Liam berjalan cepat meninggalkan ruang dimana Sanjaya dirawat. Dia malas sekali melihat drama yang diperankan Sanjaya di depan istrinya. Jelas dia mengingat siapa Sanjaya karena pria matang itulah yang beberapa tahun yang lalu sudah merebut kekasihnya dan menikahinya secara siri hingga meninggalkan Liam begitu saja. Liam juga masih ingat dengan Zahera yang beberapa bulan yang lalu mengalami kecelakaan kecil dengannya dan berakhir dengan Zahera yang meracau dengan curhatan tidak jelas padanya. "Ck. Dasar wanita bodoh. Sudah tahu suaminya gak setia. Tapi masih juga dipertahankan."Meski tidak tahu secara jelas seperti apa hubungan keduanya, tapi Liam bisa menebak dari rangkaian kejadian yang dialaminya bersama sepasang pasutri tersebut. Dan Liam berharap tidak akan kembali berurusan dengan salah satu dari mereka.Baru saat Liam keluar dari Lobby rumah sakit, tanpa disangka dia justru bertemu dengan sosok yang sangat dekat dengannya saat kuliah. Mereka dulu satu kampus meski beda fakul
Alvino : [Paling juga yang bayar tagihan rumah sakit orang yang tabrakan sama Mas Jaya kan, Kak?][Emang tadi gak ketemu?]Zahera membaca balasan Alvino dengan kesal. Dia memang tahu akan hal itu. Bahkan dia juga tahu siapa namanya. Hanya saja, Zahera sedikit penasaran dengan orang tersebut. Terlebih dia terlihat sangat angkuh dan misterius karena sempat mengatakan sesuatu yang menurutnya aneh sebelum tiba-tiba pergi. 'Ah, tapi gimana aku bilangnya sama Vino,' batin Zahera. [Ya sudah lupakan saja] balas Zahera pada adiknya. Zahera akhirnya tidak mau memperpanjang rasa penasarannya karena mungkin juga tidak terlalu penting untuk diketahui olehnya. Ada banyak hal lain yang perlu dipikirkan dan tentunya jauh lebih penting lagi. Kesehatan suaminya, juga nasib anaknya yang tidak bisa dibawa masuk ke rumah sakit. [Vin, ini kayaknya Mas Jaya masih harus nginep di rumah sakit][Terus gimana ya sama Abi?][Masa aku titipin ke Alena lama-lama?][Dia kan besok masih kerja]Zahera masih men
Pagi ini Alena dan Abimanyu akan diantarkan Alvino ke rumah sakit. Abimanyu akan dikembalikan kepada Zahera karena Alena harus berangkat bekerja. Sedangkan Sanjaya sendiri, sementara Alena masih bekerja akan ditunggu oleh Bram, sang asisten."Inget ya, Abi. Jangan bilang mama kalau ada Om Vino di sini? Anggap aja semalam Abi ditemani sama Aunty Alena aja. Okay?" "Siap, Om."Alena tersenyum miring sambil menggeleng pelan kepalanya karena melihat Alvino mengajarkan kebohongan kepada si kecil Abimanyu. Baru setelah itu, Alena pun menuntun Abimanyu ke depan rumah sakit sedangkan Alvino bersembunyi sementara untuk menunggu Alena mengantar Abimanyu. Baru setelah itu Alena diantar Alvino ke tempat kerja. "Dasar! Ajaran sesat!" Alvino terkekeh mendengarnya. 'Daripada dipulangkan ke luar negeri sama kakaknya,' pikir Alvino. "Cepat atau lambat Mbak Zahera pasti tahu kamu di sini, Vin." "Hm. Aku tahu. Tapi kalau bisa diperlambat, kenapa harus cepat-cepat?" Alena melengos saja tidak mau deb
