Sambungan telepon itu tersambung. Bagas semakin terkejut karena itu tandanya kalau Dewa sudah berada di Indonesia. Sampai ketiga kalinya baru telepon itu terdengar suara khas dari pemilik pria tampan itu menyahut.“Selamat pagi Bagas!” “Kurang ajar kamu Dewa, apa yang kamu rencanakan sebenarnya? Kamu menculik Kaysha?” “Ya ketahuan ... Kamu memang pintar Bagas tapi kamu terlambat untuk menyadarinya. Sudah aku bilang kalau rencanaku akan selangkah lebih depan dari kamu dan terbukti, kan?” “Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Dewa? Kamu tidak mencintai Kaysha, kenapa kamu ingin membuat hidup Kaysha menderita?” “Karena dia telah berani menikah dengan orang lain tanpa sepengetahuan aku, dan sekarang aku akan melenyapkannya sehingga tidak ada yang bisa mendapatkan wanita itu, tapi sebelumnya aku ingin bermain-main dulu dengan tubuhnya sebelum aku melenyapkannya. Katakan apa yang kamu suka dari tubuh Kaysha, meskipun dia seperti barang second tapi aku yakin dia sangat memuaskan diatas ra
Wanita cantik itu baru terbangun dari tidurnya. Efek dari obat yang diciumkannya mulai memudar. Sakit kepala langsung menyerang saat dia perlahan-lahan membuka matanya.“Ah ... di mana aku ini, kenapa begitu asing dan ...” Kaysha baru menyadari kalau tangan dan kakinya seperti terikat kuat dengan tali karena posisi duduk. Kedua tangannya terikat ke belakang dan kakinya pun tidak bisa di gerakkan. Kaysha berusaha untuk melepaskan tali itu tapi usahanya pun sia-sia. Apalagi ruangan itu begitu gelap tidak ada cahaya apa pun yang bisa dia lihat meskipun kedua matanya tidak tertutup. “Tempat apa ini, kenapa aku ada di sini? Tolong! Lepaskan! Siapa kalian!” teriak Kaysha berusaha berontak di tempat duduknya tapi seolah tidak ada orang yang mendengarkan teriakannya. Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah kaki menuju ke dirinya. “Si—siapa kamu!” Apa maumu!” teriaknya lagi.Tak ada jawaban, tapi ada sebuah tangan yang membelai halus wajah Kaysha. Wanita cantik itu sangat takut karena
Dia pun menjelaskan bagaimana Dewa melakukan hal itu kepada Pak Firman yang diketahui mempunyai riwayat penyakit jantung. Perlahan-lahan Dewa meracuni pikiran dan otak Pak Firman tentang hidup Kaysha yang sangat menderita bersama Bagas.Rupanya saat hidup berumah tangga dengan Bagas, Dewa sudah mengetahui tempat tinggal Mereka dan sengaja memberikan informasi kepada Pak Firman tentang kehidupan Kaysha. Mendengar kalau Kaysha menderita lama kelamaan kesehatannya terganggu bahkan obat-obatan dari dokter sudah diganti oleh Dewa dengan obat lain. Pak Firman juga meminta kepada Dewa untuk membawanya pulang tapi Dewa kembali mengatakan kalau putrinya masih marah dan tidak mau pulang, padahal Dewa tidak pernah bertemu dengan Kaysha.Lama-kelamaan tubuh Pak Firman mati rasa dan seketika lumpuh sehingga tidak bisa bekerja dengan baik di kantor. Sebelum betul-betul lumpuh secara permanen Dewa buru-buru meminta persetujuan untuk mengambil alih perusahaan. Dibantu pengacara tanda tangan Pak Firm
