51)Gedung acara perayaan ulang tahun perusahaan sudah sepi. Saat ini hanya tersisa segelintir orang yang masih berada di ruangan yang seharusnya menjadi tempat acara megah itu.Keluarga Rendra dan keluarga Malaysia masih berada di sana. Tak hanya itu, Davin dan Amira juga masih berada di ruangan tersebut. Tampaknya mereka akan diintrogasi oleh keluarga Rendra dan Aleesha. Rendra, Aleesha, dan Amira harus menjelaskan secara rinci tentang foto yang tersebar di acara tadi. Mereka juga harus memberikan penjelasan mengenai pernyataan Visca yang menyebut tentang istri simpanan, hingga pernikahan kontrak."Puas kalian udah hancurin acara hari ini?" omel Bu Ayumi pada Rendra, Aleesha, dan juga Amira. "Kalian sadar nggak apa akibat dari perbuatan kalian untuk keluarga kita dan Rebidz Company?"Amira hanya diam. Wanita itu merasa tidak punya hak untuk bicara. Amira sendiri juga tidak mempunyai hubungan apa pun dengan keluarga Rendra, keluarga Aleesha, maupun Rebidz Company. Wanita itu hanya se
52)Interogasi dari keluarga Rendra dan Aleesha pun akhirnya selesai. Berulang kali Bu Ayumi dan Bu Dina memperingatkan Amira untuk segera pergi setelah kontrak dengan Rendra usai.Amira hanya bisa mengangguk dan menurut saat orang-orang itu berusaha mengusirnya. Amira cukup tahu diri. Ia sangat tahu, kalau dirinya memang tidak mempunyai tempat hidup Rendra. Pada akhirnya, dirinya akan tersingkir dari sisi Rendra cepat atau lambat."Kalau begitu, saya permisi," pamit Amira.Rendra hanya diam dan membiarkan Amira pergi. Diamnya Rendra benar-benar membuat hati Amira terluka. Meskipun wanita itu hanya istri kontrak, tapi Amira sangat berharap Rendra akan memasang badan untuknya."Emangnya kamu siapa, Amira? Kamu bukan siapa-siapa di hidup Mas Rendra. Mana mungkin Mas Rendra akan milih kamu," batin Amira larut dalam kekecewaan."Mau pulang sekarang?" tanya Davin pada Amira.Amira sempat menoleh ke arah Rendra sebelum pergi. Wanita itu berharap Rendra akan mendatanginya dan menawarkan diri
53)Sepanjang hari Amira harus mendengar gunjingan dan cibiran dari rekan-rekannya di kantor. Semua orang terlihat bersemangat mengolok-olok Amira dan merendahkan Amira yang menjadi istri simpanan Rendra. Mereka bahkan tidak sungkan menghina Amira dan melontarkan komentar buruk pada wanita itu.Kantor tempat Amira bekerja kini sudah berubah menjadi neraka untuk Amira. Wanita itu mulai tak sanggup melihat dirinya dijadikan bahan gosip, tapi Amira harus tetap bertahan.Selama berada di kantor, Amira terus menghindar dari Rendra. Saat tak sengaja berpapasan, Amira langsung lari dan bersembunyi. Begitu mendengar nama Rendra, Amira segera menyingkir dan menjauh. Wanita itu bahkan berusaha untuk tidak mendekat ke ruangan Rendra. Hanya ini yang bisa dilakukan oleh Amira untuk meredam gosip yang beredar mengenai dirinya."Amira ke mana, sih? Kenapa dia nggak kelihatan sejak pagi?" gumam Rendra keheranan.Rendra mulai sadar kalau Amira menghindari dirinya selama di kantor. Keduanya belum berju
54)Aleesha memandangi ponselnya yang sepi dari notifikasi. Tidak ada satu pun pesan maupun panggilan telepon dari suaminya. Rendra terlalu sibuk mengejar Amira, hingga pria itu mengabaikan kondisi Aleesha saat ini."Aleesha, gimana keadaan kamu, Nak?" Bu Dina membuka pintu ruangan Aleesha, kemudian menghampiri sang putri dengan tergesa-gesa.Wajah pucat Aleesha sudah menunjukkan segalanya. Tanpa perlu banyak bertanya, Bu Dina seharusnya sudah tahu keadaan Aleseha saat ini dilihat dari raut wajah dan aura suram yang dipancarkan oleh Alessia.Kini Aleesha tengah terbaring di rumah sakit. Kondisi wanita itu drop setelah keributan besar yang terjadi di acara ulang tahun perusahaan suaminya. Aleesha tumbang dan langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. "Aku baik-baik aja, Ma. Dokter bilang aku nggak kenapa-napa," ucap Aleesha penuh dusta."Nggak kenapa-napa gimana? Muka kamu sampai sepucat ini, nggak mungkin kamu baik-baik aja," omel Bu Dina. "Kamu sendirian
