Termenung Amirah sendirian di depan nisan kayu bertulis Bambang Hadiningrat yang baru saja dikebumikan pagi ini. Hati sedih dan resah pengganti papa Bisma Nareswara telah tiada. Tempat berbagi keluh kesah dan bercerita pergi meninggalkannya. Selamat jalan Pakde-ku tersayang! Bisiknya pelan. Kemudian beranjak ditemani Kaivan yang mengawasi dari semalam mengurusi keperluan pemakaman. Om Dirman telah mengantar keluarganya lebih dahulu yang tinggal hanya mereka berdua. "Ayo Ra, kita pulang," ajaknya sambil menggenggam tangan mungil Amirah. "Mas Kaivan kok ga pulang?" tanyanya bingung. Bossnya menggeleng. "Kau dan Bagas kembali ke Jakarta bersamaku walau harus aku seret ke dalam pesawat sekalipun!" ancamnya tegas tak main-main lagi. Amirah malah balas menggeleng. "Ga Mas, aku ga mau, urusan mendiang Pakde masih banyak." "Biarkan aku membantumu kali ini, Ra," pinta Kaivan sungguh-sungguh. "Kau tak bisa melakukan sendirian!" Raut wajah sekretarisnya berubah pias menunduk malu. Kata-
"Nyonya Amirah dan Tuan Guntur sudah kami sampaikan apa sebenarnya yang terjadi dengan perusahaan ini, berharap ada penyelesaian dari pihak keluarga selepas Tuan Bambang Hadiningrat tiada."Penuturan Pak Rahman manajer keuangan begitu lugas menjabarkan aset kepemilikan atas nama putra - putri Bambang Hadiningrat dan Bisma Nareswara. Pengelolaan perusahaan mengalami kemunduran meskipun ada tambahan modal dari bank namun tak juga berkembang pesat."Kami berusaha agar perusahaan tetap berjalan maksimal," sahut Guntur. "Tolong jelaskan berapa pinjaman kantor ini ke bank dan tujuannya untuk apa?!"Deheman pelan manajer keuangan terasa berat mengatakan sesuatu di depan keluarga pewaris. Raut wajah gelisah menatap rekan kerja yang lain seolah membutuhkan kekuatan supaya berterus terang. Dukungan pun diterima dengan anggukan dari empat manajer lainnya."Utang pinjaman sebesar tiga milyar atas dasar mengembangkan perusahaan mengikuti beberapa pameran di luar negeri dan meningkatkan produksi ba
"Mas ga bisa bertindak semaumu dong," berondong Amirah emosi. "Ini urusan keluargaku seharusnya kau tidak usah banyak ikut campur!"Kaivan menatapnya tajam. Dari pulang pertemuan sampai malam mereka masih mengusik soal mencari uang melunasi utang piutang perusahaan."Memangnya kamu punya solusi berbeda selain ide dariku tadi?""Ya, jual saja rumah warisan Papa dan Mamaku sesuai harga normal supaya aku tak punya ikatan utang budi denganmu," ketus Amirah membela diri.Bude Tantri, Guntur dan Ayu terdiam di kursi masing-masing memandang dua orang meributkan hal penting tetapi tidak tahu cara memisahkan mereka yang keras kepala mau menang sendiri."Ra, kamu ga perlu menjual rumah itu," sergah Kaivan menurunkan emosi. "Pinjam dariku tak masalah, kalian bisa bayar sesuai kemampuan dan tidak pakai bunga bank apalagi utang budi yang kau bilang barusan!"Hufft-! Amirah tak mampu menahan saliva.Uang tiga milyar di depan mata. Kaivan memang bukan luar biasa.Lebih kaya raya daripada mantan suam
Berita lamaran Kaivan menyeruak saat Tuan Mahardika menerima panggilan dari Yogyakarta. Adik Sudirman memberi kabar mengejutkan ternyata putranya belum kembali sejak tiga hari lalu. "Mas Dika," panggilnya. "Besok keluargamu datang ke sini, anak sulungmu tadi malam melamar ponakan dari mendiang Bambang Hadiningrat." "Dik, ojo macam-macam masa Ivan ga omong langsung ke orang tuanya kalau mau menikah?!" tampik Tuan Mahardika merasa dipermainkan. Dasar anak nakal! Kecamnya marah. "Ini serius, Mas!" jawab Sudirman jujur. "Kaivan baru menemuiku meminta restu mewakili keluarga besar kalau kau tak mau datang, ya aku saja yang menjadi walinya." "Umm ... ya ga bisa gitu dong!" protes Mahardika. "Opo aku ga dianggap bapaknya huh?!" Tawa adiknya pecah di ujung sambungan telepon mereka. "Wes, Mas Dika dan Mba Rima tinggal restui saja, kasihan anakmu jadi perjaka tua sudah disusul adiknya kemarin!" Sudirman sialan! Teganya mengatakan demikian ke ponakannya sendiri. "Enak saja kamu bilang, Ka
