Xiao Tian kembali ke tempat duduknya. Liu Qingyun buru-buru bertanya karena sangat khawatir. “Tuan Muda, apakah Tuan Muda baik-baik saja?”“Aku baik-baik saja, Tetua tidak perlu khawatir.” Xiao Tian menjawab sambil tersenyum kecil.Para Tetua dari Kekaisaran She menatap Xiao Tian dari kejauhan, mereka terus memperhatikan anak kecil yang baru berusia 10 tahun itu. Mereka sangat kagum. Namun, sangat hati-hati juga. Xiao Tian berhasil membunuh Shunyuan di hadapan umum, dia tidak hanya terbebas dari hukuman, malah mendapat penghargaan dari Kaisar She. Langkah yang dia ambil tidak hanya rapi. Tetapi, sangat mematikan. Biasanya hal seperti itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh seorang anak kecil, langkah itu biasanya diambil oleh para pejabat tinggi di Kekaisaran.****Pertandingan terus berlanjut, karena sudah melihat pertandingan yang menegangkan antara Xiao Tian dan Shunyuan, jadi tidak ada yang banyak menarik perhatian para penonton.Ling Faizhe berhasil mengalahkan Shirong. Namun,
Setelah beberapa saat, dua nama mulai bersinar. “Pertandingan selanjutnya, Ershita'er dari Sekte Awan Berkabut melawan Mayleen dari Rumah Suci Dongsheng.” Whoos— Keduanya langsung memasuki Arena Beladiri, mereka tidak saling menyapa, malah mengeluarkan momentum masing-masing untuk saling mengintimidasi lawan. Ershita'er tidak banyak bicara, dia langsung melangkah maju. Ketika kakinya menginjak lantai, lantai itu langsung terpenuhi oleh lapisan es. Di sisi lain, Mayleen mengeluarkan sebuah kipas, itu bukan kipas biasa, melainkan senjata pusaka yang sangat mematikan. “Ershita'er, aku dengar, kamu adalah wanita paling berbakat di Sekte Awan Berkabut? Suatu kehormatan bisa bertarung denganmu. Namun, bagaimanapun kamu masih terlalu muda, pengalaman bertarung mu tidak akan cukup untuk mengalahkan ku.” Mayleen melemparkan kipasnya sambil membuat segel tangan. Lalu kipasnya menjadi ribuan replika. “Teknik penghancur Gunung!” Ribuan kipas berputar seperti gangsing, lalu melesat deng
She Feng mendengus dingin. “Tian, aku baru pertama kali melihat murid Sekte kelas tiga berani bertingkah di hadapanku. Karena kamu tidak mau menggunakan pedangmu, aku akan berusaha membuatmu menarik pedang!”“Jika kamu hanya ingin membuat ku menarik pedang, pikiranmu terlalu sempit. Kenapa kamu tidak berusaha mengalahkan ku?” Xiao Tian tidak mau banyak basa-basi, dia mulai menyerang She Feng dengan gerakan yang lebih besar.Di sisi lain, She Feng tidak tinggal diam, dia mengambil kembali tombaknya, lalu dia memainkan tombaknya dengan begitu lincah.Harus diakui keterampilan tombak She Feng sangat mengagumkan, ritme serangan yang dia gunakan sangat sulit ditebak. Sayang, dia salah mendapatkan lawan, Xiao Tian bisa melihat seluruh serangan She Feng dengan mudah.Saat She Feng melancarkan serangan terakhirnya, berusaha menusuk dada Xiao Tian dengan tombaknya, Xiao Tian dengan cepat melompat dan menginjak senjata itu, lalu melakukan gerakan salto yang lincah. Dalam sekejap, kakinya mengha
Di tribun penonton, kondisi Daniel perlahan mulai membaik berkat perawatan Liu Qingyun. Setelah cukup stabil, Xiao Tian memberikan beberapa pil untuk memastikan tidak ada luka tersembunyi yang tertinggal dalam tubuh Daniel.Setelah pulih, Daniel mengalihkan pandangannya ke arah arena, di mana pertarungan sengit antara Ershita'er dan Luyanzhi sedang berlangsung. "Tuan Muda, menurutmu siapa yang akan keluar sebagai pemenang di antara mereka?" tanya Daniel, penasaran.Xiao Tian menatap arena dengan tenang. "Ershita'er memang sangat kuat. Dengan kultivasi peringkat lima pendekar raja bumi, dia sudah bisa memanipulasi kekuatan es dengan bebas. Namun, meskipun dia luar biasa, aku rasa pemenangnya tetap akan menjadi Luyanzhi.""Luyanzhi?" Daniel dan kedua tetua yang mendengarnya terkejut. Mereka sulit mempercayai kata-kata Xiao Tian, mengingat kekuatan Ershita'er yang begitu mengesankan. Bahkan seorang pendekar peringkat tujuh sekalipun mungkin akan kesulitan melawannya.Xiao Tian tersenyum
