Share

Part 10

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2023-12-19 22:24:53

"Terlalu ikut campur?"

Jema mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu ngebantu kami, Ma. Kalau bukan karena kamu, nggak mungkin kami tetap bersama sampai sekarang." Tidak bisa dimungkiri bahwa Jema memang memiliki peran tersendiri dalam kehidupannya dan Ava.

Ziyan melihat Jema sebagai sahabat yang baik dan pengertian. Selalu ada dalam keadaan suka dan duka, melerai pertikaian suami istri yang terkadang kurang penting. Dia amat sangat berterimakasih akan hal itu.

Perlahan kekhawatiran Jema menyusut. Syukurlah, paling tidak apa yang menjadi kecemasannya beberapa saat yang lalu telah mereda.

Setelah sampai, Ziyan langsung berpamitan bahkan saat masih di dalam mobil. Lelaki itu merasa harus segera balik karena situasi rumah sedang dingin.

"Hati-hati di jalan, ya, Mas." Jema melambai singkat, kemudian masuk ke rumah setelah mobil Ziyan menghilang dari pandangan.

***

Keesokan harinya, Ava bangun kesiangan. Pukul 7.30 waktu setempat.

Sebenarnya itu adalah jam biasa dirinya bangun setiap hari lib
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 11

    "Mending kita pisah aja, Mas!"Ziyan tertegun untuk beberapa saat. Ini kali pertama dia mendengar ucapan itu. Tangannya terangkat untuk mengacak rambut, dia berbalik dan mengatur napas, berusaha untuk tenang. Entah mengapa dia merasa lelah untuk semua ini.Tidak lama, dia berbalik dan menatap istrinya. "Aku anggap nggak pernah dengar ucapan kamu tadi." Membuang napas, dia melanjutkan, "terserah kamu kalau mau pulang. Aku panggilkan taksi. Nanti aku nyusul setelah ketemu sama Bang Nevan dan keluarga."Setelah mengatakan itu, Ziyan keluar kamar. Raut masam Ava tidak berubah. "Nyebelin banget, sih, jadi suami! Lebih mentingin keluarga kakaknya daripada istri sendiri!" Dia melanjutkan kemas-kemas barang. Setelah selesai, dia menghubungi Jema dengan mengirim pesan. Di saat seperti ini memang hanya ada sahabatnya yang bisa dijadikan tempat "pengaduan".[Malam ini aku mau nginep ke rumah kamu, ya, Ma. Alasannya nanti aku jelasin pas ketemu.]Ada kemungkinan Ziyan tidak akan pulang malam in

    Last Updated : 2023-12-19
  • Kurebut Suami Sahabat    Part 12

    Sesaat Jema membeku, terkejut dengan keberadaan Ava yang mendadak seperti ini. Dari seberang telepon dia mendengar Ziyan berbicara, "Jangan bilang kalau aku yang menelepon, ya, Ma."Ketika itulah dia menjawab, "Temen kantor, Va. Besok katanya ada meeting pagi-pagi sama atasan. Ngingetin aja biar nggak telat." Ava tampak menimbang sesuatu. "Oh, dari Desi, ya? Aku udah denger itu dari sore. Malam-malam gini dia nelpon kamu?"Sial. Jema tahu bahwa jika sudah memulai kebohongan, maka akan sulit berkata jujur di kemudian hari. "Iya. Biasalah, sekalian dia curcol soal doinya." Ava yang tahu bahwa Ja memang dekat dengan teman satu divisi dengan mereka itu hanya bisa mengangguk. "Ya udah. Aku tadi kaget kamu nggak ada di ranjang kirain lagi ke toilet atau apa." Dia kemudian menguap. "Kalau gitu aku tidur lagi, ya. Bilang ke Desi kalau curhat jangan di tengah malam begini. Ganggu orang tidur, tahu."Jema hanya tersenyum dan mengacungkan jempolnya.Setelah Ava kembali ke kamar, Jema berbicar