55)Tok, tok! "Amira, kayaknya ada tamu."Amira langsung menoleh ke arah pintu depan. Saat ini wanita itu tengah sibuk membantu sang ibu menyiapkan makan malam di dapur."Pasti itu Nak Rendra. Buruan sana kamu bukain pintunya!" perintah Bu Rima."Ibu aja yang buka. Aku mau ke kamar dulu.""Kenapa, Amira? Kamu nggak mau ketemu sama Nak Rendra?" tanya Bu Rima.Amira hanya tersenyum tanpa mengatakan apa pun. Setelah terlibat perdebatan dengan Rendra di kantor, Amira masih menolak untuk berjumpa dengan Rendra."Ibu harus ngomong apa ke Nak Rendra kalau dia nyariin kamu nanti?" tanya Bu Rima lagi."Bilang aja kalau aku lagi nggak enak badan dan nggak mau diganggu."Bu Rima hanya bisa menggeleng melihat sikap putrinya. Wanita itu pun bergegas menuju ke ruang tamu untuk menyambut kedatangan suami putrinya.Bu Rima sudah memasang senyum sumringah saat hendak membuka pintu. Namun, senyum wanita paruh baya itu langsung berubah menjadi wajah bingung saat ia melihat orang asing yang berdiri di h
56)Amira sudah membulatkan tekad. Wanita itu tak mau melihat ibunya ikut terluka karena Bu Ayumi dan Bu Dina. Amira juga sudah tak ingin lagi menaruh harapan pada Rendra. Sesuai dengan permintaan Bu Ayumi dan Bu Dina, Amira akan pergi dari hidup Rendra.Amira tidak menyentuh satu lembar pun uang dari Bu Dina. Wanita itu akan pergi dengan menggunakan uangnya sendiri. Untungnya Amira masih mempunyai uang tabungan dari gaji yang ia kumpulkan selama ini. Dengan berbekal uang seadanya, amira akan membawa Bu Rima pergi ke tempat di mana ia tidak akan bisa lagi bertemu dengan Rendra."Maafin Amira, Bu," ucap Amira dengan air mata berlinang pada Bu Rima.Bu Rima ikut menangis. Wanita itu tak terima melihat putrinya diinjak-injak, tapi sayangnya Bu Rima juga tak berdaya di depan Bu Ayumi dan Bu Dina."Ibu yang harusnya minta maaf sama kamu Amira. Ibu nggak bisa menjaga dan melindungi kamu. Ibu nggak bisa ngelakuin apa-apa buat kamu," sesal Bu Rima."Nggak, Bu. Ibu nggak perlu minta maaf. Aku
57)Kepergian Amira membuat Rendra terpukul. Pria itu mengamuk dan terus memanggil nama Amira di depan rumah Amira.Amira pergi meninggalkan Rendra tanpa mengatakan apa pun. Wanita itu juga tidak berpamitan pada siapa pun. Rendra dan Aleesha benar-benar tak tahu tentang kelakuan Bu Ayumi dan Bu Dina yang memaksa Amira untuk pergi."Amira, kenapa kamu ninggalin aku? Kenapa kamu pergi gitu aja tanpa ngomong apa-apa ke aku?"Rendra benar-benar marah, kesal, dan bingung saat ini. Pria itu pun langsung menghubungi banyak orang untuk membantu dirinya mencari Amira. Bagaimanapun caranya, Rendra harus mendapatkan Amira kembali."Cari Amira sampai dapat! Periksa semua terminal bus, stasiun, dan bandara! Jangan biarin Amira pergi!" perintah Rendra.Rendra mengerahkan banyak orang untuk mencari Amira. Pria itu bahkan meminta bantuan pada teman-teman yang berprofesi sebagai polisi dan detektif."Aku akan bayar berapa pun, asalkan kalian bisa temukan Amira!""Baik, Tuan!"Tidak hanya tinggal diam,
58)Davin memandangi berkas-berkas yang bertumpuk hingga menggunung di meja kerjanya. Sejak pagi, hingga jam pulang kantor tiba, pria itu tidak mengalihkan pandangannya dari dokumen-dokumen yang sudah menunggu untuk digarap olehnya"Kenapa kerjaan aku nggak habis-habis sih?" gerutu Davin dengan wajah penat.Sudah beberapa hari terakhir, semua pekerjaan yang ada di kantor diambil alih oleh Davin. Semenjak Rendra sibuk mengurus Amira, Davinlah yang bertanggung jawab untuk menghandle semua pekerjaan agar tidak terbengkalai.Sebagai karyawan kepercayaan perusahaan, kemampuan Davin memang patut diacungi jempol. Pria itu sangat bisa diandalkan dalam mengurus semua pekerjaan. Beruntungnya, perusahaan pun tidak dibuat carut marut selama Rendra menghabiskan waktunya untuk mencari Amira. Meskipun Davin bersaing dengan Rendra dalam mengambil hati Amira, tapi pria itu masih bisa bersikap profesional dan tidak mencampura