Home / Fantasi / Kuro Dan Naga Warisan / Hancurnya Desa Kamashiro

Share

Kuro Dan Naga Warisan
Kuro Dan Naga Warisan
Author: Khomairoh

Hancurnya Desa Kamashiro

Author: Khomairoh
last update Huling Na-update: 2025-01-24 15:48:12

Angin malam bertiup lembut di Desa Kamashiro, menggoyangkan dedaunan pohon sakura yang sedang bermekaran. Cahaya bulan purnama menyinari rumah-rumah kayu tradisional yang berjajar rapi di sepanjang jalan desa. Anak-anak masih berlarian di halaman rumah mereka, sementara para petani baru saja pulang dari ladang, membawa hasil panen musim ini. Malam ini terasa begitu damai, seakan dunia sedang beristirahat dalam ketenangan.

Di sebuah rumah besar di tepi desa, seorang pria tinggi dengan rambut hitam panjang duduk di beranda. Akihiro Kamashiro, kepala desa sekaligus seorang pendekar legendaris, tengah mengasah pedangnya yang telah menemaninya selama bertahun-tahun. Wajahnya tegas namun penuh kebijaksanaan. Ia sesekali melirik ke dalam rumah, ke arah seorang wanita yang tengah menimang seorang anak kecil.

"Kuro sudah tertidur?" tanya Akihiro dengan suara lembut.

Wanita itu, Hana, tersenyum tipis sambil mengusap rambut anak mereka yang baru berusia lima tahun. "Ya. Dia kelelahan bermain seharian tadi. Kau tahu sendiri, dia tak pernah kehabisan energi."

Akihiro terkekeh kecil, tetapi matanya tetap memancarkan kegelisahan. Hana menyadari itu. "Kau memikirkan sesuatu?" tanyanya.

Sebelum Akihiro sempat menjawab, suara dentuman keras mengguncang tanah. Getaran hebat terasa di seluruh desa, membuat lampu-lampu minyak bergoyang liar. Teriakan panik mulai terdengar dari luar rumah. Akihiro segera berdiri, meraih pedangnya, dan berlari keluar.

Dari kejauhan, api merah menjulang ke langit. Asap hitam mulai mengepul, menelan bintang-bintang yang tadi bersinar terang. Bangunan-bangunan di ujung desa mulai runtuh, dilahap oleh api yang seolah hidup.

Dan di tengah kobaran api itu, berdiri sesosok makhluk mengerikan.

Tingginya hampir tiga meter, dengan tubuh bersisik hitam yang tampak sekeras baja. Sepasang tanduk menjulang dari kepalanya, dan mata merahnya bersinar seperti bara api. Di tangannya, ia menggenggam pedang besar berwarna gelap, yang setiap ayunannya menghancurkan apapun yang dilewatinya.

Akihiro menggertakkan giginya. "Ryukiro…" desisnya penuh kebencian.

Makhluk itu melangkah maju, menginjak tanah dengan kekuatan yang membuat bumi bergetar. "Akihiro Kamashiro," suaranya dalam dan bergema. "Sudah lama aku menunggumu. Malam ini, aku akan menghabisimu… dan seluruh desa ini!"

Akihiro tidak menjawab. Ia hanya mengangkat pedangnya, bersiap menghadapi musuh yang telah menghantui masa lalunya. Namun, dalam hatinya, ada satu hal yang paling ia khawatirkan—anaknya, Kuro.

Api membakar langit malam, mengubah desa Kamashiro menjadi neraka di bumi. Jeritan warga yang melarikan diri bercampur dengan dentingan pedang dan suara reruntuhan yang jatuh. Di tengah kekacauan itu, seorang pria berdiri tegap, menghadang sosok tinggi berbalut kegelapan.

Akihiro Kamashiro menggenggam pedangnya erat, matanya menatap tajam ke arah musuhnya. Angin membawa abu yang mengepul di udara, menambah aura kehancuran yang menyelimuti desa.

“Ryukiro…” Akihiro menyebut nama itu dengan penuh kebencian.

Di hadapannya, makhluk mengerikan dengan mata merah menyala tersenyum licik. Ryukiro, sosok yang selama ini menjadi bayang-bayang kegelapan dalam hidupnya, berdiri di antara kobaran api. Pedang hitam di tangannya meneteskan darah segar.