    Last Updated : 2023-12-19
  • Kurebut Suami Sahabat    Part 13

    "Kalau terkenal mesum, kenapa masih ada di perusahaan?" Dia hanya berpikir jika memang semenakutkan itu, apa alasan perusahaan masih menerima orang sepertinya? Tidak, kecuali memang dia orang yang cukup berpengaruh.Di jam pulang kantor, suasana memang cukup sepi. Hanya beberapa orang yang tinggal untuk lembur. Sambil menaiki lift, Jema memberi kabar kepada Ziyan bahwa kemungkinan ada posisi di kantornya. [Apa kamu nggak masalah kalau harus satu kantor sama kami?]Pintu lift tertutul dan dua lantai dari kantornya menjadi tujuan wanita itu.[Aku, sih, nggak masalah. Tapi, mungkin bakal mengejutkan Ava.][Jadi, sekarang kamu masih di kantor? Ava memenin kamu nggak?]Jema tidak membalas pesan itu karena pesan lain masuk dan itu dari teman kantornya tadi. [Biasanya Pak Mahen pulang setengah jam lebih lama darinjam normal. Aku dapat info dari temanku.]Jema memeriksa jamnya sekarang. Untunglah, masih ada waktu sebelum pria itu pulang.Sesampainya di sana, dia bertanya kepada karyawan yan

    Last Updated : 2023-12-19
  • Kurebut Suami Sahabat    Part 14

    "Terima kasih buat apa, Mas?" Keduanya terkejut dengan kedatangan Ava yang tiba-tiba. Melihat keterkejutan Ziyan, Jema yakin bahwa lelaki itu belum memberitahu istrinya tentang hal ini. Jadi, dia mengambil inisiatif untuk mejawab, "Ini, Va. Aku udah nemu ker--""Makasih buat bantuan kemarin, Va." Ziyan menjawab cepat, memotong ucapan Jema yang saat ini terlihat bingung. "Kemarin dia udah bantuin Ibu dan kamu, 'kan?"Ava hanya ber-oh panjang sebagai jawaban. "Kamu, kok, ada di sini, Ma? Nggak ngabarin lagi. Tahu gitu aku ajak kamu ke salon bareng tadi." Dia duduk di samping suaminya, berhadapan dengan Jema. "Salon di depan murah, lho. Pelayanannya juga bagus. Apa karena baru buka, ya? Sekalian promosi gitu."Jema tersenyum, melirik kikuk pada Ziyan dan menjawab, "Tadi aku ada urusan di dekat sini, jadi sekalian mampir aja sebentar. Eh, bukannya kemarin kamu udah nyalon, ya, Va?" Seingatnya memang begitu. Ava ke salon sebelum bertandang ke rumah mertua. "Heheh. Lagi pengin aja, Va."

    Last Updated : 2023-12-21
  • Kurebut Suami Sahabat    Part 15

    "Nggak tau, Va. Mungkin urusan kantor." Hanya itu yang menjadi jawaban Jema. Dia lantas memenuhi panggilan itu dan meninggalkan Ava dalam tanda tanya.Di ruangan Pak Mahesa, Jema duduk manis di depan meja kerja pria itu. "Saya bawakan berkas yang Bapak minta. Mungkin bisa sebagai bahan pertimbanganpertimbangan, ya, Pak." Dia menjulurkan tangan yang memegang amplop cokelat. Tiba-tiba Jema berjengit kaget saat tangannya disentuh oleh pria itu. "Pak--""Kamu baik banget, sih. Mau aja nolong temen kamu? Hm?"Dalam hati Jema memaki Pria Tua Bangka ini. Saat akan melepaskan diri, tangannya justru digenggam semakin erat. "Pak, tolong. Ini kantor."Alih-alih melepas pegangan, pria itu menjawab, "Jadi, kalau bukan di kantor kamu mau?"Sial. Jema merutuk. "Bukan, Pak. Mau di mana pun, saya hanya karyawan biasa dan Anda adalah atasan meski tidak langsung. Saya kemari hanya untuk urusan pekerjaan." Dia berharap lelaki itu sadar dengan ucapannya. "Lho, memangnya saya bicara apa sampai kamu kel

