Seketika Kaysha menitikkan air mata yang sudah tidak bisa di tahan. Khaidir menjadi khawatir dan bertanya kepada istrinya. “Ada apa Sayang, kenapa kamu menangis? Kamu tenang saja Tante Lisa akan mendapatkan ganjarannya setelah semua bukti berhasil kita dapatkan. Aku juga sedang berusaha mencari keterangan apakah benar Tante Lisa itu sakit atau hanya alibinya saja, tapi untuk sementara kita anggap tidak tahu dan bersikap seperti biasa, Oke?” Jelas Khaidir.Wanita cantik itu lalu memeluk erat suaminya. Khaidir kembali terkejut saat ekspresi Kaysha yang berlebihan. “Hey, ada apa sih? Kenapa kamu sangat dramatis banget?” ejek Khaidir tersenyum.“Mas, maafkan aku Mas, maaf sudah meragukan kamu, meragukan kepercayaan kamu. Aku sempat berpikir kalau kamu sama saja dengan Bagas dan Dewa karena ingin merebut hartaku saja, aku masih trauma dengan semuanya ini. Aku merasa semua pria sama saja tidak tulus mencintai, tapi sekarang aku percaya kamu memang tidak seperti itu, aku percaya kalau nilai-
Khaidir meletakkan ponselnya di samping nakas dan segera memejamkan matanya. “Apa yang dibicarakan sama Mas Khaidir, ya, kok aku jadi penasaran?” tanya Kaysha dalam hati.Wanita cantik itu berusaha untuk memejamkan matanya lagi tapi rasa penasaran kembali muncul di benaknya. Kaysha menatap ponsel Khaidir yang diletakkan di samping nakas itu. “Aku masih penasaran, atau bagaimana kalau aku lihat sebentar apakah dosa enggak ya?” Kaysha masih ragu tapi rasa penasaran masih menyelimuti hatinya. Dia pun beranjak pergi ke samping Khaidir. Sekarang dia berdiri tepat ponsel itu tergeletak. Tangannya gemetar saat ingin mengambil ponsel itu dan berhasil.“Maaf Mas, aku intip sebentar ya,” ucapnya pelan. Dengan cepat Kaysha mengaktifkan kembali ponsel itu. Untung saja Kaysha mengetahui pola di ponsel Khaidir. Tidak ada yang aneh saat membaca pesan di sana. Bahkan nomor telepon pun tidak ada yang aneh. Buru-buru Kaysha mengembalikan ponsel itu pada posisi semula. Di saat itu juga mata Khaidir
“Ada apa Mas, Kenapa kamu diam? Pokoknya aku tidak mau kembali dengan Bagas, jika dia mempengaruhi Fatih dengan cara seperti itu maka kalian akan mengenang namaku saja, aku tidak sanggup untuk hidup satu atap dengannya. Kata orang Allah saja maha pengampun kenapa manusia tidak? Ya aku memang memaafkannya tapi bukan untuk menerimanya kembali. Aku akan bertambah gila jika ...” Fatih!” panggil Khaidir agar Kaysha tidak terus mengoceh. Kaysha menoleh ke belakang dan baru menyadari kalau ada Fatih di belakang mereka.“Kenapa Mas enggak bilang kalau ada Fatih di sana?” bisik Kaysha menahan malu.“Kamu saja yang tidak peka saat aku beri isyarat,” protes Khaidir menyalahkan Kaysha.Fatih mulai mendekati mereka perlahan-lahan. Menatap secara bergantian wajah mereka. Anak tampan itu kembali menatap wajah Kaysha, terdapat sisa linangan air mata di pipinya. Dengan tangan mungilnya dia menghapus jejak air mata itu.“Apa yang Bunda tangisi, tidak ada yang kecelakaan atau yang meninggal? Apa yang m
Syeira terlihat kesal dan marah mendengar ultimatum pria hitam manis itu. Semakin dia kesal semakin ingin mendapatkan Khaidir yang baginya sulit ditaklukkan. “Kamu jangan ambil hati ya kalimat Mas Khaidir tadi, sebenarnya dia sangat khawatir jika kamu berpakaian seperti ini, apalagi saat ini keadaan kita tidak dalam keadaan baik, Ra.” Kaysha berusaha mencairkan suasana yang terlihat wajah wanita itu cemberut. Syeira bingung dengan perkataan Kaysha. “Maksud Mbak?” Syeira mengerutkan dahinya. “Barusan ada berita di televisi kalau tempat Dewa di tahan mengalami kebakaran hebat, dan ada sepuluh orang yang melarikan diri termasuk Dewa,” lanjutnya lagi. Mata Syeira melotot saat mendengar kalimat Kaysha barusan. “Mas Dewa? Dia kabur dari tahanan? Dan bagaimana jika dia datang dan .... Aku takut Mbak,” jawabnya dengan nada gemetar.Kaysha mencoba menenangkan hati Syeira, membawa ke pelukannya. Fatih hanya mengamati kedua orang dewasa itu bicara. Entah kenapa dirinya merasa ada sesuatu yan
