‘’Nggak, Bi. Dodo itu orangnya baik kok. Nggak boleh berprasangka buruk sama orang lain. Apalagi tanpa bukti, iya kan?’’ kataku dengan lembut.Dia begitu membutuhkan pekerjaan ini, jadi mana mungkin dia akan macam-macam. Lelaki itu baik dan sopan menurutku. Seketika putri semata wayangku terbangun dan bergegas memelukku dengan erat. Membuat aku dan bibi Sum saling tatapan.‘’Eh, anak sayang Mama udah bangun nih. Nyenyak banget tidurnya ya, Nak?’’‘’Iya, Ma. Adik mimpi Papa.’’Membuat aku terkesiap,’’Papa?’’ ulangku kemudian yang melepaskan pelukan dari buah hatiku itu.‘’Papa meninggalkan kita. Papa jahat banget,’’ lirihnya dengan suara bergetar. Itu membuat aku tersentak dan hatiku terenyuh. Aku coba menarik napas dan mengeluarkannya, agar pikiranku sedikit tenang. Aku tak bisa berkata yang sejujurnya pada anakku ini, seusia dia masih tak tahu apa-apa. Ya Allah! Tolong bantu aku.‘’Dik, Papanya kan sibuk kerja di kantor.’’ Bibi bersuara mewakilkanku, karena aku yang tak kunjung bicar
Hatiku hancur mendengar tuduhan menantuku, dia menuduh anakku bermain api di luar sana dengan wanita lain hingga di Rahim wanita itu tumbuh benihnya Deno. Daripada hatiku semakin hancur lebih baik aku matikan sambungan sepihak telepon itu. Kuletakkan benda itu dengan kasar ke tempat tidur.‘’Apa benar itu semua? Atau cuman karangan istrinya saja?’’ Aku kembali meraih benda canggih itu dan langsung menghubungi nomor kontak seseorang.Berdering…Namun, tak kunjung diangkat. Atau memang benaran? Hingga Deno tak mau mengangkat telepon dariku karena dia takut. Ah, tapi aku tahu betul bagaimana anak semata wayangku itu. Dia sangat mencintai istrinya, tak mungkin dia selingkuh di luar sana.‘’Assalamua’laikum, Ma!’'‘’Nggak usah berbasa-basi! Mama tahu kamu berusaha menutupi ini semua dari Mama dan Papa kamu. Kamu selingkuh?!’’ kataku tak menyahut ucapan salamnya.‘’Ma, Mama tenang dulu ya. Aku bisa jelasin semuanya.’’‘’Tenang? Bagaimana Mama bisa tenang sementara rumah tanggamu lagi hancur
‘’Apa maksud kamu, Juwita?!’’‘’Saya tahu Ibu sulit untuk menerima kenyataan ini,’’ sahutnya lirih, yang menurutku bertele-tele jawabannya. Apa maksud wanita ini? Dia tampak bergegas meletakkan sapu di dinding dan buru-buru memasuki rumahnya. Mau apa dia?‘’Juwita! Saya belum selesai bicara sama kamu!’’ teriakku, namun dia tak mempedulikanku.Hingga membuat aku mematung di terasnya, pikiranku terus bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya? Apa yang dimaksud oleh wanita yang bernama Juwita itu?‘’Kamu jangan berbelit-belit! Katakan pada saya. Apa maksud kamu?’’ ulangku karena melihat wanita itu bergegas kembali melangkah ke luar sambil memegang benda canggih di tangannya.Dia tak menoleh padaku, melainkan tangannya asyik berselancaran di benda itu. Membuat aku kesal saja. Padahal aku ke sini untuk meminta bantuan pada wanita itu. Eh, malah aku dibuatnya kesal. Membuat aku badmood untuk meminta bantuan padanya. Lagian dia seperti enggan untuk membantuku.‘’Nih, Ibu lihat sendiri aja!’’ Dia me
‘’Iya, Bibi tenang aja yah. Tapi aku yakin kalo Naisya itu mau bermain sama Dodo,’’ kataku mencoba meyakinkan si Bibi, namun dia wajahnya seperti kurang percaya dengan apa yang barusan kukatakan. Entah kenapa, aku pun tak tahu. Wanita itu bergegas melangkah tanpa menyahut ucapanku.‘’Bi? Sebentar.’’‘’Ah, iya, Bu?’’ Wanita separuh baya itu menghentikan langkahnya dan menoleh seketika.‘’Bibi harus pandai membujuk Naisya. Aku yakin kok kalo Bibi bisa membujuknya,’’ kataku sambil menatap si Bibi yang ekspresinya sulit kuartikan.‘’Iya, Bu. Akan Bibi coba ya.’’ Dia mengangguk dan bergegas kembali melanjutkan langkahnya memasuki rumah.Mataku beralih menatap lelaki yang berseragam itu, yang sedari tadi mematung. Seketika benda canggih di saku-sakunya berdering. Namun, dia hanya memandangi layar benda itu tanpa menjawab panggilan tersebut.‘’Siapa sih yang nelpon Dodo? Kok dia nggak mau mengangkat telpon itu?’’ gumamku dalam hati.‘’Do, siapa? Kok nggak kamu angkat?’’‘’A—anu, Bu.’’ Dia g
