Share

Bab 43    Rahasia Terpendam

Penulis: Ardhya Rahma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-09 23:56:46

"Kamu yakin mau menggantikan saya menjaga suami saya?"

Marisa memperhatikan dengan teliti gadis yang berdiri di depannya itu. Matanya memindai setiap detail wajah juga penampilan gadis itu. Ayah mertuanya bilang anak asuhnya itu berusia di atas dua puluh tahun. Namun, Marisa pikir gadis itu bahkan masih layak disebut remaja.

"Saya yakin sekali, Nyonya muda." Gadis itu mengangguk dengan bersemangat hingga ujung hijab yang menutupi kepalanya ikut bergerak-gerak.

Marisa tersenyum melihat semangat gadis itu. Namun, Marisa masih sangsi karena melihat penampilan gadis itu yang seperti orang kurang sehat.

"Jangan memanggil saya nyonya muda. Panggil saja mbak atau ibu," pinta Marisa

"Baik, Bu," jawab gadis itu sambil tersenyum.

"Jadi Laila … saya bisa memanggilmu Laila, kan?" tanya Marisa.

Setelah melihat gadis itu mengangguk, Marisa melanjutkan ucapannya. "Jadi umurmu berapa? Saya nggak mau mempekerjakan anak di bawah umur. Dan menurut saya kamu seperti remaja berusia tujuh belas tahu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Wildatuz Zaqiyyah
apa ituuuu?
goodnovel comment avatar
Herlina Teddy
makin seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 44  Menemukan Rahasia Irawan 

    "Apa ini? Kenapa ada amplop berlogo rumah sakit dan ditujukan untuk Mas Irawan. Dan kenapa disimpan di sini?"Marisa menimang amplop berlogo rumah sakit itu. Dia membolak-balik amplop itu. Ragu antara perlu membukanya atau tidak. "Kenapa amplop ini harus dimasukkan lemari besi? Apalagi dimasukkan dulu ke amplop coklat. Apa yang disembunyikan Mas Irawan dariku?" Marisa mengelus amplop itu beberapa kali. "Ah … sudahlah aku buka saja. Toh amplop ini juga sudah dibuka. Barangkali ada sesuatu yang penting dan mungkin berhubungan dengan kondisi kesehatan Mas Irawan. Siapa tahu dengan membuka amplop ini aku bisa mendapatkan solusi agar Mas Irawan segera sadar," gumam Marisa. Marisa kemudian duduk di pinggir kasur dan membuka amplop putih berlogo rumah sakit itu. Ternyata memang benar amplop itu berisi hasil lab suami Marisa. Dia membaca isi bagian atas secara sekilas karena tidak memahami barisan angka yang tertera di sana. Wanita itu kemudian segera membaca kesimpulan tes yang ada di ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 45 Menelusuri Rahasia Irawan

    "Amplop itu … di mana amplop itu?" bisik Marisa. Marisa ingat tentang rahasia yang disimpan oleh suaminya. Dengan tertatih karena masih merasa lemas, dia bangun dari kasur. Perlahan-lahan perempuan berambut sebahu itu beringsut ke arah ujung kasur. "Jangan sampai Bi Asih menemukan amplop itu. Aku harus segera menyimpan dan merapikan barang yang berantakan di situ." Marisa sudah sampai di ujung kasur dan dia sudah menemukan kertas yang dicarinya itu. Dia memasukkan hasil lab suaminya itu ke dalam amplop kembali dan menaruhnya ke dalam tasnya. Sementara amplop coklat dia letakkan kembali di dalam brankas yang lalu segera dikuncinya. Marisa bersyukur meski tadi tidak mengunci lemari besinya itu, tetapi pintu lemari kayu sudah ditutupnya sehingga brankas itu tertutup dan aman. Hanya kertas lab dan amplop yang berserakan di lantai di dekat pintu lemari. Namun, orang yang melihat sekilas tidak akan tahu itu kertas penting. Apalagi ada tas bepergian dengan tumpukan baju yang belum sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 46   Rahasia Irawan