    Last Updated : 2023-12-21
  • Kurebut Suami Sahabat    Part 16

    Ziyan melihat pinggang Jema yang disentuh lelaki itu kemudian beralih menatap si wanita penih tanda tanya. "Mas, aku--""Siapa kamu?" Pak Mahesa terlihat tidak suka. "Dia teman saya, Pak." Jema berhasil melepaskan diri dan menjaga jarak. Suasana menjadi canggung, terlebih untuk Jema yang tidak tahu harus berkata apa. Situasi ini jelas memancing kesalahpahaman dan itu sangat buruk. "Biar aku jelasin dulu, Mas. Aku tadi cuma--""Jadi ini teman kamu? Yang minta buat kerja di kantor kita?" Pak Mahesa tidak menatap remeh Ziyan. "Kamu pinter banget, ya, memanfaatkan perempuan sebaik Jema buat keuntunganmu?"Ziyan mengerutkan kening tak paham. Dia menghampiri mereka karena dari jauh Jema terlihat tidak nyaman dengan pria itu. Memang terlihat mencurigakan, apalagi sosok gendut dan pendek itu terus bersikap aneh. "Maaf, tapi maksudnya apa, ya?" ucap Ziyan. "Jema, kamu bisa jelaskan?" "Mas--""Kamu itu jadi laki-laki harus punya harga diri, dong." Pak Mahesa lagi-lagi memotong ucapan Je

    Last Updated : 2023-12-21
  • Kurebut Suami Sahabat    Part 17

    Ava menggeram kesal karena ponsel suaminya sulit dihubungi. Sudah hampir setengah jam dia menunggu di depan toko tas dan tidak ada tanda-tanda akan munculnya sang suami. "Dia ngilang ke mana, sih?!" "Lelaki nggak bertanggungjawab!""Main ditinggal aja! Awas aja kalau nanti ketemu!""Nyebelin banget, sih!""Suami nggak berguna!"Serentetan kalimat umpatan dia lontarkan tanpa beban. Memangnya ada istri yang sabar ketika ditinggal suaminya saat belanja? Untung saja dompet lelaki itu ada padanya. Jika tidak, siap-siap Ava akan mengamuk sepanjang jalan. Ava memutuskan untuk keluar Mall setelah membeli beberapa camilan kesukaannya. Menuju ke tempat parkir, dia merasa sedikit lega karena mobil suaminya masih di sana. Lantas, kemana perginya Ziyan. Dia memilih untuk berkeliling di luar Mall sambil melihat-lihat sekaligus mencari suaminya. Sampai dia tiba di halaman samping Mall tersebut. Ada dua orang yang jelas dikenalinya itu. "Itu Jema, 'kan? Kenapa bisa bareng sama Ziyan?" Melihat

    Last Updated : 2023-12-21
  • Kurebut Suami Sahabat    Part 18

    Ava terkejut saat keluar kamar dan melihat suaminya tidur di sofa. "Jadi semalaman dia tidur di sana? Sengaja menghindar, ya!" gumamnya dengan jengkel. "Udah dikasih pintu kamar malah sengaja tidur di sofa." Menggelengkan kepala, dia melengos tak peduli dan memilih untuk siap-siap bekerja. Saat Ava sedang mandi, Ziyan terbangun dan langsung mengecek ponselnya. Melihat pesan, dia menghela napas lega karena sepertinya Jema lebih dulu tidur dibanding dirinya. Memulai aktivitas pagi, dia berjalan menuju dapur untuk melihat bahan makanan yang bisa dimasak pagi ini. ***Di kantor, Ava memerhatikan temannya dengan seksama. Wajah perempuan itu terlihat lebih baik dari yang terakhir dia lihat di Mall. "Ma," panggilnya dari balik sekat dengan sedikit melongok. "Kamu beneran udah nggak apa-apa?" "Iya, Va. Nggak apa-apa, kok.""Kenapa nggak cerita kalau kamu ada masalah?"Jema menghela napas panjang. "Bukan masalah besar dan aku nggak mau ngerepotin kamu."Ava menyipitkan mata, merasa tak