Alena sudah berada di teras rumah saat Zahera dan rombongan datang dari rumah sakit. Alena memang diundang Zahera untuk datang sepulang kerja dengan niat awal ingin diajak makan malam bersama sebagai ucapan terima kasih karena sudah menjaga Abimanyu seharian kemarin. Tapi setelah pertemuan tidka disengajanya dengan Alea membuat Zahera berubah pikiran. "Alena, saya minta tolong kamu ajak Abimanyu buat tinggal sama kamu sementara ya? Besok dan lusa kamu gak kerja kan?""Maksud kamu apa, Ma?" Sanjaya yang menyahut, sedangkan Alena masih diam saja saking terkejutnya. Zahera mengabaikan Sanjaya. Dia justru beralih ke Abimanyu untuk meminta anak itu menurut dengan rencananya. "Sayang. Hari ini kamu ikut sama Aunty Alena lagi dulu ya? Ada yang mesti mama lakukan supaya papa cepat SEMBUH," jelas Zahera dengan menekankan kata sembuh karena memiliki arti lain dari yang mungkin akan dipikirkan oleh anaknya. Abimanyu yang tahu perintah ibunya tidak bisa dibantah akhirnya hanya mengangguk. Ale
PRAANK!!Zahera menjatuhkan semua barang di kamarnya secara membabi buta. Berteriak histeris meluapkan seluruh perasaan yang menekan hatinya. Sejak melihat Sanjaya dipeluk Alea di teras rumah sakit tadi, Zahera sudah menahan dirinya untuk tidak bereaksi berlebihan karena tahu ada Abimanyu di sana. Tapi setelah Abimanyu dibawa pergi Alena dengan diantar oleh Bram, Zahera tidak bisa lagi menahan emosinya. "Ma, tolong jangan begini. Dengerin penjelasan papa dulu," bujuk Sanjaya yang berada di balik pintu kamar mereka. Zahera memang sengaja mengunci pintu kamar dan mengamuk sendiri di sana. Logika memintanya untuk tidak melakukan hal bodoh apapun yang memperlihatkan sisi lemahnya di depan sang suami. Tapi dadanya sudah tidak bisa lagi menampung rasa sesak yang kian membuncah."Ma, tolong biarin aku masuk. Aku gak mau kalau kamu sampai menyakiti diri sendiri," bujuk Sanjaya lagi."DIAM! BUKAN AKU YANG NYAKITIN, MAS! TAPI KAMU!" bentak Zahera dari dalam kamarnya. "Kamu yang udah bikin ak
Zahera menatap langit-langit kamar yang putih bersih dengan lampu di tengahnya saat pertama kali membuka mata. Rasa nyeri di pergelangan tangannya membuat Zahera sadar jika saat ini dirinya tengah dimasuki cairan infus. Ditambah dengan aroma obat dan suara hening di sekitarnya. 'Aku dirawat di rumah sakit.'Ingatannya kembali ke beberapa waktu yang lalu saat dirinya sedang menghancurkan kamar seperti orang gila. Juga saat terpaksa telinganya harus mendengar mencekamnya pengakuan Sanjaya atas perselingkuhannya selama ini termasuk penjelasan penyebabnya. Sampai kemudian Alvino datang dengan ambulan dan tim medis untuk membawa mereka pergi ke rumah sakit untuk merawat luka goresan barang pecah di tubuhnya. Meski luka hatinya tidak bisa ikut tersembuhkan."Aku mau jujur sama kamu, Ma. Aku akan jelaskan semuanya dari awal. Kasih aku waktu sebentar saja," ucap Sanjaya lirih, nyaris berbisik sambil memeluknya dari belakang. Energi Zahera habis untuk menghancurkan kamar mereka, hingga kini
Zahera sudah boleh pulang minggu siang karena lukanya memang tidak serius. Bahkan Zahera juga sudah sempat melakukan konseling dengan psikiater rumah sakit yang diminta Alvino. Keputusannya untuk menggugat cerai Sanjaya sudah bulat. Bahkan diam-diam Zahera juga sudah menghubungi pengacara Zio untuk membantunya. Tentu saja pria itu dengan senang hati membantu Zahera mengurus berkas perceraiannya dengan Sanjaya. Zahera juga sudah yakin dengan niatnya meninggalkan Sanjaya tanpa pamit dan membawa Abimanyu pergi. Dia tidak bisa meneruskan rumah tangga yang akhirnya hanya akan saling menyebabkan luka satu sama lain."Ma, kita pulang tanpa papa?" "Iya, Sayang. Abi gak apa-apa kan pergi berdua aja sama mama?""Gak apa-apa, Ma. Tapi Abi belum say good bye sama papa," lirih Abimanyu merasa sedih.'Maafin mama, Abi.'Zahera mencoba mencari alasan jika papanya sibuk sehingga mereka tidak perlu berpamitan pada Sanjaya. "It's Okay, Ma. Abi ngerti kok. Nurut mama aja." Zahera tersenyum senang d