    l"Saya yakin. Surat yang ditunjukkan suami Ibu waktu itu bukan surat ini," kata Dokter Anita yang membuat Marisa melongo. Perempuan berusia 29 tahun itu terdiam mendengar ucapan Dokter Anita. Tega-teganya Mas Irawan membahas hal sepenting ini tanpa sepengetahuannya, batin Marisa. Marisa sakit hati mengetahui suaminya menyembunyikan sebuah rahasia besar. Rahasia yang bisa mempengaruhi keberadaannya sebagai seorang istri. Andai suaminya itu mau terbuka, maka dia tidak akan mendapatkan nyinyiran dari ibu mertuanya. "Bu Marisa? Ada apa?" tanya Dokter Anita dengan nada heran. "Eh tidak, Dok. Hanya sedang berpikir kira-kira di mana surat yang dokter maksud itu." "Apa Bu Marisa benar-benar tidak tahu tentang kondisi kesehatan Pak Irawan?" Dokter Anita kembali bertanya. Mungkin bagi orang lain akan terasa aneh ketika ada istri tidak mengetahui kondisi suaminya. "Kalau kondisi kesehatan suami saya yang lain, saya tahu. Akan tetapi untuk yang satu ini saya benar-benar tidak tahu, Dok.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 47  Marisa Menggugat

    "Kamu itu dari mana saja, sih? Sudah tahu suami sakit kok malah keluyuran. Mending kalau kelayapannya itu bisa bikin kamu nggak mandul lagi!" hardik sebuah suara yang sangat Marisa kenal."Ma!" tegur suara lain yang juga dikenal Marisa.Marisa terpaku di depan pintu masuk yang masih dibiarkannya terbuka. Tubuhnya kaku dengan tangan kanan yang terkepal erat. Sementara tangan kirinya memegang erat tali travel bag yang dibawanya. Matanya nyalang menatap ibu mertua yang baru saja menghardiknya. "Kenapa kamu menatap Mama seperti itu? Kamu marah dibilang mandul?" tanya Bu Santi dengan sinis? "Ma!" seru Pak Hartawan kembali. Mata ayah mertua Marisa itu menatap istrinya dengan tajam. Dia tampak tidak suka dengan perkataan yang baru saja dilontarkan Bu Santi. "Sudah berapa kali Papa bilang. Jangan buat keributan! Kenapa kamu selalu mengulanginya, Ma?" tegur Pak Hartawan kepada Bu Santi. Namun, Bu Santi mengabaikan teguran suaminya itu. "Yang mau bikin keributan siapa, sih, Pa? Mama kan c

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-16
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 48  Tangisan Marisa

    "Bangun, Mas! Katakan apa alasanmu menyembunyikan kelemahan kamu? Apa alasanmu menjadikan aku tameng dan membiarkan aku terus dihina oleh mama kamu? Jelaskan, Mas!" Marisa terus mengguncang tubuh suaminya. Dia lupa kondisi Irawan masih rentan dan bisa kembali drop. Apa yang ada dalam pikiran Marisa hanya satu. Dia ingin tahu alasan Irawan melakukan perbuatan yang sangat menyakiti hatinya. Marisa benar-benar hancur, orang yang selama ini dia sayangi ternyata tega membuatnya menderita. Orang yang dia kira bisa melindunginya justru membuatnya jadi bahan hinaan orang lain. "Kita memang menikah karena perjodohan, tapi aku mencintaimu dengan tulus, Mas. Aku menyayangimu sepenuh hatiku. Tak pernah kusangka ini balasan mu kepadaku. Ternyata cintaku selama lima tahun ini bertepuk sebelah tangan." Marisa menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya. Kepalanya tertelungkup di samping tubuh Irawan yang terbaring di kasur. "Selama beberapa hari ini aku tidak enak makan dan tidak bisa tidur memiki

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-19
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 49   Kegundahan Marisa