    Last Updated : 2023-12-21

Latest chapter

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 30

    Ziyan mengakhiri perjalanan tak menentunya, menepikan mobil di depan rumah orang tuanya. Dia merasa perlu memberitahu mereka terkait keputusan yang sudah dia ambil. Kedua orang tua Ziyan terlihat kaget, karena tidak biasanya putra mereka datang tanpa memberitahu terlebih dahulu. “Nak, kamu baik-baik aja, ‘kan?” tanya sang ibu yang saat itu langsung menyadari ada yang tidak beres dengan putranya. Seperti halnya seorang anak kecil yang mengadu karena terjatuh saat bermain, Ziyan menangis di depan orang tuanya. Dia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada pernikahannya dengan Ava dan sampai dia mengambil keputusan final untuk bercerai. Mereka tentu saja terkejut. Selama ini yang mereka tahu adalah Ziyan sangat mencintai istrinya. Namun, semua keluhan yang membuat Ziyan sampai merasa sangat frustrasi seperti ini jelas bukan masalah baru, melainkan masalah yang sudah lama diendap lelaki itu. Namun, tidak kunjung mendapatkan penyelesaiannya. “Semua keputusan ada di tangan kamu.

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 29

    Jema tidak mendapatkan kabar tentang Pak Mahesa semenjak misi balas dendamnya sukses. Kabar miringnya adalah orang itu sudah tidak ada di perusahaan ini. Namun, posisi Yulia dan beberapa karyawati lain yang menjadi korban Pak Mahesa masih tetap aman di posisi masing-masing. Jema awalnya bingung, tetapi tidak mau terlibat dengan hal itu lagi. Bukti yang ada padanya pun telah diserahkan kepada istri Pak Mahesa. Bagaikan orang yang baru, Jema telah berlepas tangan dari masalah itu. Apa pun yang terjadi, yang terpenting sekarang situasinya sudah lebih baik. Gosip tentang Jema juga kian mereda, bahkan seperti tidak pernah terdengar lagi dan kini digantikan oleh role model Jema—siapa lagi kalau bukan wonder woman yang menyelamatkannya tempo hari lalu di ruangan Pak Mahesa. “Gue lihat istri Pak Mahesa yang mesum itu kemarin! Gila cantik banget, pakaiannya modis lagi!” “Gue juga dengar katanya dia melabrak suaminya itu yang lagi selingkuh! Hahaha! Rasakan kena batunya juga dia!” “Katany

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 28

    “Ada apa ini, Pak Mahesa?” tanya Direktur itu. Dia menatap kedua orang itu secara bergantian. “Bu-bukan apa-apa, Pak. Dia cuma mau ngasih laporan soal tawaran proyek kemarin yang saya kasih ke dia.” Dari raut wajah dan cara bicaranya saja sudah menjelaskan betapa dia merasa gelisah. Tatapan pria itu mengarah pada Jema dan memberi kode agar Jema keluar dari ruangannya terlebih dahulu. Sayangnya, meski Jema paham, wanita tersebut tidak ingin beranjak dari posisi berdirinya itu. “Saya tidak akan lama, kok, Pak. Cuma mau bilang sama mau jadi sim—“ “Jema!” Diam-diam Jema menahan diri agar tidak tertawa lepas. Hiburan di depannya ini sangat menyenangkan. Pria itu dihadapkan dengan dua pilihan yang sulit. Jika membiarkan Jema berbicara sekarang, yang ada semua rahasianya terbongkar. Kemudian, jika menyanggupi permintaan Jema, berarti dia harus mengusir Direkturnya dan itu jelas tidak sopan. Lalu, jika memaksa Jema keluar ruangan dengan menarik wanita itu, maka Direktur akan lebih curig

