har

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 1

    Sett!!“Berhenti kalian!!” Seorang pemuda berteriak sambil meluncurkan anak panah ke arah Aryan dan Sudiro.“Siapa kau?” tanya Sudiro.“Ha-ha-ha,” tawa seseorang dari balik pohon besar.Sudiro mendekati sumber tawa tersebut, orang itu pun menampakkan dirinya. Sudiro hanya bisa memperhatikannya, ternyata dia mengetahui siapa dibalik topeng tersebut.“Buka saja topengmu, Dika!” seru Sudiro.Aryan yang mendengar ucapan Sudiro tersentak, Dia merasa kakeknya tahu segalanya.“Untuk apa kau membawanya ke sini?” tanya Dika.“Bukan urusan kamu, dasar bocah!” ujar Sudiro.Tanpa basa-basi Dika melepaskan pukulannya kepada Sudiro namun, mengenai Aryan.Bugkkh!“Aryan!!” teriak Sudiro.Lalu dia mendekati Aryan, tampak wajah Aryan sedikit kesakitan, Sudiro akhirnya menyerang Dika karena sudah melukai cucunya, terjadilah perkelahian antara mereka.Pukulan pertama mendarat di dada Dika, sehingga Dika terpental jauh ke pinggir sebuah tebing.“Jangan pernah ganggu cucu saya mengerti!!” seru Sudiro.D

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 2

    “Ada apa, Aryan?” Makhluk itu seketika menghilang saat Sudiro kembali ke kamar Aryan, dengan segera melihat Aryan.Sudiro tak berhenti menepuk pipinya Aryan, agar dia sadar. Tak lama kemudian Aryan terjaga kembali. “Oh, iya kek,” lirihnya.“Kenapa kau terlihat ketakutan?” tanya Sudiro.Aryan terdiam dia merasa tak perlu memberi tahu apa yang di lihatnya. Sudiro memperhatikan Aryan, dia tahu Aryan mengetahui sesuatu. Akhirnya Sudiro meninggalkan Aryan, dia meminta agar Aryan istirahat. ‘Hem, aku tadi lihat apa ya?’ Aryan berkata dalam hatinya.Tanpa sengaja Aryan mengintip Sudiro yang berjalan menjauhi kamarnya. ‘Apa aku ikutin saja kakek ya?’ Aryan bertanya dalam hatinya.Aryan pun mengikutinya dari belakang tanpa sepengetahuan Sudiro. Ada sebuah lorong jauh dari ruangan pertemuan, Aryan terus berjalan mengikuti. Tiba -tiba langkahnya terhenti saat Sudiro berdiri di tengah sebuah lingkaran yang ditaburi sesuatu oleh seseorang di sana.Aryan pun berhenti dan berdiri di balik sebua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 8

    “Tolong, tolong!!” Suara memanggil dan minta tolong dari dalam lubang makam itu. Ari yang masih berdiri mematung dikejutkan dengan tepukan tangan Laila.“Ari, ada apa?” tanya Laila.“I-itu mbak,” tunjuk Ari.Laila dan Aryan mendekati makam itu, dia melihat bangkai manusia yang naik ke atas kuburan.Mayat itu hidup lalu berjalan dengan merangkak ke arah mereka, beberapa makam juga ikut terbuka. Semua penghuni kubur merayap seperti seekor cecak yang hendak memangsa. “Kita pergi dari sini!” Aryan mengajak semua untuk menjauhi tempat tersebut namun, tiba-tiba sebuah selendang berwarna putih melayang ke udara, mengejar mereka.Seeett!! Breeet!!Laila pun terjerat oleh kain itu, dia tidak bisa bernafas sampai wajahnya memerah.“Huufftt, huuftt, A-Aryan ...” Aryan yang sempat menghindar, mencoba membantu mereka semua. Walaupun kini dia sedang diserang oleh mayat-mayat hidup. Dia melompat ke atas kain tersebut lalu mencabik kain tersebut.‘Aku tahu ini pasti ulah kakek juga, aku har