“Kau tak bisa lari lagi, Akihiro,” kata Ryukiro dengan suara dalam yang bergema di udara. “Takdir keluargamu berakhir malam ini.”

Akihiro tidak menjawab. Ia hanya mempererat cengkeramannya pada gagang pedang, bersiap untuk pertempuran hidup dan mati.

Tanpa aba-aba, Ryukiro melompat maju dengan kecepatan mengerikan. Pedang hitamnya menebas ke arah Akihiro, menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan rumah di belakangnya. Akihiro melompat ke samping, menghindar dengan gesit, lalu membalas dengan tebasan cepat.

Benturan pedang mereka memercikkan api di udara. Akihiro menekan lebih kuat, mencoba mendorong Ryukiro mundur. Namun, makhluk itu terlalu kuat.

Di kejauhan, Hana berlari dengan Kuro dalam gendongannya. Nafasnya tersengal, matanya dipenuhi ketakutan. Ia tahu bahwa Akihiro tidak mungkin menang melawan Ryukiro.

“Aku harus menyelamatkan Kuro…” bisiknya, menguatkan diri.

Di belakangnya, kehancuran terus berlanjut. Desa Kamashiro hampir rata dengan tanah, dan harapan pun semakin memudar.

Sementara itu, pertempuran antara Akihiro dan Ryukiro semakin sengit. Akihiro mulai kehabisan tenaga, sedangkan Ryukiro tetap kuat, seolah menikmati pertarungan ini.

“Kau lelah, Akihiro,” ejek Ryukiro. “Ini akhirnya.”

Dengan satu tebasan cepat, Ryukiro menusukkan pedangnya ke dada Akihiro. Mata Akihiro membelalak, darah hangat mengalir dari lukanya. Tubuhnya melemah, namun ia tetap menatap musuhnya dengan penuh kebencian.

“Kau… tidak akan… mendapatkan anakku…” bisik Akihiro dengan napas terakhirnya.

Ryukiro tertawa dingin. Ia menarik pedangnya dan membiarkan tubuh Akihiro roboh ke tanah, tak bernyawa.

Hana yang melihat kejadian itu dari kejauhan menutup mulutnya, menahan isak tangis. Namun, ia tidak punya waktu untuk berduka. Ia harus melindungi Kuro, satu-satunya harapan yang tersisa.

Malam itu, desa Kamashiro hancur. Tapi di tengah kehancuran, takdir baru mulai terukir—takdir Kuro Kamashiro.

Kaugnay na kabanata

  • Kuro Dan Naga Warisan   PERTARUNGAN TERAKHIR AKIHIRO

    Di tengah reruntuhan desa Kamashiro yang terbakar, Akihiro berdiri dengan napas tersengal. Tubuhnya penuh luka, darah mengalir dari pelipis dan lengannya yang sobek. Di depannya, Ryukiro berdiri tegap, pedang panjangnya masih berlumuran darah.Hana berlutut di samping Akihiro, tangannya gemetar saat mencoba menghentikan pendarahan suaminya. Mata mereka bertemu—ada ketakutan, tetapi juga tekad yang tak tergoyahkan.“Kita tidak bisa mundur, Hana,” bisik Akihiro. “Aku akan menahan Ryukiro… kau harus pergi.”Hana menggeleng keras. “Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu!”Ryukiro tertawa dingin. “Sudah terlambat untuk melarikan diri. Keluarga Kamashiro akan musnah malam ini.”Akihiro mengangkat pedangnya, meskipun tangannya gemetar. “Selama aku masih berdiri, kau tidak akan menyentuh Hana atau anakku.”Ryukiro bergerak cepat—terlalu cepat. Dalam sekejap, pedangnya hampir menyentuh leher Akihiro. Tapi Hana melompat ke depan, menangkis serangan dengan sebilah pisau pendek.Akihiro tidak menyi

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • Kuro Dan Naga Warisan   Gidi, Naga Emas