    "Mencari ini ya, Bu?" tanya sebuah suara bariton yang dikenalnya. Marisa menoleh ke kanan dan melihat Dokter Harun mengacungkan selembar kertas. Dia terkesiap dan bergumam, "jangan-jangan itu yang kucari." "Bisa saya lihat, Dok?" Marisa mendekati Dokter Harun dan menerima selembar kertas yang tadi diacungkan dokter itu. Melihat kertas yang berada di telapak tangannya, tanpa membukanya pun Marisa sudah yakin kalau kertas itu miliknya. Posisi kertas yang tanpa amplop dan tidak terlipat rapi karena semalam tangan Marisa sempat meremasnya membuat dia menduga Dokter Harun sudah membacanya. Jadi, dengan tertunduk dan pipi memanas menahan malu Marisa berkata singkat, "Terima kasih, Dok." "Sama-sama, Bu. O ya ada tambahan vitamin jantung untuk Pak Irawan. Saya berikan resepnya hari ini, tapi vitamin yang lama bisa dihabiskan lebih dulu." "Baik, Dok. Terima kasih banyak. Terima kasih juga untuk Suster," ucap Marisa sambil mengangguk kepada Dokter Harun dan kedua perawat yang mendampinginy

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 50. Ide Gila Bu Santi 

    "Kalau saja kamu tidak mandul! Seandainya saja kamu secepatnya menuruti permintaan Mama. Sekarang ini Irawan pasti sudah punya anak!" Bu Santi berkata dengan nada menyalahkan Marisa. "Kok Mama bisa memastikan? Punya anak itu takdir, Ma. Kita ini manusia … tidak bisa menentukan takdir," tegur Pak Hartawan. "Setidaknya kan ada usaha. Gak diam saja terima nasib kalau belum punya anak setelah nikah lima tahun," sindir Bu Santi."Maaf, Ma. Saya nggak diam saja. Saya juga berusaha sekuat tenaga. Asal Mama tahu, saya juga ikut program hamil di klinik Dokter Anita. Beliau dokter kandungan terbaik untuk program ini!" Marisa akhirnya memilih membela dirinya. Dia sudah terlalu lelah untuk menerima semua sindiran dan cercaan dari ibu mertuanya itu."Kalau begitu kenapa belum ada hasilnya? Berarti kamu memang beneran mandul, "tuduh Bu Santi, yang membuat Marisa menggertakkan giginya. "Kenapa? Mama betul, kan?" desak Bu Santi."Ada hasil atau tidak itu namanya takdir, Ma. Lagipula Marisa nggak ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 51. Tuntutan Bu Santi

    "Marisa … kamu harus ikut program bayi tabung!" seru Bu Santi, yang membuat Marisa terperangah. "Kok kamu diam saja! Sini … mama mau bicara." Bu Santi melambaikan tangan dan memerintahkan Marisa mendekat. Marisa pun berdiri dan melangkah dengan sedikit ragu. "Aduh kamu tuh … jalan aja dah kayak siput. Sini cepetan duduk kursi itu." Bu Santi menunjuk salah satu sofa tunggal di sebelahnya. Marisa mempercepat langkahnya. Dia tidak mau Bu Santi punya alasan untuk memarahinya kembali. Sesampainya di sofa yang ditunjuk oleh ibu mertuanya, Marisa segera menghempaskan tubuhnya. "Mau bicara apa, Ma?" tanya Marisa "Solusi agar kamu bisa segera punya anak. Mama dan Papa dah kelamaan nungguin. Kami ini sudah tua dan pengen cepat bisa main dengan cucu. Makanya kamu jangan banyak alasan. Kamu harus setuju usul Mama," desak Bu Santi. "Marisa bukan mau cari alasan, Ma. Kalau memang saran Mama itu bisa jadi solusi ya pasti saya saya setuju. Tapi kan Mas Irawan lagi koma, Ma. Gimana caranya kami