  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 7

    “Ha,ha,ha, aku kembali.”Suara tawa Sudiro membuat semua kaget terlebih Laila, dia melangkah mundur.Sudiro terlihat seperti bukan dirinya, tubuhnya berwarna gelap, petir keluar dari kedua belah tangannya.Aryan sempat melihat Sudiro ke bawah dan teriak agar jangan menyentuh Laila.“Dika, kenapa kau melakukan ini?’ tanya Aryan.“Demi padepokan dan guru Sudiro,” jawabnya.“Itu artinya kalian bersekongkol agar kalian bisa hidup abadi?” Aryan sangat marah, dia pun memberikan pukulan demi pukulan kepada Dika.Dika mengetahui teknik Aryan yang dilemparkan kepadanya.“Aryan! Menyerahlah!” tiba-tiba Sudiro berbicara. Dia ikut menyerang Aryan dengan pukulan mautnya. Pertama kalinya, pukulan tersebut mengenai dada Aryan. Bugkkh!!Dhuarr!!Aryan terjatuh ke tanah, saat dia ingin bangun Sudiro melempar sebuah pukulan angin yang dahsyat. Wushh!! Duggkhh!!“Aryan!” Laila mengejar Aryan secepat kilat dan menangkapnya. “Terima kasih Laila,” ucapnya.Aryan memegang dadanya yang terasa sedikit

  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 6

    “Pedang Naga Ibra,” Pedang itu masuk ke tubuh Aryan, sinarnya membuat silau mata yang mendekatinya. Aryan saat itu turun dari udara, lalu tak sadarkan diri. Murid-murid menangkap tubuhnya dan menggotongnya ke dalam padepokan.Tubuh Aryan saat itu berubah, lebih berisi dari sebelumnya dadanya dan perutnya penuh otot. Wajahnya yang tampan menambah kejantanannya sebagai seorang pria.“Kenapa mbak? Sepertinya mbak jatuh hati?” tanya Ari sambil senyum-senyum.“Hussh, kamu berisik,” jawab Laila tersipu malu.Tak lama Aryan siuman, dia terkejut saat melihat sudah berada di tengah banyak orang. “Hem, kenapa saya di sini?” tanya Aryan.Laila mendekatinya , dia tersenyum dan memberi hormat kepada Aryan. Sedangkan Aryan masih dengan kebingungannya.‘Sepertinya dia belum mengetahui dan paham dengan ilmu yang dimilikinya’ ujar Laila dalam hatinya.Tanpa ragu Laila mengatakan pada Aryan bahwa dia sudah menguasai semua ilmu Naga Hitam. Namun, Aryan masih dengan wajah kepolosannya hanya tersenyum.

  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   bab 5

    “Lebih baik kita kembali Aryan!” Laila mengajak Aryan untuk kembali ke padepokan.“Baiklah,” ujar Aryan. Sampai di padepokan Aryan kembali ke kamarnya. ‘Sepertinya aku harus istirahat, tempat ternyaman adalah kamar sendiri’ Aryan sambil merebahkan tubuhnya namun, tiba-tiba tangannya ada yang menahannya di sisi kiri dan kanan nya. “Akkhh, lepaskan!!” teriak Aryan.Aryan berusaha melihat sosok yang sedang berada di kamarnya. Sosok itu membawa sebuah tongkat besi dengan tubuh besar, dia mendekati Aryan. “Aryan, kamu harus meneruskan ritual itu!!” ucap sosok itu.“Siapa kau?” tanya Aryan.“Ha-ha-ha, aku? Yang jelas nyawamu ada di genggamanku!!” ujarnya.“Jin Marid!?” tegas Aryan“Akhirnya kau tahu, jadi lakukan apa yang telah diperintahkan, demi Sudiro,” jelas Jin Marid.“Tidak akan!!” tegas Aryan.“Kau tahu dia pengikut setiaku,” jelas Jin Marid.Kukunya menyentuh wajah Aryan dan lari ke perutnya. Tanpa banyak bicara kukunya di tancapkan ke pusarnya. Cruuttt!!Perut Aryan mengeluar

  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 4

    “Iya maaf kak, semua warga diserang oleh warga Harimau Langit.” Seseorang yang bernama Ari mendekatinya.Raut wajahnya tampak murung, Aryan mendekatinya mencoba cari tahu apa yang terjadi.“Ari, apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Aryan. “Sudah nanti saja, semua dijelaskan. Sekarang kita urus mereka!” perintah Laila. Aryan merasa pertanyaannya sejak tadi tidak digubris, dalam hatinya bersungut-sungut. ‘Sialan, perempuan ini, sombong sekali!’ Ternyata Laila bisa membaca pikiran Aryan. “Kamu yang sabar ya, kita harus urus padepokan dulu,” sambung Laila. Setelah di depan padepokan Aryan kaget saat melihat murid-murid kakeknya hampir semua terluka.‘Sepertinya padepokan ini memang butuh penerusnya!’ batin Aryan.Aryan berlari ke sebuah ruangan yang pernah Sudiro katakan. Dia latihan malam itu juga. Ruangan tersebut gelap dan sunyi, hanya ada lilin kecil.Di sebuah meja ada sepucuk surat di dalamnya, tersusun rapi. Cara-cara bagaimana ritual yang dilakukan oleh Sudiro. L