    Kegelapan malam semakin menggelayuti langit, namun cahaya samar dari bulan purnama memberikan sedikit penerangan pada perkampungan kecil di ujung hutan. Udara malam itu terasa hangat, penuh dengan ketegangan yang belum juga mereda setelah pertarungan besar melawan Ryukiro.Akihiro terbaring lemah di atas tempat tidur, tubuhnya diliputi luka-luka yang belum sepenuhnya sembuh. Hana duduk di sampingnya, memegangi tangan suaminya dengan erat, matanya terus mengawasi setiap gerakan Akihiro yang tak stabil. Meski mereka telah menang, rasa takut dan kecemasan terus mengganggu hati Hana—terutama mengenai masa depan yang tidak pasti.Namun, pada malam yang hening itu, suara gemuruh yang datang dari dalam hutan mengubah segalanya. Tak lama setelahnya, sebuah cahaya terang muncul di langit, menyebar seperti ledakan besar yang mengubah segala yang ada di bawahnya menjadi bayangan.Hana terkejut, melompat berdiri dan memandang ke luar jendela. “Apa itu?”Suara gemuruh semakin keras, dan di kejauha

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • Kuro Dan Naga Warisan   Kematian Hana Dan Akihiro: Pelarian Gidi Dan Kuro

    Malam itu semakin gelap, dan ketegangan di desa kecil itu kian terasa. Gidi, yang telah melangkah jauh ke dalam dunia gelap, kini kembali. Namun, kehadirannya berbeda—penuh kelelahan, dan ekspresi wajahnya menunjukkan banyak beban. Kuro, yang sempat terjebak dalam dunia kegelapan, kini sudah kembali pada dirinya sendiri, berkat usaha Gidi untuk menyelamatkannya.Di rumah Hana dan Akihiro, suasana semakin menegangkan. Akihiro terbaring lemah, tubuhnya semakin tak bertenaga. Hana di samping suaminya, menggenggam erat tangan Akihiro, mencoba memberi semangat. "Akihiro, apa yang akan terjadi pada Kuro?" tanyanya dengan suara gemetar.Akihiro, meski tubuhnya semakin lemah, berusaha membuka mata dan menatap istrinya. "Aku... aku percaya pada Gidi, Hana. Dia pasti bisa menyelamatkan Kuro."Namun, sebelum Hana bisa memberi jawaban, suara ledakan yang mengerikan mengguncang rumah mereka. Dinding bergetar, dan suasana menjadi semakin mencekam. Hana, dengan cepat, berlari menuju jendela untuk me

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • Kuro Dan Naga Warisan   Penerbangan Kegunung Kiryu

    Setelah kehancuran yang menghancurkan desa mereka, Kuro dan Gidi melanjutkan perjalanan mereka, meninggalkan tempat yang hancur dan penuh kenangan. Gidi yang terluka parah, memaksakan dirinya untuk bertahan, sementara Kuro, meskipun baru saja dibebaskan dari kegelapan, merasakan beban berat di pundaknya."Kita harus cepat," kata Gidi dengan suara yang serak, meskipun jelas terlihat bahwa tubuhnya tak lagi sekuat dulu. Kuro mengangguk, menatap Gidi dengan penuh kekhawatiran, namun tahu bahwa mereka tidak memiliki banyak pilihan. Dunia mereka kini telah berubah, dan satu-satunya cara untuk bertahan adalah mencari tempat yang aman."Mereka akan mengejar kita," ujar Kuro, memikirkan bahaya yang terus mengintai mereka. "Di Gunung Kiryu, kita mungkin bisa menemukan perlindungan."Gidi menatap Kuro dengan mata yang penuh makna. "Kita harus sampai ke sana. Tapi jangan berharap kita akan tenang. Gunung Kiryu menyimpan banyak rahasia dan bahaya, tetapi itu mungkin satu-satunya tempat yang masih

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • Kuro Dan Naga Warisan   Rumah Baru di Gua Kiryu