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-21

Bab terbaru

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 137 Honeymoon

    "Mas Rian … jangan pergi! Jangan tinggalkan aku! Bangun, Mas! Aku membutuhkanmu!" ratap Marisa. Namun, lelaki yang dipeluk dan ditangisinya masih tetap mengatupkan matanya. Rapat. "Sudah, Mbak jangan nangis terus. Lebih baik kita doakan Mas Rian agar diberikan kesehatan." Marisa mengangguk mendengar saran Dokter Harun. Memang tangis tidak akan membuat Rian sembuh. "Alhamdulillah Allah masih melindunginya. Tusukan pisau itu tidak mengenai organ vital. Geser satu centi aja akan sangat berbahaya. Namun, mengingat dia ditusuk tiga kali dan mengeluarkan banyak darah, kondisinya belum terbilang stabil. Perlu banyak kantong darah untuk transfusi. Sementara stok golongan darah O di PMI menipis."Marisa mengusap wajah lega. "Ambil darah saya saja, Dok. Golongan darah saya O." "Jangan. Kamu butuh istirahat, Mbak. Darah saya saja, Dok. Saya juga bergolongan darah O," ucap Dokter Harun."Baiklah … nanti kita periksa dulu untuk melihat kecocokannya."Marisa menelepon ibunya untuk mengabarkan di

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 136 Misi Penyelamatan

    "Ada apa dengan Marisa?" sambar Rian.Dokter Harun menatap Bu Rahmi dengan prihatin. "Sabar, ya, Bu. Mbak Marisa mengalami penculikan di dekat sekolah. Kasusnya sedang dalam penyelidikan polisi." "Apa diculik?" teriak Rian."Tidak! Jangan polisi. Nanti Marisa tidak selamat!" seru Bu Rahmi yang kemudian menangis. "Kenapa tidak selamat? Ibu tahu kalau Mbak Marisa diculik?" desak Dokter Harun. "Iya." Bu Rahmi mengusap wajahnya dan terduduk lemas di sofa. "Itu sebabnya tadi Bulek telepon kamu." Tatapan Bu Rahmi terarah ke Rian."Sebenarnya Bulek berharap itu cuma bercanda, tapi kabar yang dibawa Dokter Harun membuat Bulek tahu kalau orang itu sungguh-sungguh menculik Marisa." Air mata Bu Rahmi pun menderas di kedua pipinya. "Orang itu? Siapa?" "Siapa orang itu, Bu?"Dokter Harun dan Rian bertanya bersamaan. "Tadi ada telepon. Ngaku temannya Marisa ke Bik Siti. Setelah ibu angkat dia bilang sudah menculik Marisa dan melarang untuk melapor ke polisi kalau mau anak ibu selamat. Tapi ta

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 135   Diculik

    "Apa-apaan ini? Siapa mereka?" tanya Marisa ketika melihat tiga orang lelaki turun dari mobil yang menghadangnya.Salah satu lelaki yang turun dari mobil penghadang itu kemudian menggedor jendela di samping Marisa. "Buka pintunya! Cepat!" Marisa terlonjak kaget dan mundur dari jendela. Untuk beberapa saat dia hanya diam dan memandang ketiga lelaki berwajah menyeramkan itu. Marisa tidak mau membuka pintunya. Berada di dalam mobil dengan pintu yang terkunci membuatnya sedikit merasa aman. Sayangnya rasa aman itu hanya bertahan sebentar, karena tak lama kemudian kaca jendela mobilnya pecah berhamburan. Salah satu lelaki menyeramkan itu memegang semacam palu yang besar dan berhasil memecah kaca. Belum hilang rasa kaget Marisa, lelaki yang sama berhasil membuka pintu mobilnya dari dalam dan menarik Marisa keluar. Kemudian dia diseret memasuki mobil milik ketiga lelaki itu. Meski Marisa meronta dan berteriak, tetapi itu tidak ada artinya. Karena tenaga Marisa jelas kalah dibanding ketig