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 27

    Pagi harinya, Jema bangun dengan perasaan yang berat. Hari ini adalah hari di mana dirinya akan melancarkan aksi pembahasan kepada Pak Mahesa memberi pelajaran setimpal untuk pria itu. Hanya saja apa yang dikatakan oleh Ziyan kemarin malam kembali memenuhi isi kepalanya. “Ma,” panggil Jema kepada ibunya. “Kenapa, Nak?” tanya wanita paruh baya itu sambil menyiapkan sarapan untuk putrinya. “Kalau seandainya ada seorang laki-laki yang jatuh cinta pada mama padahal laki-laki itu masih memiliki hubungan yang terikat dengan wanita lain. Ada catatan bahwa sebenarnya laki-laki itu sudah merasa pernikahannya tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Dan secara kebetulan ada Mama yang hadir dalam hidup laki-laki itu. Dia bilang kalau mama bukan alasan di balik pernikahannya yang berantakan. Menurut mama bagaimana?” Wanita yang tidak lagi terlihat muda itu tersenyum lembut. “Cinta dan pernikahan itu bisa berjalan sendiri-sendiri, Nak. Tapi jika laki-laki itu memiliki alasan di balik patahnya p

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 26

    Belakangan Jema sibuk dengan rencananya untuk menggulirkan Pak Mahesa sampai pulang kerja pun yang ada di pikirannya hanya tentang lelaki tua itu. Tidak semua rencana yang disusunnya, ia ceritakan kepada Ava, tetapi sebagian kecilnya perempuan itu tahu apa tujuan Jema. "Apa kamu yakin kalau aku nggak perlu bantu apa pun?" Ava sudah menawarkan hal itu berkali-kali. "Nggak, Va. Aku yakin kamu juga capek. Lagian aku nggak mungkin bawa-bawa kamu, takutnya nanti malah kamu ikutan keseret dalam masalah ini." Dia menjawab dengan jujur. Ava menghela napas. "Ya sudah kalau begitu. Pesanku, jangan terlalu memaksa kalau memang capek dan yang penting bkamu harus hati-hati. Yang kamu lawan itu atasan di perusahaan tempat kita bekerja, lho, Ma.""Iya, Va, iya. Nggak mungkin aku lupa sama fakta itu." Justru karena alasan itulah dia ingin cepat-cepat memberi lelaki itu pelajaran yang setimpal. Akhirnya mereka berpisah di depan pintu gerbang. Seperti biasa, Ava menunggu jemputan sang suami dengan

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 25

    Belakangan Jema sibuk dengan rencananya untuk menggulirkan Pak Mahesa sampai pulang kerja pun yang ada di pikirannya hanya tentang lelaki tua itu. Tidak semua rencana yang disusunnya, ia ceritakan kepada Ava, tetapi sebagian kecilnya perempuan itu tahu apa tujuan Jema. "Apa kamu yakin kalau aku nggak perlu bantu apa pun?" Ava sudah menawarkan hal itu berkali-kali. "Nggak, Va. Aku yakin kamu juga capek. Lagian aku nggak mungkin bawa-bawa kamu, takutnya nanti malah kamu ikutan keseret dalam masalah ini." Dia menjawab dengan jujur. Ava menghela napas. "Ya sudah kalau begitu. Pesanku, jangan terlalu memaksa kalau memang capek dan yang penting bkamu harus hati-hati. Yang kamu lawan itu atasan di perusahaan tempat kita bekerja, lho, Ma.""Iya, Va, iya. Nggak mungkin aku lupa sama fakta itu." Justru karena alasan itulah dia ingin cepat-cepat memberi lelaki itu pelajaran yang setimpal. Akhirnya mereka berpisah di depan pintu gerbang. Seperti biasa, Ava menunggu jemputan sang suami dengan