Orang-orang di tribun penonton sudah mengenal reputasi She Huan. Meski lebih kuat dari She Feng, She Huan tidak memiliki status setinggi sepupunya itu. Ia hanyalah putra seorang Tetua dengan kedudukan yang tidak terlalu tinggi di Kekaisaran.She Huan melangkah maju dan menangkupkan tangannya dengan sopan. "Saudara Tian, mohon bimbingannya."Xiao Tian membalas dengan gerakan serupa. "Aku juga berharap mendapatkan bimbingan dari saudara She Huan."Meskipun di permukaan keduanya tampak sopan dan penuh hormat, dalam hati mereka tak ada niat sedikit pun untuk mengalah. She Huan segera melepaskan momentumnya, menunjukkan aura yang kuat dan mendominasi. Namun, Xiao Tian tidak tinggal diam. Ia juga merilis auranya, menunjukkan bahwa dirinya tidak akan kalah dalam hal kekuatan dan determinasi.Kedua kekuatan besar itu bertemu di udara, membuat suasana di Arena Beladiri menjadi semakin tegang. Penonton menahan napas, menantikan siapa yang akan mengungguli siapa dalam pertarungan yang sudah mema
Semua orang di tribun penonton kini mengetahui tingkat kultivasi Xiao Tian. Namun, alih-alih merasa terkesan, banyak yang justru mengerutkan kening. “Aku kira Tian memiliki ranah yang lebih tinggi. Ternyata dia hanya peringkat lima,” gumam beberapa orang di antara mereka.Ranah itu jelas tidak sesuai dengan dugaan mereka. Selama ini, Xiao Tian selalu memenangkan pertarungan dengan mudah, bahkan lawan-lawan di peringkat enam tidak mampu berbuat banyak di hadapannya. Ini membuat banyak orang bertanya-tanya, bagaimana mungkin seseorang dengan ranah lebih rendah mampu mengalahkan lawan yang seharusnya lebih kuat?"Mampu mengalahkan ranah yang lebih tinggi darinya berarti Tian memiliki kekuatan yang menantang surga. Tapi untuk bisa mengalahkan Luyanzhi? Sepertinya itu akan sangat sulit. Bahkan Ershita'er, yang memiliki tubuh spesial es, masih bisa dikalahkan olehnya. Apalagi Tian," bisik seseorang di antara penonton, mencerminkan keraguan mereka akan kemampuan Xiao Tian di final ini.Perc
Luyanzhi bergerak mundur, menyadari bahwa pedangnya tak mampu menandingi pedang Xiao Tian. Namun, Xiao Tian tak memberinya ruang untuk melarikan diri. Api yang menyelimuti tubuh Luyanzhi tak mampu mengintimidasi Xiao Tian. Dengan petir yang membalut kakinya, gerakannya begitu cepat, seolah-olah dia adalah bayangan yang tak terjangkau. Sslash— Dengan satu tebasan kuat, pedang Luyanzhi hancur berkeping-keping. "Tian, kau memaksaku menggunakan seluruh kekuatanku!" teriak Luyanzhi. Boom— Energi besar meledak dari tubuh Luyanzhi. "Aku tidak akan kalah dari bocah sepertimu!" Ia melemparkan pedang yang kini hanya tersisa beberapa centimeter, lalu mengeluarkan sebuah cakram dari kantong penyimpanannya. Melihat kantong penyimpanan Luyanzhi, tidak hanya Xiao Tian, tetapi juga para penonton di tribun, terkejut. Kantong itu bukanlah kantong penyimpanan biasa—melainkan kantong sihir yang mampu menyimpan banyak hal, bahkan objek yang sangat besar. "Aku tak menyangka Sekte kelas tiga memi
