Tanpa berpamitan dengan Bu Rina, Bagas dengan cepat menyusul dua wanita itu yang berjalan melaluinya rumahnya. Ingin berteriak tapi tidak ingin Ibu dan kakaknya mendengar teriakan Bagas. Meskipun agak susah membawa kursi roda itu dia tetap berusaha untuk sampai menemui dua wanita itu yang masih berjalan pelan di depannya. “Permisi Mbak!” panggilnya saat Bagas sudah sampai di di belakang mereka. Dua wanita itu menoleh ke belakang dan berhenti seketika.“Ya Mas, panggil kami?” tanya salah satu wanita itu.“Iya Mbak, maaf saya mau numpang tanya tadi saya dengar katanya ada warung siomay yang baru di buka boleh saya tahu di mana ya Mbak, soalnya saya penggemar berat makanan itu? ”tanyanya mencari informasi.“Oh warung siomay memang ada baru dibuka, tempatnya enak banget Mas, apa lagi siomaynya, saya aja sampai bawa dua bungkus lagi untuk di rumah,” jawab wanita itu bersemangat.“Kalau saya bukan itu saja tapi pemiliknya ganteng banget, andaikan dia belum menikah pasti aku ikut antre untu
“Ka—kamu mengenal dia?” tanya Bagas masih bingung.“Ya, dia teman kuliah tapi dia memutuskan untuk meneruskan kuliahnya diluar negeri. Dan saat kembali dia sudah membuat hidup saya menjadi sepi,” lanjutnya lagi.“Maksudmu?” “Entah sengaja atau tidak dia yang telah mengambil nyawa adik dan Bapak saya sepuluh tahun yang lalu,” jawab Khaidir membuat kedua mata Bagas melotot.Pria hitam manis itu pun menjelaskan kronologi saat peristiwa itu. Tentu saja Bagas terkejut, karena dengan kekuasaan dan uang semua bisa dibeli. Apalagi dengan Kaysha yang akan dia singkirkan jika menghalangi jalannya untuk bisa mengambil semua harta warisan itu. Khaidir pun menceritakan tentang Fatih yang hampir mirip dengan wajah adiknya yang meninggal. Seakan hidup kembali Khaidir yang kebetulan ada di rumah sakit melihat Fatih hatinya terenyuh dan ingin menolongnya untuk biaya kekurangan di rumah sakit. Lagi-lagi Bagas merasa tertampar karena sebagai ayah kandung malah tidak bisa berbuat apa-apa untuk anakny
Bagas kembali termenung dengan ucapan Bu Ratna. Setiap rencana yang dibuat oleh wanita bergelar ibu itu sangat berbahaya tapi dia pun tak ingin ibu dan kakaknya terkena imbasnya karena masalah ini. Entah apa yang terjadi saat membuat hatinya dilema. Dia pun harus waspada meskipun dia tinggal satu rumah dengan Ibu dan Bella tidak menutup kemungkinan mereka bisa saja menjadi pengkhianat untuk mencari aman bagi dirinya sendiri.“Ya Allah apa yang harus aku lakukan? Aku sangat bingung dan kakiku tidak bisa dipakai, seandainya saja waktu bisa kembali seperti dulu, aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik agar Kaysha tidak merasa sendiri, aku bisa melindungi dan menjaganya. Ya memang Khaidir adalah orang yang tepat,” ucapnya dalam kegelisahan.Bagas lalu mengambil ponselnya dia lalu mengirimkan pesan untuk Khaidir tentang rencana buat besok pagi. Dia tidak mungkin menghubunginya karena tidak ingin Bu Ratna dan Bella atau orang informan akan mengamati gerak gerik dirinya. “Aku h
“Sepertinya memang mereka yang kita cari, gerak geriknya sangat mencurigakan,” sahut Khaidir masih menatap ke arah dua wanita yang terlihat gelisah.“Elo benar Dir, mereka mungkin masih amatiran, terus apa yang kuat lakukan? Apakah langsung menangkap mereka?” tanya balik Rahmad. “Sepertinya tunggu sebentar lagi, kita selidiki dulu jika mereka bergerak akan mengambil Fatih tentu saja kita langsung menangkapnya,” lanjut Khaidir. “Oke, terserah elo aja.”Khaidir dan dua sahabatnya masih mengintai. Ahmad dan Ipul membaur dengan kerumunan orang yang memang pada saat ini sekolah memang ramai karena banyak wali murid mendaftarkan anak-anak sekolah. Khaidir masih memantau dari luar. ***Setengah jam berlalu akhirnya Fatih keluar. Entah di mana Kaysha dan Bu Salwa yang terpisah dari Fatih. Khaidir melihat jelas kalau Fatih sedikit kebingungan karena selain kakinya masih belum terlalu pulih kini kedua wanita penjaganya tidak nampak.“Di mana Kaysha dan Ibu?” geramnya saat melihat Fatih cema
