Rasa panas kembali terasa mengalir di dalam tubuhnya. Berusaha menahan gairah yang ditimbulkan akibat obat itu yang sudah bekerja maksimal. Kaysha tak henti-hentinya beristigfar dalam hati untuk melawan rasa panas obat itu yang membuatnya kegerahan. Tubuhnya meliuk-liuk, memberontak ke sana ke mari. “Ya Allah bagaimana ini, aku tidak mau disentuh oleh orang itu dan di mana Mas Khaidir lama sekali dia datang apakah alat itu bekerja, hampir saja dia membuka hijabku jika tidak selain aku membuka aurat kepada orang lain, alat pelacak itu akan ketahuan dan diambil oleh orang itu,” batin Kaysha sambil menahan gejolak dengan keringat dingin sudah mengucur membasahi keningnya.Kaysha kembali berusaha mencerna setiap perkataan mereka. Entah kenapa dia mendengar suara itu tidak asing dengannya, meskipun rasanya sangat tidak enak dengan dirinya sendiri. “Syeira?” panggil lirih suara Kaysha kala menyebut nama itu.“Iya itu Syeira dia ah .... Syeira!” panggilnya lagi dengan suara sedikit mende
Dewa berdiri mematung melihat sosok pria yang berdiri tegap di hadapannya. Matanya melotot saat melihat wajah itu yang tidak asing baginya, seakan-akan kenangan pahit itu kembali berputar diantara mereka.“Ali? Sedang apa kamu di sini? Tunggu berarti yang menikah dengan Kaysha adalah kamu? Si tukang siomay?” tanya Dewa memastikan. “Sayangnya itu benar Dewa, maaf aku baru saja menyalurkan hasratku dengan suamiku sendiri, Mas Khaidir. Sudah aku bilang tadi kan, kalau kamu akan mendapatkan lawan yang seimbang dan itu adalah dia. Aku sudah tahu semua tentang kamu?” Kaysha kini kembali pulih setelah semua dia salurkan. Dewa masih tidak percaya apa yang dia lihat dan dia dengarkan sekarang ini. Salahnya Dewa tidak mengecek nama panjang Khaidir yang dikenal dengan sebutan nama Ali saat mereka masih di kampus. “Waw, Ali sepertinya takdir kembali mempertemukan kita karena satu wanita. Dulu kita juga memperebutkan wanita yang kita incar bersama sayangnya dia memilih aku yang lebih kaya da
Khaidir dan Kaysha akhirnya pulang ke rumah setelah pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kondisi Khaidir. Sampai di rumah ternyata mereka sudah di sambut oleh Fatih dan lainnya. Fatih tak kuasa untuk langsung menghambur ke pelukan saat Bundanya masuk ke rumah. Setelah memeluk bundanya kini Fatih beralih menatap Khaidir yang terlihat sedikit terluka di bagian lengan kirinya. “Apa ini sakit, Pa?” tanya Fatih saat memegang luka itu yang sudah dibersihkan dan diperban dengan baik.“Tidak Sayang ini hanya goresan saja, lagian Papa ini kuat dan tahan sakit,” sahut Khaidir dengan tersenyum. Fatih langsung memeluk Khaidir dengan memberikan pelukan hangat. Air mata Fatih pun langsung membanjiri pipinya.Bagas merasa terharu sekaligus sakit melihat kedekatan Khaidir dan Fatih yang semakin lama semakin terlihat dekat satu sama lain. Ingin sekali mendapatkan pelukan anak tampan itu seperti Khaidir dapatkan, tapi itu hanya mimpi bagi Bagas, karena Fatih belum memberikan pelukan hangat itu
Dewa masih berada di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya, meskipun nyawanya masih bisa diselamatkan, mungkin menunggu dua atau tiga hari lagi Dewa bisa langsung dibawa kembali ke kantor polisi. Tidak banyak kata karena Dewa masih dalam pengawasan ketat. Sementara itu Bagas pergi ke kantor polisi untuk menjenguk Bu Rina dan Bella. Sudah dua hari mereka menginap di sana , merasakan dinginnya di balik jeruji. “Kamu senang kan kami di sini? Kamu mau menjadi anak durhaka dengan tidak mengeluarkan ibu dari tempat ini, Bagas? Bagaimana kamu hidup sedangkan kamu sendiri saja butuh pertolongan Ibu, kan?” bujuk Bu Rina memelas.Bagas masih diam sambil menatap lekat wajah wanita yang sudah melahirkannya tiga puluh dua tahun yang lalu. Pria itu tersenyum lalu berkata. “Apa yang Ibu pikirkan? Membantu kalian keluar dari sini? Bagaimana bisa Bagas meyakinkan Kaysha kalau kalian tidak terlibat sedangkan Bagas sendiri yang memberitahukan kepada mereka tentang rencana kalian,” jawab Bagas membua