Pukul 23.30 Sudah dua jam Kaivan menunggu berbaring, duduk dan berdiri berulangkali melirik gawai tak ada panggilan dari siapapun. Hampir tengah malam pangeran mulai bosan Cinderella mulai ingkar janji. Mahar lima milyar ditawarkan tetapi wanita mana yang tidak mau menerima uang sebanyak itu kecuali Amirah Lashira. Begitu takjub sekaligus menjengkelkan! Tiga hari tiga malam berada di kota Gudeg - Yogyakarta menemani kekasih hati sedang berduka tapi balasan diacuhkan seperti ini. Merana memandang kegelapan angkasa tengah malam tanpa bintang dan rembulan. Om Dirman beberapa kali menawari menginap di kediamannya namun memilih tinggal di hotel milik sendiri. Kaivan berusaha tak merepotkan keluarga adik Papa sebagai alasan klise bebas pengawasan mereka. 15 menit berlalu. Waktunya hampir habis. Tarikan nafas panjang mengangkat beban hati dan pikiran. Merelakan jika janda itu menolak lamaran tak akan kehilangan lima milyar melainkan rasa cinta menggelora yang dipadamkan dengan menikahi
Guntur sengaja datang lebih pagi ke kediaman ibunya menyiapkan lamaran untuk sepupu yang dilakukan jam sepuluh sambil menunggu kedatangan keluarga Tuan Mahardika dari Jakarta. "Mama, di mana Amirah?" tanyanya celingukan ke sekeliling rumah. "Lagi di dapur, memang ono opo toh Gun 'kan kita tinggal menyambut kedatangan keluarga Kaivan saja ga pakai acara macam-macam," ujar Bude Tantri masih menggengam sapu membersihkan teras dibantu kerabat yang lain. "Inggih Ma, aku cuma pengen ngobrol saja 'kan aku mewakili mendiang Papa untuk menjadi saksi dan wali," ujarnya pelan. "Sekalian mau minta buatkan kopi." Hmm-! Guman Bude Tantri sebal. Putra sulung hanya datang sendirian tak ditemani Laras menantunya. Masih terlalu pagi memang tapi wanita itu enggan bergabung membantu saudara iparnya sendiri. Aneh! Sementara Guntur ngeloyor ke dapur terus mencari Amirah. Sepupunya sibuk menata gelas dan piring kecil kue-kue yang akan disajikan ke tamu kehormatan calon suami dan keluarganya. "Ra, kamu
Sambutan ramah penuh kehangatan sesaat keluarga Om Sudirman tiba bersama Kaivan di tengah keluarga Bambang Hadiningrat. Tawa canda Tante Ajeng dan Bude Tantri mengalihkan duka cita atas kehilangan suami. "Nuwun sewu loh Mba Tantri jika ponakanku tetiba mengajukan permohonan melamar ponakanmu," tutur Tante Ajeng membuka suasana ketika dipersilakan masuk ke rumah Joglo khas Yogyakarta yang megah dan asri dikelilingi bunga dan pohon. Bude Tantri menggenggam tangan koleganya erat membalas perhatian keluarga calon mempelai pria. "Aku yang malah matur nuwun panjenengan sedoyo - kalian semua datang, sayang memang suamiku sudah tiada tapi semua ada hikmahnya." "Inggih Mbakyu, mungkin ini maksud mendiang Mas Bambang untuk menyatukan keluarga kita." Om Dirman menyadari takdir memberikan kesempatan kedua ponakan mereka menikah. Sementara Kaivan didamping dua sepupu Danurdara dan Darapuspita turut gembira mendengar segera menikah setelah Khirani yang belum lama menyelenggarakan pesta resepsi