Zio: [Za, Kamu lagi dimana?][Kira-kira kapan kita bisa ketemu buat bahas lebih lanjut tentang pengajuan gugatan cerai dari kamu buat Sanjaya]Zahera membaca pesan singkat dari Zio dengan hati yang kosong. Meskipun perceraian ini dirinya sendiri yang menginginkan, tapi membahasnya tetap membuatnya sakit. "Aku gak bisa lari dari masalah. Aku harus kuat menghadapinya, seperti jalan yang sudah kupilih. Aku dan dia berhak untuk bahagia setelah terlepas dari pernikahan tidak sehat ini." Setelah pengakuan Sanjaya tentang orientasinya, Zahera semakin yakin tidak bisa mempertahankan hubungannya dengan Sanjaya. Katakan lah Zahera egois karena tidak berusaha membantu suaminya untuk sembuh, tapi justru memilih untuk pergi dan meninggalkannya.Tapi bagi Zahera, menjaga kewarasannya juga penting terlebih masih ada tanggungan Abimanyu yang membutuhkan Zahera tetap hidup dengan sehat lahir batin. "Aku gak bisa bergantung lagi pada orang lain. Kebahagiaanku menjadi tanggung jawabku sendiri. Dan a
'Ini maksudnya apa?' batin Zahera. Pertanyaan tersirat dari Evander Lim kepada Zahera tentu saja membuatnya sangat syok. Apalagi dengan tatapan dalam dari ketiga putra yang dimaksudkan oleh pria paruh baya tersebut. Zahera hanya bisa menoleh ke kanan kiri menyembunyikan kebingungannya. Sedangkan Abimanyu dan Alvino yang diam saja justru terlihat lebih tenang dan tidak sebingung Zahera saat ini. Pertama kalinya Liam tahu jika Zahera adalah kakaknya Alvino, dia sempat terkejut juga. Tapi itu tidak membuatnya mundur untuk mendekati Zahera dan anaknya. Tiga bulan ke belakang Alvino maupun Abimanyu sudah menjadi saksi bagaimana Leon, Lim dan Liam sama-sama berusaha mendekati Zahera dengan berbagai cara. Zahera memang terlihat menanggapi ketiganya dengan sama baiknya. Sayangnya tidak lantas membuat Zahera berpikir terlalu jauh tentang tujuan dari pendekatan ketiganya. "Za, ketiga putra Tante suka sama kamu sudah dari lama. Kamu gak sadar ya?" ujar Liana dengan nada menggoda. Zahera ha
Sejak pulang dari pengadilan agama, Sanjaya tidak banyak bicara meskipun Alea dan Mama Anita terus mengajaknya berbicara. Sanjaya masih syok dengan apa yang didengarnya dari Alena. Dia baru sadar jika selama ini Alena tidak benar-benar tertarik dan ada rasa dengannya. Dan Sanjaya dibuat sangat sakit hati. 'Padahal aku sungguh sayang sama dia,' batin Sanjaya masih tidak menerima takdirnya. Sanjaya sama sekali tidak menyangka jika Alena bersandiwara hanya untuk membantu Zahera memiskinkan dirinya. Benar-benar miskin karena semua aset yang dimilikinya dulu, kini sudah beralih nama menjadi milik Zahera, Abimanyu dan juga Alena. Satu-satunya yang masih dimiliki Sanjaya hanyalah pekerjaannya sebagai CEO di perusahaan yang sudah beralih nama menjadi milik Zahera dan nantinya akan diwariskan kepada putra semata wayang mereka. 'Aku tidak masalah jika harus memberikan hartaku untuk mereka karena aku memang menyayanginya. Tapi kenapa harus ditinggalkan oleh mereka semua?' Sanjaya sudah bera