Rasa panas kembali terasa mengalir di dalam tubuhnya. Berusaha menahan gairah yang ditimbulkan akibat obat itu yang sudah bekerja maksimal. Kaysha tak henti-hentinya beristigfar dalam hati untuk melawan rasa panas obat itu yang membuatnya kegerahan. Tubuhnya meliuk-liuk, memberontak ke sana ke mari. “Ya Allah bagaimana ini, aku tidak mau disentuh oleh orang itu dan di mana Mas Khaidir lama sekali dia datang apakah alat itu bekerja, hampir saja dia membuka hijabku jika tidak selain aku membuka aurat kepada orang lain, alat pelacak itu akan ketahuan dan diambil oleh orang itu,” batin Kaysha sambil menahan gejolak dengan keringat dingin sudah mengucur membasahi keningnya.Kaysha kembali berusaha mencerna setiap perkataan mereka. Entah kenapa dia mendengar suara itu tidak asing dengannya, meskipun rasanya sangat tidak enak dengan dirinya sendiri. “Syeira?” panggil lirih suara Kaysha kala menyebut nama itu.“Iya itu Syeira dia ah .... Syeira!” panggilnya lagi dengan suara sedikit mende
Dewa berdiri mematung melihat sosok pria yang berdiri tegap di hadapannya. Matanya melotot saat melihat wajah itu yang tidak asing baginya, seakan-akan kenangan pahit itu kembali berputar diantara mereka.“Ali? Sedang apa kamu di sini? Tunggu berarti yang menikah dengan Kaysha adalah kamu? Si tukang siomay?” tanya Dewa memastikan. “Sayangnya itu benar Dewa, maaf aku baru saja menyalurkan hasratku dengan suamiku sendiri, Mas Khaidir. Sudah aku bilang tadi kan, kalau kamu akan mendapatkan lawan yang seimbang dan itu adalah dia. Aku sudah tahu semua tentang kamu?” Kaysha kini kembali pulih setelah semua dia salurkan. Dewa masih tidak percaya apa yang dia lihat dan dia dengarkan sekarang ini. Salahnya Dewa tidak mengecek nama panjang Khaidir yang dikenal dengan sebutan nama Ali saat mereka masih di kampus. “Waw, Ali sepertinya takdir kembali mempertemukan kita karena satu wanita. Dulu kita juga memperebutkan wanita yang kita incar bersama sayangnya dia memilih aku yang lebih kaya da
Khaidir dan Kaysha akhirnya pulang ke rumah setelah pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kondisi Khaidir. Sampai di rumah ternyata mereka sudah di sambut oleh Fatih dan lainnya. Fatih tak kuasa untuk langsung menghambur ke pelukan saat Bundanya masuk ke rumah. Setelah memeluk bundanya kini Fatih beralih menatap Khaidir yang terlihat sedikit terluka di bagian lengan kirinya. “Apa ini sakit, Pa?” tanya Fatih saat memegang luka itu yang sudah dibersihkan dan diperban dengan baik.“Tidak Sayang ini hanya goresan saja, lagian Papa ini kuat dan tahan sakit,” sahut Khaidir dengan tersenyum. Fatih langsung memeluk Khaidir dengan memberikan pelukan hangat. Air mata Fatih pun langsung membanjiri pipinya.Bagas merasa terharu sekaligus sakit melihat kedekatan Khaidir dan Fatih yang semakin lama semakin terlihat dekat satu sama lain. Ingin sekali mendapatkan pelukan anak tampan itu seperti Khaidir dapatkan, tapi itu hanya mimpi bagi Bagas, karena Fatih belum memberikan pelukan hangat itu
Dewa masih berada di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya, meskipun nyawanya masih bisa diselamatkan, mungkin menunggu dua atau tiga hari lagi Dewa bisa langsung dibawa kembali ke kantor polisi. Tidak banyak kata karena Dewa masih dalam pengawasan ketat. Sementara itu Bagas pergi ke kantor polisi untuk menjenguk Bu Rina dan Bella. Sudah dua hari mereka menginap di sana , merasakan dinginnya di balik jeruji. “Kamu senang kan kami di sini? Kamu mau menjadi anak durhaka dengan tidak mengeluarkan ibu dari tempat ini, Bagas? Bagaimana kamu hidup sedangkan kamu sendiri saja butuh pertolongan Ibu, kan?” bujuk Bu Rina memelas.Bagas masih diam sambil menatap lekat wajah wanita yang sudah melahirkannya tiga puluh dua tahun yang lalu. Pria itu tersenyum lalu berkata. “Apa yang Ibu pikirkan? Membantu kalian keluar dari sini? Bagaimana bisa Bagas meyakinkan Kaysha kalau kalian tidak terlibat sedangkan Bagas sendiri yang memberitahukan kepada mereka tentang rencana kalian,” jawab Bagas membua