“Stop!” teriak lantang seorang pria yang duduk di kursi roda. Semua orang seketika berhenti berdebat dan menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara. Itu. Fatih dan Khaidir pun terkejut melihat Bagas. “Ayah Bagas? Benarkah dia membantu kami?” tanya Fatih dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Bagas mendekati di kerumunan itu di mana Khaidir dan Fatih berdiri. “Kenapa kalian meributkan siapa Khaidir sebenarnya? Siapa kalian bisa menghakimi seseorang seperti itu?” teriaknya dengan nada marah.“Dan siapa kamu, kenapa kamu membela orang ini? Apa kamu keluarganya juga?” tanya salah satu warga di sana. Bagas menatap nyalang kepada Bu Rina dan Bella. Bu Rina memberikan isyarat tapi Bagas malah terlihat sangat marah. “Ada apa dengan Bagas, jangan bilang dia ingin membongkar semuanya,” batin Bu Rina menjadi khawatir.“Kenalkan saya Bagas dan saya adalah ayah kandung anak ini yaitu Fatih. Dan memang benar kalau mantan istri saya menikah lagi dengan orang lain yang tidak lain adalah orang ya
Polisi bergerak cepat membawa Bu Rina dan Bella. Pihak polisi juga meminta beberapa keterangan dari warga sekitar yang sempat melihat kejadian menghebohkan itu. Mereka juga meminta rekaman CCTV di sekitar area sekolah. Mau tak mau mereka pun memberikannya dan itu pun menjadi sorotan karena pelaku kejahatan itu menggunakan sekolah untuk melakukan aksi bejatnya. “Pul, Ibu titip Fatih tolong antar dia pulang ke rumah dan pastikan semua kalau keadaan rumah baik-baik saja, kasih tahu juga sama Mbok Darmi pasti dia sangat cemas,” pesan Bu Salma.“Fatih ikut saja sama Nenek, Fatih takut nanti kalau di rumah orang itu datang lagi bagaimana? Dan Papa tidak ada di rumah,” sahut Fatih yang masih syok mendengar kalau bundanya tidak ada. Bu Salma melirik ke arah Bagas. “Apakah kamu bisa dipercaya?” Bu Salma menatap tajam ke arah Bagas. “Saya memang sudah melakukan kesalahan dimasa lalu tapi bolehkah saya membantu sekali lagi?” pinta Bagas memelas. Bu Salma sebenarnya masih ragu tapi dia pun t
Sambungan telepon itu tersambung. Bagas semakin terkejut karena itu tandanya kalau Dewa sudah berada di Indonesia. Sampai ketiga kalinya baru telepon itu terdengar suara khas dari pemilik pria tampan itu menyahut.“Selamat pagi Bagas!” “Kurang ajar kamu Dewa, apa yang kamu rencanakan sebenarnya? Kamu menculik Kaysha?” “Ya ketahuan ... Kamu memang pintar Bagas tapi kamu terlambat untuk menyadarinya. Sudah aku bilang kalau rencanaku akan selangkah lebih depan dari kamu dan terbukti, kan?” “Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Dewa? Kamu tidak mencintai Kaysha, kenapa kamu ingin membuat hidup Kaysha menderita?” “Karena dia telah berani menikah dengan orang lain tanpa sepengetahuan aku, dan sekarang aku akan melenyapkannya sehingga tidak ada yang bisa mendapatkan wanita itu, tapi sebelumnya aku ingin bermain-main dulu dengan tubuhnya sebelum aku melenyapkannya. Katakan apa yang kamu suka dari tubuh Kaysha, meskipun dia seperti barang second tapi aku yakin dia sangat memuaskan diatas ra
Wanita cantik itu baru terbangun dari tidurnya. Efek dari obat yang diciumkannya mulai memudar. Sakit kepala langsung menyerang saat dia perlahan-lahan membuka matanya.“Ah ... di mana aku ini, kenapa begitu asing dan ...” Kaysha baru menyadari kalau tangan dan kakinya seperti terikat kuat dengan tali karena posisi duduk. Kedua tangannya terikat ke belakang dan kakinya pun tidak bisa di gerakkan. Kaysha berusaha untuk melepaskan tali itu tapi usahanya pun sia-sia. Apalagi ruangan itu begitu gelap tidak ada cahaya apa pun yang bisa dia lihat meskipun kedua matanya tidak tertutup. “Tempat apa ini, kenapa aku ada di sini? Tolong! Lepaskan! Siapa kalian!” teriak Kaysha berusaha berontak di tempat duduknya tapi seolah tidak ada orang yang mendengarkan teriakannya. Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah kaki menuju ke dirinya. “Si—siapa kamu!” Apa maumu!” teriaknya lagi.Tak ada jawaban, tapi ada sebuah tangan yang membelai halus wajah Kaysha. Wanita cantik itu sangat takut karena