Dari udara, mata Xiao Tian menatap pemandangan itu dengan dingin. Sorot matanya menusuk tajam, bagai bilah pedang tak berperasaan yang menyapu seluruh wilayah klan Yan. Leluhur klan Yan yang berdiri di tengah puing-puing formasi, kini terlihat seperti orang bodoh. Wajahnya yang sebelumnya dipenuhi dengan kesombongan dan kepongahan… kini benar-benar pucat.Tak percaya. Tak mampu memahami. Tak bisa menerima kenyataan.Xiao Tian mendengus. Dingin. Tanpa ampun."Aku sudah memperingatkan kalian semua…” Suaranya rendah, tapi tegas dan menyebar ke seluruh penjuru. “Namun kalian memilih untuk menertawakan kata-kataku, memilih untuk menyepelekan, memilih untuk menyerangku. Maka… inilah hasil dari keputusan kalian sendiri.”Ia mengangkat tangannya dan menunjuk langsung ke wajah lelaki tua itu.“Sekarang… jangan salahkan aku. Salahkan leluhur kalian yang terlalu bodoh!”Sorot mata Xiao Tian menyipit. Wajahnya kini bukan hanya serius, tetapi dipenuhi kebencian yang dalam dan membara. Awalnya dia
Suara-suara penuh amarah mulai membanjiri udara. Mereka yang tadinya terkapar di tanah, dengan luka-luka parah di tubuh mereka, kini mulai bangkit perlahan. Mereka tidak berdiri karena pulih, melainkan karena dorongan kebencian yang menyala dalam dada mereka, membakar rasa sakit dan menggantikannya dengan amarah yang tak terbendung.Para Tetua yang tersisa, dengan tubuh gemetar dan wajah penuh darah, mulai menunjuk Leluhur mereka dengan jari-jari yang gemetar.“Terkutuk! Kau bukan manusia... Kau adalah iblis dalam wujud manusia!”Mata Leluhur Klan Yan berubah tajam. Namun bukan karena penyesalan—justru sebaliknya, ia tersenyum penuh kebanggaan. Senyum iblis yang merayakan kehancuran moralnya sendiri.“Hahaha... aku memang iblis! Tapi aku adalah iblis yang menyelamatkan kalian! Berkat kekuatanku, klan ini bisa bertahan di Alam Zuwu! Berkat kekuatanku, nama Klan Yan disegani! Jika kalian dianggap mulia, itu bukan karena kalian hebat, tapi karena kalian adalah milikku! Semua pujian itu u
Tanpa menunggu jawaban, tubuh leluhur Klan Yan melesat bagai kilat merah darah, menyisakan jejak robekan di udara. Gas merah yang mengelilinginya memekat, menelan cahaya bulan di langit.Namun, pada saat bersamaan, Xiao Tian pun mengangkat tangan kanannya, dan dari dalam cincin dewanya, seberkas cahaya hitam pekat melesat. Sebilah pedang tua, penuh karat dan tampak tidak bernilai, muncul begitu saja di udara, seperti muncul dari ruang hampa.Tangannya menggenggam gagang pedang itu dengan ringan, seolah-olah ia menyambut sahabat lamanya.Xiao Tian tidak menunggu lawannya tiba. Begitu pedang karat itu berada di genggamannya, tubuhnya melesat dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa. Tak ada aura yang menyertainya, tak ada ledakan kekuatan seperti pada umumnya… hanya keheningan yang mencekam, sebelum—KLANG!!KLANG!!KLANG!!Benturan demi benturan logam menggema di atas langit malam. Setiap kali pedang mereka saling berbenturan, langit bergetar hebat, dan angin yang terci