Setelah putusan sidang berakhir, Khaidir dan lainnya merasa bahagia karena semua berjalan dengan baik meskipun Khaidir masih dirundung rasa khawatir dengan keselamatan mereka berdua. Apalagi saat menatap mata Dewa yang begitu menyiratkan sebuah kebencian yang mendalam.Khaidir memeluk sang istri dan anak sambungnya bersama. Keakraban itu terlihat membuat Bagas hanya bisa meringis dalam hati dan berusaha ikut bahagia melihat mereka.“Bu, apakah yang dikatakan Bagas memang benar, seharusnya kita tidak usah mengikuti keinginan Dewa. Ibu dengar sendiri kan, banyak sekali kejahatan yang dilakukan sama dia dan kita hanya dijadikan kambing hitam saja sama dia,” gerutu Bella setelah selesai mendapatkan hasil putusan sidang terakhir.Bu Rina menghela napas panjang dan menatap nanar Bagas yang melihat mantan istri dan cucunya dipelukan orang lain. Kenangan masa lalu langsung menyeruak dalam pikirannya. Mengingat bagaimana wanita paru baya itu menghina dan menjadikan seperti pembantu di rumahnya
“Aku mau ke kamar dulu, istirahatlah besok aku akan mencarikan tempat tinggal untukmu. Benar dengan apa yang dikatakan oleh Ibu, seharusnya aku memandang suamiku!” ucapnya sambil beranjak pergi dari meja makan.“Tunggu Kay! Kamu tidak ingin bicara denganku lagi bahkan untuk terakhir kalinya?” ucapan Bagas mampir menghentikan langkah Kaysha seketika.“Aku sudah berbuat baik untuk keluargamu untuk terakhir kalinya. Dan sekarang kita berada di jalan yang berbeda. Aku sudah mempunyai keluarga yang baru nggak mungkin aku menyambut tangan yang lain apalagi kamu ada mantan suamiku. Benar kata Ibu dan kau harus bicara dengan Mas Khaidir, permisi!” ucap Kaysha tegas dan berlalu meninggalkan Bagas sendirian.“Ya kamu benar Kay, tapi tenang saja setelah hati ini aku akan pergi jauh untuk selama-lamanya,” ucapnya dalam hati sembari menatap punggung wanita cantik itu sampai hilang dari penglihatannya. ***Sampai di pintu kamar Fatih Kaysha memberanikan diri untuk masuk meskipun ada sedikit ketak
Khaidir mengendurkan pelukannya dan menatap lekat wajah Fatih yang sudah dibanjiri air mata. “Tidak Sayang, kamu tidak boleh menangis. Papa hanya bertanya dan sangat khawatir saat tahu kalau kamu sudah dijemput dengan mobil orang lain. Maafkan Papa, sudah telat menjemput kamu di sekolah, maafkan ....” ucapannya dipotong langsung oleh Kaysha dengan wajah memerah “Kamu bohong Mas, kamu bilang Fatih baik-baik saja denganmu, tapi apa ini dia pulang bersama Syeira!” bentak Kaysha yang tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka.Khaidir terkejut dengan kedatangan Kaysha di tambah lagi wanita cantik itu mendorong kursi roda yang ternyata dengan santai pria itu duduk dan tersenyum sinis.“Ba—Bagas? Kamu ada di sini juga dan kenapa kamu?” Khaidir semakin tidak mengerti karena merasa sudah dipermainkan oleh mereka. “Apa Khaidir, kamu pikir aku hilang dari rumah sakit? Nggak Dir, justru aku ingin menyelamatkan kalian tapi tidak ada yang mau percaya denganku!” sungutnya dengan penuh percaya