Keberangkatan Aabid Barak Hakim bersama keluarga mertua ke Yogyakarta tak serta merta menjadi mudah. Semalam Papa berpesan menjaga Amirah ketika mengetahui putra sulung emosi mendengar lamarannya.Makan malam mereka jadi hambar. Alagar tak pernah mau menerima andai pria lain menikahi mantan istri. Kejadian hilangnya Amirah di luar sana karena ulah kakaknya di belakang semua ini! Tebak Aabid diam-diam.Posisi sulit baginya untuk berpihak setelah menjadi bagian dari keluarga Tuan Mahardika. Khirani pasti marah jika kakaknya terancam gara-gara tindakan brutal kakak dari suaminya.Sungguh dilemma!"Mas, itu Mba Amirah!"Teriakan Aabid spontan memandang dari kejauhan namun wanita itu tak sendirian diseret pria tak lain adalah kakaknya di seberang jalan. Brengsek kau, Alagar! Geram Kaivan murka.Raut wajahnya berubah garang calon istri diperlakukan kurang ajar berkali-kali oleh mantan suami. Mereka hampir terlambat menyelamatkan Amirah yang sedang meronta memohon dilepaskan tetapi terus di
Enam bulan kemudian."Aku terima nikahnya dan kawinnya Nayla Habiba Azhima binti Yudistira Nugraha dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" Alagar mengucap begitu tegas tanpa jeda di hadapan keluarga."Sah!" teriak penghulu mewakili keluarga besar pengantin wanita menegaskan bacaan mempelai pria begitu jelas sempurna tak terbantah. Semua bertepuk tangan bahagia dan menitikkan air mata kebahagiaan.Nyonya Nirmala terisak menyaksikan putranya menikah lagi tak sengaja beradu pandang dengan Amirah dan didapatkan senyum gembira di ujung sana. Semua mendapatkan bahagia dengan caranya masing-masing.Mantan menantu telah menikahi Kaivan kakak ipar Aabid, sekarang Alagar mengawini Nayla sepupu suami Amirah. Persaudaraan mereka semakin dekat dan akrab. Tiada permusuhan di antara mereka lagi. Usai sudah si manusia liar mengakhiri kisah hidupnya bersanding dengan anak gadisnya Om Yudis."Jaga baik-baik dan senangkan hatinya, ya sayang!""Baik 'Ma, maafin Alagar ya selama ini sudah menyusahkan Ma
Kaivan memesan menu tambahan untuknya ketika pelayan datang menyajikan lebih dulu pesanan mereka. Tawa gelinya terus bergema mengejek ipar yang tak berkutik sejak dia tiba tadi."Ayolah bro, relax!"Relax matamu! Alagar makin melotot setelah latar belakangnya dibuka satu persatu di depan Nayla dan Om Yudis. Tak ada kesempatan menjelaskan percakapan mereka didominasi ayahnya si kembar Samy dan Salsha."Om Yudis, memang brengsek ini mantan suami Amirah tetapi dia sudah banyak berubah," tutur Kaivan jujur.Mata tuanya mengamati ponakan dan kekasih Nayla duduk berdampingan. "Kau yakin, iparmu ini cukup baik karena baru saja melamar putri bungsuku?!""Ya tinggal terima atau tolak saja Om, kalau ga suka," tegas Kaivan. "Persoalan pernikahan sungguh rumit tapi semua keputusan utama pada ayahnya Nayla bukan calon suaminya!"Berbeda dengan perkawinannya. Amirah sudah menjadi janda bebas memutuskan hidupnya sendiri menikahi CEO Kaivan, sementara sepupu Nayla masih tanggung jawab ayahnya, Om Yud