"Langsung ke rumah saja, Liam. Kita bicara di rumah!" perintah Evander Lim pada putra bungsunya setelah mengetahui sesuatu yang lain dari Liana — istrinya. Awalnya Evander Lim hanya tengah memberitahu kepada istrinya mengenai kedua putranya yang menyukai wanita yang sama. Tapi begitu tahu siapa wanita yang dimaksud, Liana semakin heboh karena jelas dia juga mengenal Zahera, bahkan sempat ingin menjodohkannya kepada Leon dan tanggapan Leon juga cukup positif. Evander Lim dan Liana tidak pernah menyembunyikan masalah sekecil apapun. Mereka lebih suka saling terbuka dan menyelesaikan semua permasalahan bersama tanpa ada yang ditutup-tutupi. "Ini kenapa ketiga putraku malah kecantol satu janda yang sama?" gumam Evander Lim sambil menepuk dahinya. Kemudian dia keluar dari dalam ruangan kerja putranya untuk pulang karena pertemuan dan diskusi tentu berubah haluan ke rumah yang juga dihadirkan putra lainnya dan juga sang istri. Evander Lim dan Liam sampai hampir bersamaan. Sebenarnya Li
"Papa?" Belum sempat Zahera bertanya maksud dari Evander Lim mengatakan putranya yang lain itu siapa, suara sahutan dari belakangnya seakan menjawab kebingungannya dengan kebingungan yang lain. 'Papa? Mas Liam panggil Paman Lim dengan sebutan papa? Maksudnya, Mas Liam dan Dokter Lui itu saudaraan?' batin Zahera menatap bergantian antara Liam dan Evander Lim seakan tidak percaya dengan apa yang didengar. Padahal jika Zahera jeli dan memperhatikan detail garis wajah Evander Lim dengan Liam maupun Lui sama-sama memiliki garis wajah yang cukup mirip. Sama-sama berwajah oriental utamanya keturunan dari Negeri Gingseng. Liam menyampirkan blazer milik Zahera tanpa peduli papanya sudah menatap curiga pada mereka. Liam akan pura-pura tidak tahu jika kedua orang di depannya sudah saling kenal. Zahera sendiri sempat tersentak dengan perlakuan manis Liam meski sudah beberapa kali mendapatkannya sejak mereka kenal. Tapi disaksikan oleh Paman Lim seperti ini tentu saja membuat Zahera merasa ca
Jika di luar, Liam dan Zahera sedang bersenang-senang menikmati wahana flyboard, maka Robin di perusahaan menjadi tumbal untuk mengerjakan pekerjaan yang menggunung. Pertemuan dengan klien hari ini jelas harus dibatalkan semuanya. Karena Robin yang bekerja sendirian tidak mungkin meninggalkan perusahaan untuk sebuah pertemuan. "Ah sialan! Punya bos gak ada akhlak memang. Ini maksudnya aku dilatih buat jadi CEO apa gimana?" Robin tidak berhenti mengumpat sejak membaca pesan dari Liam jika dirinya dengan Zahera tidak akan ke kantor hari ini. Meskipun Liam menjanjikan libur untuk besok kepada Robin, tapi tetap saja bekerja sendirian untuk pekerjaan tiga orang sungguh sesuatu sekali. Meskipun begitu, sebenarnya Robin tidak sungguh-sungguh membenci sepupunya. Dia hanya merasa kesal karena dikerjain oleh Liam dan Zahera. Ya walaupun Robin sangat yakin jika biang keroknya tetap saja Liam. Zahera tidak mungkin dengan sengaja meninggalkan pekerjaan jika bukan karena terpaksa. Di tengah ke
"Mabal yuk?" "Mabal?" Zahera sempat loading saat Liam tiba-tiba mengajaknya mabal. Paham jika Zahera tidak mengerti bahasa gaul yang sedang dikatakannya, Liam pun segera menjelaskan jika dirinya ingin mengajak Zahera bolos kerja hari ini. Zahera sampai tertawa mendengarnya. Baru ini dia melihat seorang bos mengajak karyawannya untuk sengaja membolos dari pekerjaannya. Dia mengira Liam hanya bercanda, tapi nyatanya Liam bersungguh-sungguh saat kembali mengatakannya. "Bukanlah hari ini cukup berat? Aku bisa ajak kamu ke suatu tempat yang bagus, yang bisa bikin kamu teriak-teriak memacu adrenalin dan yang jelas happy setelah pulang dari sana. Mau?" Zahera menoleh dalam diam. Menatap lekat pada Liam yang dari wajah hingga tatapan matanya tidak ada gurauan dengan ajakannya. Semua diucapkan dengan nada serius juga ekspresi yang diperlihatkan. Zahera bingung menjawabnya. Meskipun sebenarnya Zahera bukan tipe yang suka mangkir dari tanggung jawab, tapi saat ini sejujurnya dia memang but