  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 3

    “Aryan, kamu baik- baik saja?” “Oh, iya, bagaimana kakek?” Aryan balik bertanya. Laila menghampiri Aryan yang sedang duduk seperti orang bertapa.“Ayo keluar, dari sini!” ajak Laila. Aryan berdiri, ternyata sebelumnya dia mendengar suara langkah kaki mendekatinya. Sehingga dia harus mengubah posisinya saat terjatuh. Aryan dan Laila menghampiri Sudiro yang kini terbaring. Matanya nanar melihat Aryan dia memberi isyarat agar mendekat.Sudiro menyampaikan sesuatu kepada Aryan agar bisa menggantikan posisinya, sebagai pemimpin padepokan Naga Hitam. Aryan hanya bisa diam karena, menurutnya belum tentu dia mampu menguasai semua ilmu Naga Hitam. Sudiro memberi alasan karena umurnya sudah tidak lama lagi.Dengan sedikit berat hati dia menerima tawaran Sudiro.“Baiklah kek,” ucap Aryan.Dalam hati Sudiro sangat senang saat mendengar ucapan Aryan. Secara tidak langsung Aryan sudah menyerahkan dirinya, sebagai jaminan atau tumbal berdasarkan keturunan.Sudiro memberikan sebuah kitab

  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 2

    “Ada apa, Aryan?” Makhluk itu seketika menghilang saat Sudiro kembali ke kamar Aryan, dengan segera melihat Aryan.Sudiro tak berhenti menepuk pipinya Aryan, agar dia sadar. Tak lama kemudian Aryan terjaga kembali. “Oh, iya kek,” lirihnya.“Kenapa kau terlihat ketakutan?” tanya Sudiro.Aryan terdiam dia merasa tak perlu memberi tahu apa yang di lihatnya. Sudiro memperhatikan Aryan, dia tahu Aryan mengetahui sesuatu. Akhirnya Sudiro meninggalkan Aryan, dia meminta agar Aryan istirahat. ‘Hem, aku tadi lihat apa ya?’ Aryan berkata dalam hatinya.Tanpa sengaja Aryan mengintip Sudiro yang berjalan menjauhi kamarnya. ‘Apa aku ikutin saja kakek ya?’ Aryan bertanya dalam hatinya.Aryan pun mengikutinya dari belakang tanpa sepengetahuan Sudiro. Ada sebuah lorong jauh dari ruangan pertemuan, Aryan terus berjalan mengikuti. Tiba -tiba langkahnya terhenti saat Sudiro berdiri di tengah sebuah lingkaran yang ditaburi sesuatu oleh seseorang di sana.Aryan pun berhenti dan berdiri di balik sebua

  • Kutukan Kain Kafan Wasiat   Bab 1

    Sett!!“Berhenti kalian!!” Seorang pemuda berteriak sambil meluncurkan anak panah ke arah Aryan dan Sudiro.“Siapa kau?” tanya Sudiro.“Ha-ha-ha,” tawa seseorang dari balik pohon besar.Sudiro mendekati sumber tawa tersebut, orang itu pun menampakkan dirinya. Sudiro hanya bisa memperhatikannya, ternyata dia mengetahui siapa dibalik topeng tersebut.“Buka saja topengmu, Dika!” seru Sudiro.Aryan yang mendengar ucapan Sudiro tersentak, Dia merasa kakeknya tahu segalanya.“Untuk apa kau membawanya ke sini?” tanya Dika.“Bukan urusan kamu, dasar bocah!” ujar Sudiro.Tanpa basa-basi Dika melepaskan pukulannya kepada Sudiro namun, mengenai Aryan.Bugkkh!“Aryan!!” teriak Sudiro.Lalu dia mendekati Aryan, tampak wajah Aryan sedikit kesakitan, Sudiro akhirnya menyerang Dika karena sudah melukai cucunya, terjadilah perkelahian antara mereka.Pukulan pertama mendarat di dada Dika, sehingga Dika terpental jauh ke pinggir sebuah tebing.“Jangan pernah ganggu cucu saya mengerti!!” seru Sudiro.D

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status