    Mereka akhirnya tiba di sebuah gua besar di lereng Gunung Kiryu. Udara di sana lebih sejuk, dan suara angin yang bertiup melewati celah-celah batu menciptakan harmoni yang menenangkan. Kuro dan Gidi melangkah masuk dengan hati-hati, mata mereka menyesuaikan diri dengan kegelapan yang menyelimuti bagian dalam gua."Kita bisa bertahan di sini untuk sementara waktu," kata Gidi sambil menyalakan obor kecil yang ia bawa.Kuro mengamati sekeliling. Dinding gua itu kokoh, tinggi, dan memiliki banyak cabang lorong yang bisa menjadi tempat persembunyian. Lantai berbatu cukup rata, meskipun beberapa bagian masih kasar dan berbahaya. Mereka bisa merasakan aroma kelembapan bercampur dengan udara dingin dari dalam."Setidaknya, tempat ini lebih aman daripada desa," ujar Kuro.Gidi mengangguk. "Kita perlu membuat tempat ini lebih nyaman. Aku akan mencari kayu kering untuk api. Kau bisa mengeksplorasi bagian dalam gua dan mencari sumber air."Tanpa banyak bicara, mereka segera berpencar menjalankan

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • Kuro Dan Naga Warisan   Rahasia Naga Emas

    Langkah kaki bergema di lorong gua yang sunyi. Kuro dan Gidi menahan napas, tubuh mereka menegang. Suara itu semakin dekat, membuat keduanya bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.Gidi merapatkan tubuhnya ke dinding batu, sementara Kuro menggenggam gagang pisaunya dengan erat. Jantungnya berdegup kencang, bukan hanya karena ancaman yang mungkin datang, tetapi juga karena perasaan aneh yang terus mengganggunya sejak tadi malam.Tiba-tiba, bayangan hitam muncul di ujung lorong. Sosok itu berhenti, lalu perlahan melangkah maju, memperlihatkan wajahnya di bawah cahaya redup obor.Seorang pria tua, berjubah panjang dengan rambut putih yang tergerai. Matanya tajam dan penuh wibawa."Jadi... kalian akhirnya sampai di sini," katanya dengan suara dalam dan bergetar.Kuro dan Gidi saling berpandangan, tidak mengenali sosok itu. Tapi ada sesuatu dalam tatapan pria tua itu yang membuat Kuro merasakan ikatan yang aneh."Siapa kau?" tanya Kuro, masih waspada.Pria itu tersenyum tipis, lalu menghe

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • Kuro Dan Naga Warisan   Takdir Kuro

    Kuro merasakan denyut energi dari pedang di tangannya. Cahaya keemasan berpendar dari bilahnya, seakan merespons keberadaannya. Gidi berdiri di sampingnya, matanya waspada menatap pintu gua yang sebentar lagi akan diterobos oleh para pemburu Ordo Kegelapan."Kuro, kau harus bersiap," kata Gidi. "Mereka bukan lawan biasa."Pria tua itu, yang masih belum menyebutkan namanya, menatap Kuro dengan penuh keyakinan. "Pedang itu telah memilihmu. Sekarang, pertanyaannya adalah... apakah kau akan menerima takdirmu?"Suara benturan keras menggema dari luar gua. Batu-batu berjatuhan dari langit-langit. Kuro menelan ludah, jari-jarinya semakin erat menggenggam pedangnya."Aku tidak punya pilihan lain, bukan?" gumamnya.Pria tua itu mengangguk. "Kau selalu punya pilihan. Tapi hanya satu jalan yang bisa menyelamatkan dunia ini."Tiba-tiba, dinding gua di bagian depan meledak, menghantam ke dalam dengan kekuatan luar biasa. Debu dan pecahan batu berhamburan. Dari balik kabut asap, beberapa sosok berj

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • Kuro Dan Naga Warisan   Kekuatan Yang Tersembunyi

    Angin malam bertiup kencang di atas tebing tempat Kuro berdiri. Tubuhnya masih dipenuhi sisa energi pertempuran sebelumnya, napasnya tersengal. Gidi berdiri di sampingnya dalam wujud manusianya, menatap jauh ke arah kegelapan di cakrawala."Ragnor berhasil kabur," kata Gidi. "Tapi aku yakin dia akan kembali, lebih kuat dari sebelumnya."Kuro mengangguk, menggenggam pedangnya lebih erat. "Aku bisa merasakannya... Aku bisa merasakan kekuatan di dalam diriku, tapi aku belum benar-benar mengendalikannya."Gidi menatap Kuro dengan penuh perhatian. "Kekuatanmu itu bukan sekadar warisan Naga Emas, Kuro. Itu adalah sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang mungkin belum pernah muncul di dunia ini sebelumnya."Kuro menunduk, merasakan kehangatan yang masih berdenyut di dadanya. Saat ia menghadapi Ragnor, sesuatu dalam dirinya telah terbangun—sebuah kekuatan yang bukan berasal dari pedang, melainkan dari dirinya sendiri.Sejak pertarungan itu, penglihatannya terasa berbeda. Saat malam semakin laru