Aku kasihan sekali pada majikanku. Kemarin dia selesai kecelakaan setelah menyerahkan suaminya pada si pelakor. Mereka berselingkuh ternyata sudah empat tahun lamanya, namun Bu Nelda tak pernah mengetahui perselingkuhan itu. Ya, saking polos dan baiknya wanita yang bernama Bu Nelda. Seringkali hatiku bertanya-tanya, kok bisa-bisanya Pak Deno berselingkuh di belakang istrinya?Lelaki tak tahu diuntung dan tak pernah bersyukur. Padahal istrinya menemani dari nol, mulai dari dia yang tak punya apa-apa. Bu Nelda selalu bersikap sabar, dia menerima apa adanya keadaan suaminya itu, tak pernah mengeluh, dan bahkan dia meminta papanya untuk memberikan pekerjaan pada Pak Deno hingga naik daun. Tetapi apa balasan dari seorang Pak Deno setelah dia punya segalanya? Lelaki itu malah main api di belakang sang istri.Aku tak habis pikir dengan isi kepala Pak Deno, kok bisa-bisanya dia tega menyakiti istri sesempurna Bu Nelda? Kenapa aku mengatakan istri yang sempurna? Dia wanita yang pintar memasak
'Ya Allah! Kenapa wanita sebaik Ibu berat sekali ujian yang engkau berikan'Ya, bu Nelda adalah wanita baik dan berhati malaikat yang pernah aku kenal. Dia begitu baik padaku. Memberiku pekerjaan di rumahnya, apapun dia berikan padaku, dan gaji pun berlebih diberikannya. Dia memperlakukanku bukan seperti ART, melainkan seperti keluarganya sendiri. Hanya aku saja yang selalu segan padanya. Dia orangnya tak perhitungan, apa pun yang ada padanya dia mau berbagi.‘’Bi?’’ panggilan wanita seberang sana mampu membuyarkan lamunanku.‘’Ah, iya, Bu. Nanti akan Bibi bilang ke Mas itu, supaya membawa Naisya secepatnya ke rumah. Ibu jangan khawatir ya.’’‘’Udah dulu ya, Bu. Assalamua’laikum,’’ kataku yang bergegas menyudahi pembicaraan dengan majikanku itu. Takutnya nanti mulutku malah ceplos bicara sama majikan. Aku kembali melangkah ke tempat mereka, namun langkahku terhenti seketika.‘’Makasih banyak ya, Do. Kamu udah bawa Naisya untuk aku ke sini.’’ Apa maksud ucapan lelaki itu?‘’Maksudnya,
Berulangkali Mas Deno mencoba melepaskan gandengan tanganku. Berulangkali juga aku menggandeng tangan kekarnya. Jujur saja, sebenarnya aku hendak meluapkan amarahku padanya. Karena dia telah berani pergi tanpa seizinku. Sejak tadi aku sibuk mencari keberadaan kekasihku itu, namun tak kudapati keberadaannya. Hingga membuat aku memutuskan untuk jalan-jalan ke luar mengendarai mobil, menghalau rasa suntuk sekaligus juga mencarinya.Eh, ternyata aku melihat kekasihku itu tengah berdiri di dekat warung kecil. Ada anaknya, pembantu dan juga lelaki yang berpakaian security. Ingin rasanya aku menjelaskan semuanya ke bocah kecil itu kalau aku adalah calon mama tirinya. Namun, dia sudah keburu pergi dibawa oleh pembantunya itu. Tapi aku sempat bicara, entah dia mengerti dengan apa yang kukatakan atau bagaimana. Yang penting aku sudah mengatakan yang sebenarnya.‘’Mas, kenapa sih kamu ini?’’ kesalku karena sejak tadi dia seperti menghindar dariku.‘’Humm. Kamu sih, jangan didekat anakku bersikap
Yang ditanya malah mematung dengan ekspresi yang sulit untuk kuterjemahkan. Apa anakku tak jadi beli es krim kesukaannya? Kalau tak jadi, lalu Naisya ke mana dibawa oleh security baruku itu?‘’Bi?’’ panggilku, sengaja aku menaikkan suara agar wanita itu tersadar dalam lamunannya. Entah apa yang tengah di pikirkannya kali ini. Tak biasanya si bibi termenung bak patung yang dipajang.‘’Ah ya, ma’af, Bu.’’ Aku menggeleng seketika.‘’Ada apa sih, Bi? Bibi ada masalah apa? Coba cerita ke aku. Mana tahu aku punya solusi atau sekurangnya bisa membuat Bibi lega setelah menceritakan semuanya.’’ Aku menepuk lengan wanita separuh baya itu dengan pelan.‘’Bibi nggak ada masalah apa-apa. Hanya saja Bibi kepikiran sama lelaki yang bernama Dodo itu. Dia mencurigakan banget, Bu,’’ bisiknya padaku. Tentu membuat aku tersenyum lebar. Entah ke berapa kalinya si bibi mengatakan hal ini padaku. Kuhela napas dengan pelan.‘’Ya Allah! Udah sering aku bilangin ke Bibi. Itu cuman perasaan Bibi aja kali. Sesop