“Kamu jangan salah sangka dulu, ini hanya menurut pandangan saya. Sekarang kalian pikirkan saja di zaman seperti ini masih ada orang baik yang betul-betul ikhlas menolong? Nggak ada semua butuh timbal balik. Tidak ada yang gratis semua dinilai dengan uang,” jelas Bagas menggebu-gebu.Mereka saling pandang saat Bagas meracuni pikiran mereka. “Saya memang baru mengenal Pak Khaidir delapan bulan yang lalu tapi saya sudah bisa mengenal orang yang mana tulus dan tidaknya membantu orang lain. Beliau bukan dari orang berada sama seperti saya tapi tekadnya untuk mengubah hidup kami untuk lebih maju sangat kami hargai dan sangat berterima kasih karena sudah menolong kami,” jelas Danang bersemangat. Begitu juga dengan yang lainnya membenarkan kata Danang dengan menganggukkan kepalanya. “Yang dikatakan Mas Danang memang benar Pak, saya ini hanya sebagai ibu rumah tangga, suami saya sakit stroke tidak bisa melakukan apa pun hanya terbaring di tempat tidur, tapi seperti yang Mas Danang saya bert
“Halo! Mas ... kamu masih di sana kan?” Khaidir baru tersadar kembali saat mendengar suara teriakan Kaysha dari ujung telepon. Rupanya orang yang menghubungi Khaidir adalah istrinya sendiri. Saat Bagas mengatakan niatnya untuk datang ke rumah Kaysha rupanya sambungan telepon itu masih bisa didengar oleh Kaysha. Sontak saja semua percakapan mereka terdengar jelas oleh wanita cantik itu.“Mas, nyalakan speaker nya aku bicara dengan orang itu!” “Tidak usaha Sayang, biar aku saja ....”“Mas, tolong nyalakan sekarang!”Khaidir menghela napas panjang. Mau tak mau Khaidir menyalakan speaker itu mereka pun agak menepi ke ujung ruangan agar tidak terdengar oleh para pengunjung. Namun, masih terlihat dan akan di dengar oleh orang lain sehingga dia memutuskan untuk pergi ke ruangannya disusul Bagas mengikuti langkah Khaidir. Sedangkan Bu Rahmi dan Danang segera mengambil tanggung jawab untuk menjaga cafe, mereka berdua adalah kepercayaan Khaidir.“Sungguh terlalu orang itu sudah dikasih jant
Kaysha kembali memeluk Fatih lalu mencium wajah anak tampan itu sehingga sedikit risih. “Ih Bunda, Fatih sudah besar kenapa diciumin terus?” protes Fatih dengan bibir mengerucut.“Maaf Sayang, soalnya kamu sangat menggemaskan.” Kaysha tersenyum bahagia. “Senyuman ini jangan sampai hilang dari Bunda ya, Fatih sangat suka dengan senyuman Bunda, jika Bunda bahagia Fatih juga bahagia jika Bunda menangis pasti Fatih ikut menangis. Fatih janji menjadi anak yang baik dan pintar tapi Bunda janji jangan menangis lagi.” Kaysha memegang kedua tangan Fatih dan menciumnya. “Bunda nggak akan menangis lagi, Bunda janji, sekarang kita tidak perlu memikirkan masalah lain, Oke?” punya Kaysha. Fatih mengangguk cepat.Sementara itu di cafe. Bagas masih terlihat kesal karena perdebatan panjang melalui telepon itu sudah membuat Fatih mendengarkan semuanya. Dia pun masih menyalahkan Kaysha mungkin menyuruh Fatih untuk mendengarkan pembicaraan mereka. “Kamu sudah dengarkan apa yang dikatakan Fatih? Unt
“Halo siapa ini?” “Akhirnya kamu mau menjawab telepon saya, Bagas!” Bagas terkejut dengan suara itu yang sangat dia kenal. “Ka—kamu, bagaimana ...?”“Apa yang kamu pikirkan, Bagas? Sepertinya kamu merasa kesakitan saat kaki palsumu ditendang kuat oleh Khaidir. Apa kamu baik-baik saja?”“Ba—bagaimana kamu tahu kalau aku sedang terkena musibah?” “Ayolah Bagas, jangan munafik. Lebih baik kamu segera datang ke alamat yang akan aku kasih ke kamu. Tentunya ada hal yang harus kita bicarakan, bukankah musuh kita sama, bagaimana kalau kita melakukan sesuatu dengan mereka?” “Apa maksudmu?” “Ayolah Bagas, saya tahu kamu sangat dendam dengan Khaidir, kamu ingin membalas sakit hatimu, kan?” Bagas terdiam sejenak. “Jangan banyak berpikir cepat datang ke tempat yang saya kirimkan. Dan ingat jangan macam-macam jika nyawamu ingin selamat!” Orang itu segera mematikan sambungan teleponnya dan tak lama kemudian kembali terdengar notifikasi kalau ada pesan masuk. Bagas lalu membaca isi pesan itu