    Huling Na-update : 2025-01-24

Pinakabagong kabanata

  • Kuro Dan Naga Warisan   Menjinakkan Api: Pelajaran tentang Mengendalikan Api

    Kuro berdiri di tepi tebing, memandangi cakrawala yang dipenuhi cahaya mentari pagi. Angin berhembus menerpa wajahnya, membawa hawa segar yang bertolak belakang dengan kobaran api yang kini ia rasakan di dalam dirinya. Setelah pertemuannya dengan Jiwa Naga, kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya terasa jauh lebih stabil, namun ada satu hal yang masih mengganjal: ia belum sepenuhnya menguasainya.Gidi, sang mentor, berjalan mendekat dan berdiri di sampingnya. “Apa yang kau pikirkan, Kuro?” tanyanya.“Aku bisa merasakan api dalam diriku jauh lebih kuat dari sebelumnya,” jawab Kuro, “tapi aku juga merasa… belum benar-benar bisa mengendalikannya.”Gidi tersenyum kecil. “Itu wajar. Menerima kekuatan tidak sama dengan mengendalikannya. Api adalah elemen yang kuat, tetapi juga liar. Jika kau ingin benar-benar menguasainya, kau harus belajar menjinakkannya.”Kuro menatap Gidi penuh kebingungan. “Menjinakkan api?”“Ya,” Gidi menoleh padanya. “Api bukan hanya soal kekuatan atau kehancuran. Ia bi

  • Kuro Dan Naga Warisan   Pelatihan dan Pertumbuhan Jiwa Naga

    Kuro berdiri tegak di tengah hutan, dadanya naik turun dengan napas berat setelah sesi pelatihan yang melelahkan bersama Gidi. Ia sudah mulai memahami dasar pengendalian api, tapi hatinya masih dipenuhi kebingungan. Ada sesuatu dalam dirinya, sesuatu yang belum sepenuhnya ia pahami—kekuatan yang terasa jauh lebih besar dari sekadar mengendalikan api.Gidi mengamatinya dari kejauhan, melihat wajah muridnya yang masih dipenuhi pertanyaan. “Apa yang kau rasakan, Kuro?” tanyanya dengan suara tenang.Kuro menggeleng pelan. “Aku... merasa ada sesuatu yang tertahan dalam diriku. Setiap kali aku menggunakan api, ada kekuatan lain yang ingin keluar, tapi aku tidak bisa mengendalikannya.”Gidi menyeringai. “Itu karena kau belum benar-benar menyadari siapa dirimu. Kuro, kau bukan hanya seorang petarung biasa. Di dalam dirimu, ada sesuatu yang jauh lebih besar.” Ia berjalan mendekat dan menepuk bahu Kuro. “Hari ini, kita akan membantumu menemukannya.”Kuro menatap Gidi penuh harap. “Bagaimana car

  • Kuro Dan Naga Warisan   Pelatihan Pertama

    Kuro berdiri di tengah lapangan luas yang dikelilingi oleh hutan lebat. Langit masih kelam, menyisakan semburat oranye di ufuk timur. Angin berhembus sejuk, menggoyangkan dedaunan di sekitarnya. Di hadapannya, Gidi berdiri dengan tangan terlipat, matanya menatap Kuro dengan penuh harapan dan kewaspadaan."Kekuatan api Naga Emas bukan sekadar kekuatan biasa," kata Gidi. "Jika kau bisa mengendalikannya, kau bisa menjadi petarung yang tak terkalahkan. Tapi jika kau ceroboh, kau bisa menghancurkan diri sendiri."Kuro menelan ludah. Meskipun ia telah melihat sekilas kekuatannya saat melawan Ragnor, ia masih belum memahami sepenuhnya apa yang terjadi dalam tubuhnya. Ia bisa merasakan energi itu mengalir dalam darahnya, tetapi ia belum tahu bagaimana cara memanggilnya sesuka hati."Jadi, dari mana kita mulai?" tanya Kuro.Gidi mengangkat satu jari. "Pertama-tama, kita harus membangunkan sumber api dalam tubuhmu."Gidi berjalan mendekat dan menekan dadanya dengan telapak tangan. Tiba-tiba, Ku