Terkejut Om Yudis ketika melihat putrinya tak datang sendirian tapi membawa teman kencan. Seorang pria yang terlihat mapan berbeda usia bukan lagi seperti pacar yang dulu pernah diceritakan olehnya."Hai Papa, apa kabar?" sapa Nayla sambil memeluk dan mengecup pipi ayahnya."Hai, sayang," sambutnya senang kemudian merangkul putri kesayangan. "Maaf Mamamu 'ga bisa ikut ke sini sedang sibuk dengan keluarga kakakmu Alex baru datang mengunjunginya ke Paris."Nayla mengangguk. "It's okay, lagian Papa kenapa nengok aku 'kan sudah dewasa dan kuliah master sudah selesai, sekarang baru kerja di kantor yang baru masa harus diawasi terus!" gerutunya sebal.Tersenyum pria paruh baya mengusap kepala anak perempuan bungsu yang belum menikah lalu memandang pria asing di belakangnya tadi. "Nay, Ini siapa, kok Papa belum dikenalkan?!"Eh iya.Belum sempat putrinya berucap pria itu lebih dulu menyodorkan tangan berkenalan dengannya. "Malam Om, senang bertemu anda, aku Alagar kawannya Nayla."Kawan atau
Rindu Alagar sudah lama tak bertemu karena kesibukan pekerjaan mereka masing-masing hingga akhirnya memutuskan menghubungi Nayla teman kencan yang baru. "Hai 'Nay, apa kabarmu?""Agak sibuk di kantor belakangan ini, bossku agak menjengkelkan semua staff kena omel karena perusahaan sedang ada masalah tapi aku 'sih engga, mungkin karyawan baru jadi tak pernah sekali papasan dengannya.""Oh, okay." Alagar pun memahami gadis itu baru pindah kerja masih menyesuaikan suasana. "Terus kapan kita bisa ketemuan dong, 'Nay?""Akhir pekan aja gimana, kebetulan Papaku mau datang, yuk Mas temani aku?!" desak Nayla. Pfft! Seperti lamaran saja harus jumpa mertua."Aku dapat menemani cuma apakah tak jadi masalah bagi kamu dekat denganku?!" Pertanyaan menyakitkan buat Alagar sendiri tak ingin gadis itu sedih atau terluka akibat status duda disandangnya. Banyak orang tua menghendaki anak gadisnya menikahi pria single."Jangan begitu dong, sudah tiga bulan kita kenalan memang ga ada rencana mau serius?"
"Ra, Alagar kemana ya kok sudah berbulan-bulan tak melihatnya lagi?!" Kaivan tersadar kehilangan saudara ipar yang menjengkelkan kecuali Aabid Barak Hakim. Amirah mengangkat bahu. "Mana aku tahu, Mas! Nanti kalau sering bertanya tentangnya malah kamu uring-uringan cemburu jadi malas 'kan ribut hal itu lagi." "Tak usah cemburu wong dia sudah kalah telak dariku," sahutnya pongah. Lengannya langsung kena tepukan keras dari sang istri. "Loh, kok aku yang dipukul?" "Mas, kamu jangan begitu, kalian 'kan saudara ipar sekarang karena pernikahan Aabid dan Khirani," omel Amirah. "Mbokya dinasihati Mas Alagar supaya hidupnya berubah 'ga liar lagi, malu sama Bagas kalau sudah besar papanya sering gonta ganti perempuan." "Iya-aa cintaku, nanti aku tanya Aabid di mana manusia liar itu berada sekarang, kangen juga sudah lama 'ga berantem dengannya." Ishh. Guyonan dibalas mata melotot istrinya. Kaivan pun menghubungi suami Khirani daripada kena omelan. Ternyata brengsek itu sedang berada di Amer
Kabar kelahiran anak kembar Amirah terdengar sampai ke negeri Paman Sam. Musim dingin sepi dan sunyi tanpa seorangpun mendampingi membuat sedikit hati Alagar Hakim sedih.Mantan istri telah bahagia dengan suami kedua dan langsung memberikan dua anak sehat sempurna. Utang yang dibayar tunai setelah perceraian mengenaskan. Mengalahkannya dalam semua sisi kehidupan.Alagar kini sendiri tanpa anak istri.Putra mereka lebih gembira bersama Kaivan yang menyayangi Bagaskara sebesar cinta di lautan luas. Kadang sempat berbincang saat Bagas menginap di rumah orang tuanya agar tetap diakui sebagai ayah, bukan orang asing baginya. Dan anak itu memahami memiliki dua papa ternyata mengasyikkan juga.Dunia anak memang istimewa. Sayang dia baru merasakan arti memiliki setelah kehilangan.Di luar cafe sedang rintik hujan udaranya makin dingin. Alagar merapatkan jas menunggu reda. Tak sengaja menoleh ke seorang wanita muda saat masuk mencari kursi kosong namun sayangnya semua penuh terisi kecuali ...