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 134   Ta'aruf

    "Iya betul, Bu. Dan kedatangan saya sekarang ini untuk meminta restu dari Ibu. Saya ingin melamar putri Ibu yang bernama Marisa." Bu Rahmi terpana melihat keterusterangan Dokter Harun. Dia tidak menyangka lelaki di hadapannya ini akan mengatakan hal tersebut di pertemuan pertama. "Alhamdulillah. Saya, sih, terserah kepada Marisa, saja, Nak Dokter. Tapi … kenapa terburu-buru? Apakah Nak Dokter nggak mau kenalan dulu dengan Marisa? Atau jangan-jangan kalian sudah kenal lama?" "Tidak, Bu. Saya baru bertemu dengan Mbak Marisa ketika saya merawat mantan suaminya. Saat itu tidak ada perasaan apa pun kecuali simpati seorang dokter kepada keluarga pasiennya." Bu Rahmi mendengarkan penjelasan Dokter Harun. "Lantas kapan mulai berubah?" Marisa mendelik mendengar pertanyaan ibunya. Dia menyenggol tubuh ibunya dengan siku untuk memintanya diam. Namun, Bu Rahmi tidak mempedulikannya. Sebenarnya Marisa juga penasaran seperti ibunya, tetapi dia terlalu malu untuk bertanya. Jadi, ketika Bu Rahm

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 133   Dilamar Lagi

    Marisa berjalan mendekat. Mungkin karena mendengar suara langkah Marisa, lelaki itu mengangkat wajahnya dan Marisa pun berseru, "Kamu?"Lelaki itu kemudian bangkit dari kursinya dan berdiri dengan sikap sopan ala abdi kerajaan yang menunggu sang putri datang. Bibirnya menyunggingkan seulas senyum. Mata hitam yang dinaungi sepasang alis yang melengkung sempurna itu menatap Marisa lekat. Namun, ketika tatapan dua insan berlawanan jenis itu bertemu, keduanya sama-sama segera mengalihkan tatapannya. "Maaf kalau saya datang tanpa kabar lebih dulu, Bu Marisa," ucap lelaki itu. "Iya. Tidak apa-apa. Silakan duduk, Dok." Marisa pun duduk di seberang sofa yang ditempati Dokter Harun. "Ada yang bisa saya bantu, Dok? Ada apa dengan Amanda?" "Kedatangan saya kemari nggak ada hubungannya dengan Amanda, Bu."Marisa mengangkat wajahnya dan menatap mata Dokter Harun. Ada tatapan bertanya di mata Marisa.Melihat pandangan bertanya di mata hazel Marisa, tiba-tiba saja Dokter Harun menjadi gugup. "B

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 132    Tamu tak Diundang

    Tiba-tiba Marisa berhenti melangkah. Raut wajahnya tampak seperti seseorang yang baru menyadari sesuatu. Dia kemudian berbisik, "Kenapa aku merasa senang mengetahui fakta terbaru tentang Suster Ratri? Apakah ini artinya aku mulai membuka hati untuk Dokter Harun?"Untuk beberapa saat Marisa berdiri termangu, lalu dia menghela napas dan kembali berbisik, "Aku nggak boleh linglung di sini. Lebih baik sekarang aku segera pulang. Tentang bagaimana perasaanku sebenarnya bisa aku pikirkan nanti saja kalau sudah di rumah."Lantas, Marisa pun memutar tubuh dan kembali ke halaman sekolah. Dia segera memasuki mobil kesayangannya dan memacunya menuju rumah. "Loh … katanya mau ke toko buku. Kok sudah pulang? Nggak jadi?" tegur Bu Rahmi ketika melihat Marisa turun dari mobil. "Enggak, Bu," jawab Marisa sambil melangkah menuju teras. Lalu dia duduk di salah satu kursi yang ada di teras. Marisa menyelonjorkan kaki dan memandang ibunya yang tengah merapikan rumpun mawar.Tidak adanya penjelasan atas