  • Kuro Dan Naga Warisan   Kekuatan Yang Tersembunyi

    Angin malam bertiup kencang di atas tebing tempat Kuro berdiri. Tubuhnya masih dipenuhi sisa energi pertempuran sebelumnya, napasnya tersengal. Gidi berdiri di sampingnya dalam wujud manusianya, menatap jauh ke arah kegelapan di cakrawala."Ragnor berhasil kabur," kata Gidi. "Tapi aku yakin dia akan kembali, lebih kuat dari sebelumnya."Kuro mengangguk, menggenggam pedangnya lebih erat. "Aku bisa merasakannya... Aku bisa merasakan kekuatan di dalam diriku, tapi aku belum benar-benar mengendalikannya."Gidi menatap Kuro dengan penuh perhatian. "Kekuatanmu itu bukan sekadar warisan Naga Emas, Kuro. Itu adalah sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang mungkin belum pernah muncul di dunia ini sebelumnya."Kuro menunduk, merasakan kehangatan yang masih berdenyut di dadanya. Saat ia menghadapi Ragnor, sesuatu dalam dirinya telah terbangun—sebuah kekuatan yang bukan berasal dari pedang, melainkan dari dirinya sendiri.Sejak pertarungan itu, penglihatannya terasa berbeda. Saat malam semakin laru

  • Kuro Dan Naga Warisan   Takdir Kuro

    Kuro merasakan denyut energi dari pedang di tangannya. Cahaya keemasan berpendar dari bilahnya, seakan merespons keberadaannya. Gidi berdiri di sampingnya, matanya waspada menatap pintu gua yang sebentar lagi akan diterobos oleh para pemburu Ordo Kegelapan."Kuro, kau harus bersiap," kata Gidi. "Mereka bukan lawan biasa."Pria tua itu, yang masih belum menyebutkan namanya, menatap Kuro dengan penuh keyakinan. "Pedang itu telah memilihmu. Sekarang, pertanyaannya adalah... apakah kau akan menerima takdirmu?"Suara benturan keras menggema dari luar gua. Batu-batu berjatuhan dari langit-langit. Kuro menelan ludah, jari-jarinya semakin erat menggenggam pedangnya."Aku tidak punya pilihan lain, bukan?" gumamnya.Pria tua itu mengangguk. "Kau selalu punya pilihan. Tapi hanya satu jalan yang bisa menyelamatkan dunia ini."Tiba-tiba, dinding gua di bagian depan meledak, menghantam ke dalam dengan kekuatan luar biasa. Debu dan pecahan batu berhamburan. Dari balik kabut asap, beberapa sosok berj

  • Kuro Dan Naga Warisan   Rahasia Naga Emas

    Langkah kaki bergema di lorong gua yang sunyi. Kuro dan Gidi menahan napas, tubuh mereka menegang. Suara itu semakin dekat, membuat keduanya bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.Gidi merapatkan tubuhnya ke dinding batu, sementara Kuro menggenggam gagang pisaunya dengan erat. Jantungnya berdegup kencang, bukan hanya karena ancaman yang mungkin datang, tetapi juga karena perasaan aneh yang terus mengganggunya sejak tadi malam.Tiba-tiba, bayangan hitam muncul di ujung lorong. Sosok itu berhenti, lalu perlahan melangkah maju, memperlihatkan wajahnya di bawah cahaya redup obor.Seorang pria tua, berjubah panjang dengan rambut putih yang tergerai. Matanya tajam dan penuh wibawa."Jadi... kalian akhirnya sampai di sini," katanya dengan suara dalam dan bergetar.Kuro dan Gidi saling berpandangan, tidak mengenali sosok itu. Tapi ada sesuatu dalam tatapan pria tua itu yang membuat Kuro merasakan ikatan yang aneh."Siapa kau?" tanya Kuro, masih waspada.Pria itu tersenyum tipis, lalu menghe