Waktu persalinan yang lebih cepat dua minggu dari perkiraan dokter kandungan. Untunglah Amirah segera ditangani sebelum air ketuban pecah di jalan tadi. Kaivan benar-benar pria posesif siaga menjaga istri sampai menyiapkan keperluan sebelum ke rumah sakit tadi.Tangisan dua bayi tiba-tiba memecah keheningan di ruang operasi. Persalinan berjalan lancar, ibu dan anak kembar sehat selamat. "Terima kasih, sayang." Kecupnya di kening istri tersayang seraya berucap, "Kau telah menjadikanku suami dan ayah yang paling bahagia."Senyum Amirah mengembang, "Terimakasih juga sayang, kamu telah membuatku ibu yang sempurna bagi anak-anak kita." Persalinan kedua baginya untuk anak kembar pertama Arif Kaivan Mahardika.Sungguh kado yang istimewa bagi pernikahan mereka.Bayi kembarnya belajar menyusui, mulut Samy benar-benar melahap air susu ibunya sementara Salsha kalem tenang. Begitulah bedanya antara anak laki-laki dan perempuan.Pasien VVIP dipindahkan dari ruang operasi menuju kamar rawat inap. K
Pesta pernikahan Celine dan Benedicto berlangsung lancar dan meriah setelah dua minggu kepulangannya dari Asia. Hubungan mereka berangsur bahagia setelah pria itu kecewa dikhianati tunangan Luisa Esperanza mengakui tak mencintai memilih menjadi simpanan pria tua kaya raya untuk memuaskan gaya hidupnya. Senator Andres langsung memutuskan Luisa setelah melihat photo dan video seksi mereka di sebuah kolam renang di kota kecil Spanyol. Tuan Nareswara berhasil meruntuhkan kekuasaan dan wibawa besan sebelum rekaman itu dipublikasi menyebar ke seluruh penjuru dunia. Benar-benar keluarga memalukan! Belum lagi putrinya Sophia juga melakukan hal sama persis ayahnya. Kekasihnya senator Fernando mendapat teguran keras darinya agar selamanya menjauh dari keluarga Abimanyu Nareswara. Kekacauan dan kerusakan luar biasa menimpa kehidupan mereka. Dalam jamuan makan malam, Tuan Nareswara yang duduk berdekatan Tuan Andres berjabat tangan setelah menyelesaikan seluruh masalah. Cucu mereka tampak baha
"Senang bertemu anda lagi, Tuan Kaivan." Bimantara menjabat tangan sang CEO meredakan kemarahan yang hampir tidak bisa dikendalikan lagi. "Sorry, aku datang terlambat karena kemacetan dari bandara ke sini." "Tak masalah, yang penting akhirnya kau datang sebelum ku habisi putri Abimanyu!" sungut Kaivan emosi. Tawa Bimantara berderai sambil menepuk bahu suami Amirah. "Jangan lumuri tanganmu untuk gadis kotor seperti dia," tuduhnya ke Celine Dupuis. "Sudah terlalu baik kau terhadap keluarganya mengangkat martabat dari kebangkrutan dan kini bangkit membangun bisnis kembali." Begitulah Kaivan yang didesak istrinya sendiri agar tak berbuat lebih kejam membalas keluarga Papa Bisma memilih menyelamatkan ekonomi mereka. Dan semua juga karena bayi dikandung Amirah mengalahkan sisi gelap suaminya. Putri bungsu Abimanyu makin tersudut menunduk malu. Duduk serba salah setelah kedatangan Bimantara yang begitu tiba-tiba. Opa Nareswara pasti mengutusnya untuk membawanya pulang ke Paris. Sial! "M