Khaidir terdiam sejenak tapi langsung disadarkan kembali dengan bunyi klakson dari sepeda motor milik Bapak tua itu. “Kenapa kamu malah bengon, cepat naik!” perintahnya lagi. Khaidir pun langsung naik di belakang. “Kamu pegangan ya, kita ngebut,” ucapnya lagi dengan Khaidir yang masih begitu syok. Meskipun penampilan orang itu lusuh tapi wangi tubuhnya itu masih tercium sehingga Khaidir tak bisa berkata-kata. Mulutnya terasa seperti terkunci. Tenggorokannya seakan tercekat tidak bisa mengeluarkan suara.“Ya Allah, siapa Bapak ini kenapa tubuhnya begitu harum?” tanyanya dalam hati sambil mengamati tubuh pria tua renta itu. “Kamu masih harus mengalami banyak masalah. Setiap manusia selalu diuji tapi kadang manusia menganggap itu masalah. Kamu masih harus melewati rintangan mungkin ada yang harus dikorbankan tapi semua itu jika kamu ikhlas maka kamu mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan. Pada dasarnya semua makhluk hidup terutama manusia akan meninggalkan jasadnya hanya caranya saja
“Saya Dok ...Saya yang bernama Khaidir,” sahutnya cepat. “Baik, Bapak bisa masuk sepertinya dia ingin menyampaikan sesuatu dengan Bapak.”“Bagaimana kondisinya Dok, apa pasien terkuak parah?” tanya Khaidir penasaran.“Kalau dibilang parah iya, karena kecelakaan itu telah membuat kedua kakinya hancur dan harus diamputasi, kami juga harus memeriksa organ dalam kemungkinan juga ada yang terluka, tapi saya salut kesadarannya masih terjaga dan meminta saya untuk mencari orang yang bernama Khaidir. Segera temui dia, Pak,” jelas dokter itu. “Terima kasih Dok,, permisi saya ke dalam dulu.”Khaidir bergegas masuk ke ruang IGD dan sedikit terkejut dengan kondisi Agus yang memang terluka parah. Banyak darah di kereta itu, bahkan masih menetes. “Dengan Mas Agus?” tanya Khaidir pelan mendekati wajah orang itu. Orang itu pun kembali membuka matanya dan menatap sendu wajah Khaidir. “Pak Khaidir?” tanyanya dengan suara pelan.“Iya saya Khaidir, kenapa kamu memanggil saya? Apakah ini berkait
Rupanya Tante Lisa mempunyai rencana baru yang hanya Syeira saja yang tahu. Tante Lisa sengaja berpura-pura gila lantaran sangat capek bekerja sebagai wanita penghibur yang melayani para hidung belang, bahkan cara mereka tak lazim sering memukul hingga memar saat mereka sedang bercinta . Syeira dan Tante Lisa ingin melenyapkan Kaysha dan Fatih agar bisa mengambil harta warisan itu. Dan tentu saja bisa menggantikan posisi Kaysha menjadi istrinya Khaidir. Rencana yang matang sudah mereka susun. Hanya perlu melibatkan Fatih, anak kecil itu. Semua sudah dibongkar oleh Syeira sendiri. Kenikmatan yang diberikan oleh Dewa membuatnya tak berdaya. Satu jam mereka bercinta membuat Syeira kelelahan dan tertidur pulas. Dewa pun bangkit dari tempat tidur dan segera menghubungi seseorang. “Kamu bisa memakainya datanglah kemari dia masih tertidur dengan nyenyak. Aku masih ada urusan dan buat dia menikmati surga dunia sampai kalian puas.”Dewa langsung menutup sambungan teleponnya dan bergegas pe
Setelah sedikit tenang Bu Rina bisa menceritakan apa yang terjadi sebenarnya di dalam sel tahanan. Rupanya ada yang sengaja membuat kegaduhan di dalam sana. Seorang teman satu kamarnya langsung menyerang membabi buta pada saat Bella sedang terlelap tidur. Di saat kejadian naas itu Bu Rina memang tidur di sebelahnya, dan saat mendengarkan teriakan Bella, beliau langsung terbangun dan sudah melihat wanita itu diatas tubuh Bellla dengan memegang sebilah pisau menusuk tanpa arah ke tubuh Bella. Bu Rina segera mencoba menghentikan aksi wanita itu tapi dia pun ikut terkena sayatan benda tajam itu. Wanita paru baya itu segera berteriak meminta bantuan sedangkan teman satu sel lainnya tidak ada yang membantu lantaran takut terkena benda tajam itu. Tubuh Bella sudah tak sadarkan diri dengan bersimbah darah. Wanita itu langsung beranjak dari atas tubuh Bella setelah melihat genangan cairan yang kental dan pekat. Bu Rina pun sampai tidak berani mendekati wanita itu karena takut terkena kembali