Sanjaya tidak mengindahkan peringatan dari Alena. Dia tetap berjalan maju dan membuat Alena melakukan hal sebaliknya. Sanjaya bahkan berani memojokkan Alena, karena merasa diabaikan setelah tahu Alena sudah berada di Jakarta. "Apa maksudnya kamu bicara begitu, Lena?" hardik Sanjaya.Untuk pertama kalinya Alena melihat Sanjaya yang bersikap kasar padanya. Alena menyembunyikan rasa takut dengan memperlihatkan galeri ponselnya yang berisi video dewasa yang pernah dikirim Alea padanya. Tindakannya itu cukup membuat Sanjaya mengalihkan pandangan dengan memberikan tatapan nyalang pada Alea. Sanjaya sangat marah dengan kelancangan Alea yang sudah membuat Alena menjauhinya. Padahal tanpa video itu pun sebenarnya Alena pasti menjauhinya karena misinya selama ini sudah selesai. Tapi kini Alena punya pengalihan amarah Sanjaya dengan memfokuskan Sanjaya pada Alea. "Ini gak seperti yang kamu pikir, Alena. Alea menjebakku dengan memberikan obat ke minumanku saat itu. Kamu harus percaya sama aku
Sidang putusan perceraian Zahera dan Sanjaya sudah selesai dibacakan. Mulai hari ini, sepasang suami istri yang sudah menikah sekitar sepuluh tahun lamanya itu akhirnya kembali menjadi orang asing seperti sebelumnya. Alena mendadak mendapatkan panggilan alam dan ijin ke toilet terlebih dahulu kepada Alvino. Alena menjadi orang pertama yang keluar dari ruang sidang. Sempat terkejut saat mendapati Liam ada di luar duduk seakan sedang menunggu seseorang. "Alena?" "Liam?" "Bukannya di dalam sedang ada sidang perceraian-" Liam memotong ucapannya dan tidak melanjutkan. Alena seakan paham dengan tatapan curiga dari Liam. Segera menjelaskan meski tidak sepenuhnya diterangkan sejelas-jelasnya."Aku temannya Mbak Zahera yang baru selesai sidang barusan," ujar Alena. "Eh, aku ke toilet dulu ya, udah di ujung soalnya," sambungnya tidak ingin dicecar pertanyaan lebih banyak lagi dari ini. Liam mengangguk mempersilakan. Alena terburu-buru bukan hanya karena sudah tidak tahan untuk membuang ha
"Za, kamu sudah siap?" Zio bertanya dengan memandang Zahera sangat dalam. Zahera yang masih berada di antara alam pikiran dan kenyataan hanya terdiam. Indera pendengarannya merekam pertanyaan dari sang pengacara dengan jelas. Tapi proses menyampaikan hingga ke dalam otaknya begitu lambat. "Za, hakimnya sudah siap," tegur Zio lagi membuat Zahera menarik diri ke alam nyata. "Iya, Mas. Aku juga sudah siap," ujar Zahera akhirnya bisa mengulas senyum tipis. "Tuhan tahu mana yang baik buat kita semua, Kak," ujar Alvino mengelus ringan bahu Zahera yang berbalut blazer berwarna hijau tosca. "Semua akan baik-baik saja, Mbak. Semangat!" ucap Alena ikut memberi Zahera semangat. Zahera kembali tersenyum. Kini senyumnya sedikit terlihat lebih tulus dan manis daripada yang tadi. "Aku tahu. Ini semua akan segera berlalu, dan aku selalu bersemangat. Kalian tahu itu dengan sangat kan?" Semua yang mendengar mengangguk dengan senyum terbaik untuk memberikan energi positif kepada Zahera sebelum m