  • Kuro Dan Naga Warisan   Rumah Baru di Gua Kiryu

    Mereka akhirnya tiba di sebuah gua besar di lereng Gunung Kiryu. Udara di sana lebih sejuk, dan suara angin yang bertiup melewati celah-celah batu menciptakan harmoni yang menenangkan. Kuro dan Gidi melangkah masuk dengan hati-hati, mata mereka menyesuaikan diri dengan kegelapan yang menyelimuti bagian dalam gua."Kita bisa bertahan di sini untuk sementara waktu," kata Gidi sambil menyalakan obor kecil yang ia bawa.Kuro mengamati sekeliling. Dinding gua itu kokoh, tinggi, dan memiliki banyak cabang lorong yang bisa menjadi tempat persembunyian. Lantai berbatu cukup rata, meskipun beberapa bagian masih kasar dan berbahaya. Mereka bisa merasakan aroma kelembapan bercampur dengan udara dingin dari dalam."Setidaknya, tempat ini lebih aman daripada desa," ujar Kuro.Gidi mengangguk. "Kita perlu membuat tempat ini lebih nyaman. Aku akan mencari kayu kering untuk api. Kau bisa mengeksplorasi bagian dalam gua dan mencari sumber air."Tanpa banyak bicara, mereka segera berpencar menjalankan

  • Kuro Dan Naga Warisan   Penerbangan Kegunung Kiryu

    Setelah kehancuran yang menghancurkan desa mereka, Kuro dan Gidi melanjutkan perjalanan mereka, meninggalkan tempat yang hancur dan penuh kenangan. Gidi yang terluka parah, memaksakan dirinya untuk bertahan, sementara Kuro, meskipun baru saja dibebaskan dari kegelapan, merasakan beban berat di pundaknya."Kita harus cepat," kata Gidi dengan suara yang serak, meskipun jelas terlihat bahwa tubuhnya tak lagi sekuat dulu. Kuro mengangguk, menatap Gidi dengan penuh kekhawatiran, namun tahu bahwa mereka tidak memiliki banyak pilihan. Dunia mereka kini telah berubah, dan satu-satunya cara untuk bertahan adalah mencari tempat yang aman."Mereka akan mengejar kita," ujar Kuro, memikirkan bahaya yang terus mengintai mereka. "Di Gunung Kiryu, kita mungkin bisa menemukan perlindungan."Gidi menatap Kuro dengan mata yang penuh makna. "Kita harus sampai ke sana. Tapi jangan berharap kita akan tenang. Gunung Kiryu menyimpan banyak rahasia dan bahaya, tetapi itu mungkin satu-satunya tempat yang masih

  • Kuro Dan Naga Warisan   Kematian Hana Dan Akihiro: Pelarian Gidi Dan Kuro

    Malam itu semakin gelap, dan ketegangan di desa kecil itu kian terasa. Gidi, yang telah melangkah jauh ke dalam dunia gelap, kini kembali. Namun, kehadirannya berbeda—penuh kelelahan, dan ekspresi wajahnya menunjukkan banyak beban. Kuro, yang sempat terjebak dalam dunia kegelapan, kini sudah kembali pada dirinya sendiri, berkat usaha Gidi untuk menyelamatkannya.Di rumah Hana dan Akihiro, suasana semakin menegangkan. Akihiro terbaring lemah, tubuhnya semakin tak bertenaga. Hana di samping suaminya, menggenggam erat tangan Akihiro, mencoba memberi semangat. "Akihiro, apa yang akan terjadi pada Kuro?" tanyanya dengan suara gemetar.Akihiro, meski tubuhnya semakin lemah, berusaha membuka mata dan menatap istrinya. "Aku... aku percaya pada Gidi, Hana. Dia pasti bisa menyelamatkan Kuro."Namun, sebelum Hana bisa memberi jawaban, suara ledakan yang mengerikan mengguncang rumah mereka. Dinding bergetar, dan suasana menjadi semakin mencekam. Hana, dengan cepat, berlari menuju jendela untuk me

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status