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 24

    Di kafe, Jema berhadapan dengan Yulia. Wanita berwajah oval itu terlihat tidak nyaman dengan sesekali menggeser posisi duduknya. Di sisi lain, Jema justru bersikap santai dengan menikmati minuman berwarba hijau itu. "Jadi, apa yang sebenarnya kamu mau?" Tidak tahan, Yulia membuka perbincangan lebih dulu."Aku mau kita bekerja sama untuk membuat Pak Mahesa dipecat.""Apa?!" Jelas saja ucapan Jema membuatnya terkejut setengah mati. Bagaimana perempuan itu memikirkan hal gila tadi? "Kamu jangan bercanda, Jema. Kamu pikir kita ini apa? Pak Mahesa itu punya banyak koneksi dan bentar lagi bakal jadi anggota eksekutif di kantor."Jema dengan santai menganggukan kepala. "Aku tahu itu. Karena itulah aku nggak bisa sendiri. Kamu dan para karyawati lain yang sudah terjerat sama kebusukan Pak Mahesa. Aku butuh kalian."Kali ini Yulia tidak menjawabnya langsung. Wanita itu terlihat berpikir, sangat dalam hingga keningnya berkerut tajam. "Aku tahu ini nggak gampang buat kamu, Yulia. Aku juga memi

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 23

    Suasana menjadi suram, terutama apa yang dirasakan wanita itu. Yulia seketika bergerak mundur, seolah ingin melarikan diri dari sana. Namun, temannya yang bernama Gina itu mencegahnya. "Ada apa? Kamu ada urusan apa sama Pak Mahesa?" "Bu-bukan apa-apa. Eh, iya. Aku mau ke toilet dulu, ya." Yulia hendak berbalik, tetapi suara seseorang menghentikannya. "Bukannya lucu? Maling teriak maling." Jelas sindirian itu ditujukan kepada Yulia. Jema tersenyum puas melihat keadaan yang berbalik. Meski sebagian belum sadar dengan apa yang dia katakan, paling tidak Jema tahu bahwa dirinya tidak sepenuhnya berada dalam kegelapan. Ava yang bingung memberi kode dengan menaikan alis, seolah bertanya bahwa apa yang dibicarakan temannya itu. Hanya saja, alih-alih menjelaskan, dia justru berdiri dan menghampiri Yulia. "Tadi aku udah bilang kalau aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Kenapa malah kabur? Jangan bikin semuanya semakin jelas, dong." "Kamu ini bicara apa, sih?" Yulia tampak kesal. Dia menata

  • Kurebut Suami Sahabat    Part 22

    Kedengarannya memang menarik, hanya saja bukan ini yang diinginkan Jema. Tujuannya datang kemari tidaklag untuk memenuhi permintaan Pak Mahesa, apa pun itu. Jadi, dengan satu kali gerakan, Jema berhasil membebaskan tangannya dari genggaman lelaki tersebut. "Pak, apa Anda sadar dengan ucapan Anda barusan, 'kan?""Yang mana?""Ajakan Anda.""Kenapa?" Pak Mahesa berlagak linglung. Mengabaikan perasaan risihnya, dia kembali berbicara, "Apa ini yang Bapak tawarkan ke karyawan lain di kantor?""Iya, Sayang--"Sebelum terlambat, Jema bergegas untuk berdiri dan meraih ponselnya. Dia mengamankan benda itu di tas dan tersenyum penuh kemenangan. "Mau ke mana kamu?" Pak Mahesa yang terkejut menatap perempuan itu dengan alis ditekuk. "Pulang," jawabnya enteng."Apa--""Untuk hari ini cukup sampai di sini saja, Pak." Tanpa beban, Jema tersenyum lebar. "Saya sangat berterima kasih karensa Bapak sudah meluangkan waktu untuk saya." Sebelum Jema berbalik pergi, Pak Mahesa mencegat tangan perempuan

DMCA.com Protection Status