Setelah putusan sidang berakhir, Khaidir dan lainnya merasa bahagia karena semua berjalan dengan baik meskipun Khaidir masih dirundung rasa khawatir dengan keselamatan mereka berdua. Apalagi saat menatap mata Dewa yang begitu menyiratkan sebuah kebencian yang mendalam.Khaidir memeluk sang istri dan anak sambungnya bersama. Keakraban itu terlihat membuat Bagas hanya bisa meringis dalam hati dan berusaha ikut bahagia melihat mereka.“Bu, apakah yang dikatakan Bagas memang benar, seharusnya kita tidak usah mengikuti keinginan Dewa. Ibu dengar sendiri kan, banyak sekali kejahatan yang dilakukan sama dia dan kita hanya dijadikan kambing hitam saja sama dia,” gerutu Bella setelah selesai mendapatkan hasil putusan sidang terakhir.Bu Rina menghela napas panjang dan menatap nanar Bagas yang melihat mantan istri dan cucunya dipelukan orang lain. Kenangan masa lalu langsung menyeruak dalam pikirannya. Mengingat bagaimana wanita paru baya itu menghina dan menjadikan seperti pembantu di rumahnya
“Ya lain dong Sayang, itu senam jantung sehat agar kita selalu segar bugar kalau yang ini penyemangat suami untuk bekerja, dosa loh kalau meno ....” Ucapan Khaidir terhenti saat Kaysha langsung mencium pipi Khaidir. Dia tidak berani mengumbar kemesraannya dengan mencium bibir Khaidir. “Nanti malam aja,” bisik Kaysha pelan.Khaidir pun tersenyum, sedangkan yang lain ikut tersenyum melihat kelakuan mereka. Namun, entah kenapa Bu Salma menangkap ekspresi wajah Syeira yang berbeda terselip dalam senyuman itu.“Sudah cepat sana nanti Fatih terlambat sekolah,” ucap Bu Salma mengakhiri canda mereka. “Iya Bu, seperti enggak pernah muda saja,” ledek Khaidir tersenyum.“Ya pernah lah tapi enggak gini juga, dasar anak zaman sekarang ,” sewot Bu Salma menggelengkan kepalanya.Mereka pun akhirnya pergi bersama. Fatih duduk di depan bersama Khaidir. Sedangkan Syeira duduk di belakang sembari membawa kotak makanan yang sudah dia siapkan untuk di bawa ke tempat ibunya.Langkah Syeira menjadi perh
Khaidir berkali-kali beristigfar dan membungkus jaket tadi di dalam paper bag. Dia enggan memakai jaket itu karena sudah dipakai untuk menutupi anggota tubuh Syeira tadi yang terbuka.“Ya Allah godaan apa lagi ini, sangat menyebalkan, aku juga mempunyai naluri kalau disuguhkan begitu tiap hari siapa yang enggak tergoda,” gerutu Khaidir kesal.Setelah selesai Khaidir langsung melajukan mobilnya ke cafe miliknya yang baru dia rintis.Khaidir memperkerjakan Bagas di Cafe itu sebagai tangan kanan Khaidir dan tinggal di Cafe itu. Bersama Danang yang membantu buka tutup Cafe itu.Khaidir bahagia karena Bagas bisa bekerja dengan baik dan selalu motivasi karyawan lainnya. Bahkan dia sendiri tidak tanggung-tanggung untuk menceritakan pengalaman hidupnya yang pahit dan sampai sekarang ini. Wajahnya tidak muram lagi , dan tubuhnya kembali berisi. Khaidir pun memberikan kaki palsu untuk menunjang aktivitasnya bekerja. Awalnya sedikit kaku dan sakit tapi lama kelamaan Bagas sudah terbiasa denga
“Sayang, Mama tahu tentang kematian Firman karena Mama lah yang memberikan ide itu dan si Dewa bodoh itu masuk ke perangkap Mama,” ucap Lisa tersenyum licik.“Jadi maksudnya, Mama pura-pura gila agar tidak tertangkap dan terbebas dari jerat hukum , begitu?” tanya Syeira memastikan.“Lisa memeluk putrinya. “Iya Sayang dan usaha Mama berhasil, kan?” Lisa tertawa puas saat rencananya berhasil karena Dewa membayar mahal semua masalah yang Lisa ciptakan. Wanita paru baya itu menjelaskan bagaimana dirinya bisa terlibat, karena dialah yang sebenarnya membuat Pak Firman meninggal. Saat kejadian itu Lisa datang ke rumah sakit dan mengatakan beberapa hal tentang Kaysha. Lisa sengaja memperkeruh keadaan dengan mengatakan kalau Kaysha tidak mau bertemu dengan Firman lantaran tidak merestui hubungannya dengan Bagas. Sampai akhirnya Pak Firman bertambah sakit karena jantungnya. Lisa juga sempat ingin melenyapkan Firman tapi selalu ada saja gangguan. Dengan berpura-pura menjadi gila semua kejah