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 131   Dokter Harun Kembali

    Mata Marisa terbelalak mendengar ucapan Dokter Harun. "Sudah sedekat itukah hubungan mereka hingga Suster Ratri membawakan bekal untuk makan siang Dokter Harun?" batinnya."Suster Ratri itu seperti seorang ibu sekaligus kakak buat saya. Cerewetnya sama," lanjut Dokter Harun sambil menatap Marisa."Seperti ibu? Cerewet?" Marisa mengulangi kata-kata Dokter Harun dengan nada kebingungan. "Iya. Kalau Suster Ratri lagi ngomelin saya bisa dua puluh ribu kata per jam dia lontarkan." Dokter Harun terkekeh sambil matanya menerawang. Dia mengenang saat-saat Suster Ratri mengomelinya. "Suster Ratri berani ngomelin Dokter?" Marisa bertanya dengan heran. Dia semakin kebingungan mendengar fakta terbaru tentang sosok suster luar biasa yang menjadi kesayangan keluarga Dokter Harun itu."Loh kenapa nggak berani? Kan dia juga sudah saya anggap seperti kakak tertua," jawab Dokter Harun. Marisa melongo mendengar jawaban Dokter Harun yang semakin membuatnya bingung. Benaknya sibuk merangkai semua fa

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 130  Suster Ratri

    "Bu Marisa … apa kabar? Lama kita tidak ketemu. Kapan kita bisa mengobrol lagi seperti beberapa bulan lalu, ya, Bu? Saya kangen kepada Ibu."Marisa mengangkat kepalanya. Dia melihat seorang siswi mendekatinya yang tengah asyik membaca di perpustakaan sekolah. "Amanda? Alhamdulillah kabar ibu baik dan sehat. Semoga Amanda juga sehat. Iya, kita lama nggak ketemu, ya. Soalnya tahun ajaran baru ini ibu nggak mengajar di kelasmu lagi. Ayo sini duduk di sebelah Ibu, mumpung lagi jam istirahat." Amanda menurut dan menarik kursi kosong di sebelah Marisa. Setelah duduk, dia lalu berkata,"Alhamdulillah … syukurlah kalau ibu baik-baik saja. Manda juga Alhamdulillah baik, Bu. Cuma kangen aja karena jarang ngelihat Ibu." "Iya, loh. Ibu juga baru sadar kalau sudah lama nggak lihat kamu nunggu jemputan di bangku halaman sekolah." "Iya, Bu. Sekarang ini Manda nggak perlu nunggu jemputan lagi."Marisa terkesiap. Dalam hatinya dia bertanya-tanya, apakah ini ada hubungannya dengan kemarahan Dokter

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 129  Kembali Menolak

    "Iya, Mas. Aku baru saja memberi tahu dia kalau aku menolak lamarannya." "O pantas saja mukanya ditekuk seperti itu. Terus apa rencana kamu selanjutnya?""Rencana? Rencana apa maksudmu, Mas?" tanya Marisa dengan wajah kebingungan."Ya rencana masa depan kamu. Misalnya … apa kamu akan kembali menutup diri atau mau membuka hati lagi? Apa kamu mau terima perjodohan yang kemarin diatur ibuku? Atau bagaimana? Kamu pasti sudah memikirkannya, kan?" selidik Rian."Sepertinya aku ngalir aja, Mas. Aku ikut takdir Allah. Maksudku … aku nggak siapin waktu secara khusus untuk cari pasangan hidup, tapi kalau Allah takdirkan aku ketemu seseorang, ya, aku terima." "Meskipun itu aku?""Maksudnya gimana, Mas?""Kalau Allah takdirkan aku adalah jodohmu gimana?" Rian tidak menjawab pertanyaan Marisa, tetapi justru bertanya balik. Tatapan mata Rian menghujam tepat ke bola mata Marisa. Dia menatap penuh harap kepada perempuan yang sudah dikenalnya sejak kecil itu."Kalau memang Allah takdirkan, ya,

DMCA.com Protection Status