Xiao Tian tersenyum samar. Dalam hatinya, keputusan telah bulat.“Binatang tua, karena kamu mengatakan itu… aku tidak akan ragu-ragu.”Dia memberikan izinnya tanpa suara, dan seketika itu juga, roh pedang karat misterius meraung kegirangan di dalam kehampaan pedang. Aura iblis yang menyelimuti pedang itu tiba-tiba bergolak—liar, seperti badai yang telah lama ditahan.Di sisi lain, leluhur klan Yan tidak mengetahui sedikit pun gejolak dalam diri Xiao Tian. Dari pandangannya, pemuda itu tampak ragu-ragu karena kehabisan cara, seperti binatang terpojok yang sebentar lagi akan dicabik.Melihat itu, dia tidak membuang waktu. Dengan teriakan menggelegar, dia mengangkat pedang merah berdarahnya tinggi-tinggi. Kedua tangannya menggenggam erat, lalu menurunkannya dengan kekuatan yang mengoyak udara.ZRAAAK!!!Tebasan itu membawa tekanan luar biasa, cukup untuk meremukkan gunung kecil dalam satu tebasan.Namun Xiao Tian tidak bergerak mundur. Dia maju selangkah, lalu mengangkat pedang karat mis
Setelah Leluhur Klan Yan mati, suasana menjadi sunyi. Angin malam seolah ikut menunduk, tak berani menyentuh tanah yang masih menyimpan jejak pertempuran dahsyat barusan. Di tengah puing-puing kehancuran halaman utama klan Yan, hanya satu suara yang terdengar.Fang Dai menatap Xiao Tian, sorot matanya mengandung penghormatan sekaligus keterkejutan yang belum hilang sepenuhnya. Suaranya terdengar pelan namun tegas, mengandung perasaan yang sulit disembunyikan.“Tuan muda, sekarang kita kembali.”Xiao Tian berdiri tenang, tubuhnya tegap seperti tiang langit yang tak tergoyahkan. Tatapannya tidak mengarah pada Fang Dai, melainkan tertuju lurus kepada para anggota Klan Yan yang masih menunduk, masih belum pulih dari kemarahan dan kekecewaan terhadap leluhur mereka. Tatapan itu tidak membawa murka, namun juga tidak menawarkan penghiburan. Ia seperti sedang menimbang sesuatu di dalam hati.“Senior, kamu kembali untuk menjemput istrimu di Villa Immortal.” Suaranya datar, tapi setiap katanya
Suara lirih muncul dari kerumunan orang-orang yang menonton dari kejauhan. Mereka yang berdiri jauh dari Klan Yan, mengangkat kepala, menatap tangga yang baru saja tersusun di tengah malam yang hening. Mata mereka penuh kerinduan. Ada harapan yang tidak bisa mereka sembunyikan, keinginan untuk juga menapaki dunia yang lebih tinggi, meninggalkan keterbatasan mereka.Namun pada saat yang sama, mereka sadar. Alam di atas tidak menerima semua orang. Mereka yang berdiri di sana adalah puncak dari banyak alam, tempat berkumpulnya para kultivator sejati, tempat klan-klan besar dan perkumpulan agung bersaing untuk mendominasi langit berbintang. Mereka sadar, Klan Huangfu hanyalah salah satu dari sekian banyak klan kecil di sana. Dan mereka sendiri, bahkan belum cukup kuat untuk menjadi hamba dari para tokoh di sana.Xiao Tian menoleh pada Fang Dai dan tokoh-tokoh yang berdiri mengelilinginya. Ia menangkupkan kedua tangannya, membungkuk tipis.“Aku pamit.”Kalimat itu sederhana, tapi mengandun
Qiancheng menggigit bibir bawahnya. Dadanya naik turun menahan emosi. Tapi justru karena Xiao Tian berkata seperti itu, dia tahu, bahwa lelaki itu tengah melindunginya. Bahwa kepergian ini bukan karena tidak ada rasa, tapi karena ada tujuan yang lebih besar yang harus dijalani seorang diri.Qiancheng menunduk sebentar, lalu menatap Xiao Tian dengan mata yang teguh. “Kalau begitu… izinkan aku mengatakan satu hal terakhir, di hadapan semua orang.”Ia mengangkat kepalanya, lalu berbalik menatap para tokoh yang menyaksikan mereka. Ratusan pasang mata kini tertuju padanya, tapi dia tidak gentar. Di tengah malam yang sunyi dan bercahaya karena tangga langit, suara Qiancheng terdengar lantang dan jernih.“Aku, Qiancheng, murid pertama Rumah Suci Wewangian, menyatakan cintaku kepadamu, Tian. Di hadapan langit dan bumi, aku tidak menyesal mencintainya, dan aku tidak akan menarik kembali perasaan ini. Bahkan jika aku harus menunggu seribu tahun, aku akan tetap memilih menunggunya!”Tidak ada sa