“Selamat pagi.” “Selamat pagi dengan Pak Bagas?” “Iya saya sendiri, ada apa ya Pak, ada masalah dengan ibu atau kakak saya di sana?”“Maaf sebelumnya Pak, ada masalah memang di dalam penjara dan mengakibatkan saudara Anda harus di rawat di rumah sakit.”“A—apa maksudnya Mbak Bella?” “Iya Pak, Saudari Bella berkelahi dengan salah satu teman selnya sehingga mengakibatkan dia harus dilarikan ke rumah sakit, karena dia tertusuk benda tajam di perut sebelah kirinya.”“Apa?” “Bagaimana bisa, Pak?”“Lebih baik Anda bisa datang ke rumah sakit Bhayangkara ruang mawar nomor empat belas. Sekarang masih ditangani oleh dokter.”“Baiklah saya langsung ke sana, terima kasih informasinya Pak.”Bagas buru-buru menutup teleponnya tapi dia juga tidak bisa ke rumah sakit tempat di mana Bela di rawat karena dia juga masih tahap pemulihan. “Ah bagaimana ini? Aku tidak bisa ke sana dan apakah aku bisa meminta tolong dengan Kaysha tapi apakah dia mau setelah aku mengatakan semuanya saat itu? Apakah
“Sayang kenapa kamu ada di sini?” tanya Khaidir bingung. Ucapan yang dikatakan Khaidir membuat Kaysha tersentuh. Wanita cantik itu melangkah masuk dan mendekati mereka. Meskipun Kaysha sangat membenci pria yang terbaring di rumah sakit itu tapi dia pun ingin tahu apa yang dia ingin bicarakan dengannya. “Terima kasih Kay, kamu mau datang ke rumah sakit dan ....” mata Bagas bergerilya tapi tidak menemukan sosok itu.“Kamu mencari Fatih?” tanya Kaysha saat melihat Bagas celingak-celinguk.“Di mana Fatih, kenapa kamu tidak ajak sekalian?” Kaysha menatap dingin Bagas. “Apa yang kamu harapkan, Mas, setelah kamu kembali melukainya? Dia masih kecil tapi sudah memikirkan masalah dewasa. Kami kira kamu sudah bertobat karena kamu sudah cacat tapi ternyata kebusukan hatimu masih sama seperti dulu.”“Kay, aku minta maaf, aku memang salah dan tak pantas untuk menerima maaf darimu, tapi untuk kali ini aku janji tidak akan membuat kamu lebih membenciku. Ya aku memang datang menemui Dewa hanya unt
Bagas terengah-engah melangkah. Sesekali dai berhenti untuk memberikan istirahat kaki dan tubuhnya sangat letih. Kakinya yang baru saja diobati kini kembali terasa sakit dan ngilu.Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Rasanya sudah tidak kuat berjalan tapi tidak mungkin dia berlama-lama di sana dan bertemu kembali dengan Dewa. Bagas ingin sekali memberitahukan kepada polisi kalau orang yang mereka cari ada di hotel ini dengan wajah menyamar. Semua bisa dilakukan oleh Dewa, dan berhasil mengelabui pihak hotel yang tidak mencurigai Dewa. “Aahhh! Sialan aku seperti pria lemah karena tidak bisa membalas hinaan dari dia, gara-gara kaki ini. Ya Tuhan kenapa aku mau aja berurusan dengan orang gila ini? Sekarang bukan Kaysha saja yang menjadi sasaran karena dia sangat dendam dengan Khaidir, dan Fatih?” tanyanya dalam hati. Bayangan masa lalu kembali mengitari pikirannya. Bagaimana dia memperlakukan Kaysha dan Fatih seperti orang asing. Dia sudah mendapatkan karmanya dan ingin memperba