“Aku akan menguraikan formasi pembantaian dan penyembunyian tanpa menimbulkan keributan, karena aku sangat ingin tahu apa yang sebenarnya ada di dalam kuil itu.”Nada suaranya tenang, namun penuh penekanan. Tidak ada kegugupan, hanya dorongan rasa penasaran yang tajam, yang muncul dari fakta bahwa seluruh energi spiritual di kawasan gunung ini diserap oleh kuil tersebut.Xiao Tian mulai bergerak. Dia menelusuri pola formasi dengan mata langit, melihat kelemahan-kelemahan halus yang hanya bisa dikenali melalui penggabungan persepsi dan pemahaman mendalam tentang arsitektur spiritual. Jari-jarinya sesekali bergerak pelan, menyentuh titik-titik kecil di udara, memutuskan satu simpul energi lalu menyambungkannya kembali ke jalur baru yang tidak menimbulkan reaksi apa pun.Beberapa saat kemudian, pusaran kabut yang menyelimuti kuil itu perlahan terangkat. Tidak ada suara, tidak ada gelombang energi yang meledak. Semua terjadi dalam keheningan sempurna, dan itu adalah tanda keberhasilan ter
Xiao Rui menatap tajam. Dingin dari matanya bisa membekukan lautan. Dia mengangkat dagunya sedikit, menatap Xiao Lian seperti menatap semut kecil yang mencoba memberontak. “Xiao Lian, aku akui, kamu lebih berbakat daripada Xiao Wei. Bahkan dalam usia sembilan belas tahun, kamu sudah mencapai Setengah Dewa peringkat satu. Kecepatanmu menerobos dari Alam Maha Agung peringkat empat belas dalam beberapa bulan, sangat mengesankan.” Nada Xiao Rui terdengar seperti pujian, namun tidak mengandung penghargaan sedikitpun. “Tapi ingat baik-baik.” Dia melanjutkan, suaranya menjadi lebih berat, aura membunuh perlahan menyelimuti. “Kamu tetap saja berasal dari Klan Xiao cabang. Tidak peduli seberapa tinggi bakatmu, kamu tetap bukan apa-apa di hadapan Klan inti." Matanya menyipit. "Jangan pernah berani membantahku. Karena jika kamu berani menantangku lagi, aku tidak keberatan melenyapkanmu di sini. Walaupun kamu masih memakai nama Klan Xiao, bagiku, itu tidak berarti apa-apa.” Xiao Lian ti
Mata Xiao Tian membelalak. Tidak ada penyumbatan. Tidak ada sumbatan meridian. Tubuhnya menerima semuanya dengan sempurna. "Binatang tua, lanjutkan!" teriaknya dalam hati. Dengan kekuatan baru Leihuo Dashi, Xiao Tian mengeluarkan Sumber Vena Kudus Ilahi. Gelombang demi gelombang energi murni, lebih kuat daripada semua energi sebelumnya, mengalir masuk ke tubuhnya. Energi itu mengalir deras, menerjang seluruh tubuh, memperkuat dan memperluas dantiannya, meridiannya, serta fondasi tubuhnya. BAANG BAANG BAANG BAANG!!! Teriakan energi terdengar bertubi-tubi dari dalam tubuhnya. Ranahnya melonjak. Peringkat tujuh Alam Maha Agung. Peringkat delapan. Peringkat sembilan. Peringkat sepuluh. Lanjut lagi. Peringkat sebelas. Dua belas. Tiga belas. Empat belas. Lima belas. BOOM!!! Suara gemuruh menggelegar dari tubuh Xiao Tian. Dantiannya membesar seketika, membentuk lautan energi baru. Tubuhnya mengeluarkan cahaya berlapis warna—emas, ungu, merah, dan biru—menciptakan auro
Mata Xiao Tian memerah. Tangannya mengepal keras, tubuhnya gemetar. "Layak? Apa kalian menganggapku bahan percobaan? Mainan? Aku bukan alat untuk mengukur kelayakan! Aku adalah anak kalian!" Xiao Tian meraung, memekikkan rasa sakit dan kemarahan yang sudah terkubur selama bertahun-tahun. Suara raungannya mengguncang dunia kristal, membuat batu-batu di sekitarnya retak halus. Tangannya mengepal begitu keras hingga kuku-kukunya hampir menembus kulit. “Kalau hidupku hanya dianggap layak atau tidak layak. Maka aku akan menunjukkan pada dunia, bahwa aku tidak butuh pengakuan siapa pun!” Tubuhnya bergetar hebat. Bukan karena lemah. Tetapi karena tekadnya membakar segenap jiwanya. Xiao Tian terus meraung, seolah ingin menghancurkan segala rasa sakit dan kepedihan yang berputar dalam pikirannya. Namun, justru di tengah raungan itulah, sesuatu yang lebih mengerikan mulai mendekat. Dari kegelapan sekelilingnya, bayangan-bayangan samar bermunculan. Iblis-iblis berwujud aneh, hitam pe
Xiao Tian terus menelusuri dunia kristal yang membentang luas. Setiap langkahnya mengantarkan ke pemandangan menakjubkan—lembah kristal, sungai bercahaya, hutan pohon-pohon permata—semuanya tampak seperti dunia surgawi yang belum pernah disentuh makhluk fana. Namun, saat dia melewati serangkaian lorong-lorong alami, matanya menangkap sesuatu yang membuatnya berhenti. Sebuah celah besar terbuka di hadapannya. Bukan sekadar ruangan biasa, melainkan sesuatu yang ukurannya jauh melampaui itu. Sebuah benua. Benua itu sendiri tak berujung, membentang hingga ke batas cakrawala. Tapi yang benar-benar mencengangkan bukanlah luasnya tempat itu. Di tengah-tengah benua tersebut, berdiri satu sosok tunggal. Sebuah makhluk Qilin—makhluk mitologi petir—dalam ukuran yang melampaui logika. Tubuh Qilin itu menjulang setinggi pegunungan. Tanduk-tanduk bercabang tumbuh liar dari kepalanya, masing-masing mengalirkan petir murni berwarna emas, biru, dan ungu. Tubuhnya diselimuti sisik yang tamp
Langkahnya menghilang di balik bukit, meninggalkan pelataran yang kini sepi, namun penuh jejak keberuntungan luar biasa. Saat sedang melesat cepat di langit, Xiao Tian tiba-tiba memperlambat gerakannya. Tangannya bergerak memegang dada, ekspresinya sedikit berubah. Ada gejolak samar yang merambat dari dalam dirinya. Bukan luka biasa, bukan juga serangan musuh, melainkan getaran halus dari dalam darahnya sendiri. Leihuo Dashi. Xiao Tian dapat merasakan, sesuatu terjadi pada garis darahnya. Sambungan batin itu tidak bisa disangkal. “Leihuo Dashi, ada apa denganmu?” tanya Xiao Tian, suaranya tidak sekeras biasanya. Kali ini penuh dengan kekhawatiran. Bahkan dia tidak memanggil dengan sebutan ‘binatang tua’ Leihuo Dashi menjawab, nadanya berat. “Bocah, pergi ke arah barat. Enam puluh ribu mil dari sini. Ada sesuatu yang memanggilku tanpa henti dari sana.” Tanpa membuang waktu, Xiao Tian membalik arah. Dia tidak bertanya lebih jauh. Dalam dunia seperti ini, jawaban sejati han
Xiao Tian dikepung dari segala arah. Cabang-cabang tanaman merambat emas itu meluncur cepat, tajam seperti ribuan tombak yang hendak menusuk tubuhnya tanpa ampun. Ketika cabang-cabang itu sudah sangat dekat, hanya tinggal beberapa jengkal dari tubuhnya— BOOM!!! Gelombang kekuatan jiwa yang agung meledak dari tubuh Xiao Tian, seperti badai tak terlihat yang menyapu segala penjuru. Dalam sekejap, cabang-cabang tanaman merambat yang ganas itu membeku di tempat, tidak mampu bergerak lagi. Seluruh kekuatan liar yang tadi mengancam kini terhenti, seolah seluruh dunia ikut menahan napas. Xiao Tian berdiri dengan tenang di tengah pusat serangan itu, matanya memandang dingin ke arah tanaman yang masih bergetar halus di bawah kekangan kekuatan jiwanya. “Hanya memiliki kekuatan yang setara dengan Setengah Dewa peringkat satu belaka, berani ingin membunuhku!” Nada bicaranya ringan, namun penuh penghinaan yang tajam. Xiao Tian tidak langsung menghancurkan tanaman merambat itu. Sebaliknya,
Puluhan generasi muda dari berbagai kekuatan bergandengan tangan, membentuk barisan, lalu menyerang tanaman merambat emas itu dengan segenap kekuatan yang mereka miliki. Serangan energi bertubi-tubi menghantam tanaman tersebut. Ledakan demi ledakan mengguncang pelataran, sinar teknik bertarung melesat ke segala arah. Namun, tidak peduli seberapa kuat serangan mereka, tanaman merambat itu tetap kokoh. Tidak satu pun cabang yang berhasil diputus, bahkan tidak meninggalkan bekas sedikit pun di permukaannya. Tanaman itu justru semakin liar. Ranting-rantingnya menari di udara seperti cambuk raksasa, menyapu setiap arah tanpa ampun. Serangan para generasi muda itu tampak seperti provokasi kecil di hadapan kemarahan tanaman raksasa tersebut. Semakin banyak orang yang menyerang, semakin ganas tanaman itu membalas. Sementara semua orang berjuang keras mempertahankan hidup mereka, Xiao Tian justru semakin bersemangat. Dia bergerak cepat dari satu titik ke titik lain, mengumpulkan Sumber
Saat semua orang mulai berhamburan, mencari-cari keberadaan Sumber Vena Batu Ilahi, Xiao Tian ikut bergabung dalam kerumunan itu. Gerakannya tenang, tidak mencolok, sehingga tidak ada yang memperhatikan kehadirannya di antara mereka. Ia berjalan perlahan di antara para pemburu muda yang berlomba mencari keberuntungan, matanya tajam menatap setiap pergerakan di sekitarnya. Setiap orang yang berhasil menemukan Sumber Vena Batu Ilahi menjadi target pengamatannya. Xiao Tian memperhatikan dengan seksama, mulai mengenali pola dan ciri-ciri yang mengindikasikan keberadaan Sumber Vena Batu Ilahi. Setelah memahami tanda-tandanya dengan jelas, dia mulai bergerak ke area yang lebih sepi, menjauhi kerumunan besar. Dengan bantuan Mata Langit-nya, Xiao Tian bisa melihat dengan mudah ciri-ciri itu, jauh lebih akurat dibandingkan para jenius yang masih mengandalkan naluri biasa. BAANG!!! Xiao Tian menghantam sebuah tanaman kecil berwarna putih dengan satu pukulan presisi. Tanaman itu bukan tan
Xiao Tian memandangi empat tanaman immortal tingkat lima belas yang kini ada di tangannya. Cahaya lembut dari tanaman-tanaman itu seolah menyatu dengan auranya, memberi nuansa hidup pada gurun tandus tempat ia berdiri sebelumnya. Ia tersenyum puas. “Sepertinya banyak harta di tempat ini. Aku tidak boleh menyia-nyiakannya untuk pertumbuhan kultivasiku. Bagaimanapun, lawanku sudah mencapai Setengah Dewa peringkat dua. Ditambah lagi, dia berasal dari Klan Xiao inti. Kekuatan bertarungnya tidak bisa diukur dengan standar biasa.” Kesadaran ilahi Xiao Tian segera menyebar ke segala penjuru. Lapisan demi lapisan tanah, udara, dan energi ilahi di sekitarnya ia selami, mencari jejak peluang berikutnya. Saat dia masih fokus memeriksa lokasi-lokasi terdekat, sebuah getaran kuat mengguncang dunia. BOOM!!! Ledakan besar menggetarkan udara, suara retakan tanah terdengar hingga jauh. Alis Xiao Tian berkerut. “Ledakan itu sangat kuat. Ini bukan pertarungan biasa. Aku harus memeriksanya.” Tan