Xiao Tian tidak berhenti setelah melepaskan serangan energi pedangnya. Dengan tekad bulat, ia maju menyerang Luyanzhi secara langsung. "Bocah, kau cari mati!" Luyanzhi berteriak, mengayunkan cambuknya dengan ganas. Suara cambuknya mengiris udara, membuat getaran yang terasa hingga ke sekeliling arena. Melihat cambuk beracun yang melesat ke arahnya, Xiao Tian menebaskan pedangnya tanpa ragu. Slash— Namun, cambuk Luyanzhi dengan cepat melilit pedang Xiao Tian. "Bocah, biar kuingatkan, racun dalam cambukku bukan hanya mampu menghancurkan tubuh manusia. Racunku bisa merusak pusaka apa pun!" Luyanzhi berteriak dengan penuh keyakinan. Namun, dalam sekejap, kepercayaan diri Luyanzhi runtuh. Matanya terbelalak, mulutnya terbuka lebar. Racun mematikan dari cambuknya terserap habis oleh pedang karat misterius milik Xiao Tian. Bang— Cambuk itu terputus, terbelah tanpa ampun oleh pedang karat yang tampak tak berdaya namun ternyata mampu menghancurkan pusaka tingkat tinggi. "Luyanzhi, kau
Xiao Rui mengerutkan kening. Matanya menyipit, dan pandangannya menjadi jauh lebih tajam. “Garis darah Klan Xiao, tapi bukan dari Klan cabang. Lalu dari mana asalnya? Berani sekali menggunakan nama Klan Xiao.” “Tuan muda, benar. Tapi kebanyakan dari kami menyangka dia berasal dari Klan Inti. Sekarang aku akan menunjukkan potretnya. Apakah Tuan muda mengenalnya?” Tetua dari Klan Xiao cabang melangkah maju. Di tangannya tergenggam sebuah gulungan kuno berlapis pelindung energi. Dengan gerakan halus namun terlatih, ia membuka gulungan itu, menampilkan potret seseorang yang tak asing lagi bagi para pembaca, namun asing total bagi para tokoh yang berdiri di hadapan gambar tersebut. Sosok dalam gambar itu adalah Xiao Tian. Tatapan tajam, rahang tegas, dan aura tenang namun mengancam terpancar dari lukisan tersebut. Begitu gambar itu terlihat jelas, Xiao Rui, Xiao Zimo, dan Xiao Yue mengerutkan kening bersamaan. Bahkan Xiao Fa yang jarang menunjukkan perubahan ekspresi ikut memperlihatk
Melihat seluruh hadirin berlutut seolah dunia ini telah tunduk kepada mereka, dua pemuda dari Klan Xiao inti hanya tersenyum dingin. Tidak ada rasa bangga yang terpancar dari mata mereka, seolah penghormatan dari puluhan juta makhluk itu tidak lebih dari angin lalu. Namun, satu di antara mereka masih membuka suara dengan nada netral namun penuh tekanan. “Bangun.” Hanya satu kata. Satu kalimat pendek tanpa penekanan emosi, namun suara itu menggema tajam di setiap telinga yang mendengarnya. Tanpa satu pun berani menunda, seluruh yang berlutut segera berdiri. “Terima kasih, Tuan.” Pemuda itu hanya mengangguk ringan, seperti sudah terbiasa dengan pemujaan semacam ini. Tatapannya kemudian beralih ke pria paruh baya yang berdiri dengan tenang di belakang mereka. “Tetua Xiao Fa, apakah kamu bisa tahu hal apa yang ada di balik cahaya itu?” Pria itu melangkah setengah maju. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi gugup, meskipun kini sedang menjawab langsung pertanyaan dari generasi muda Kl
“Binatang tua, pertarungan tidak harus menggunakan kekuatan terus menerus. Tetapi membutuhkan kecerdasan juga. Kesempatan ini sangat berguna untuk melatih kecerdasanku, apakah aku bisa keluar hidup-hidup dalam kondisi saat semua orang memburuku atau tidak. Jika aku tertangkap dan mati, itu hanya bisa dikatakan otakku tak berfungsi.” Leihuo Dashi tertawa keras dalam pikirannya. “Hahaha, bagus. Jika kultivator takut mati, diam saja di rumah menjadi manusia biasa. Kalau ingin bertambah kuat, berarti harus berani menantang kematian!” Ketika semua orang menatap pilar cahaya yang masih memancar ke langit, keheningan seketika terpecah oleh getaran aneh yang berasal dari atas. Langit, yang semula hanya menjadi latar bagi cahaya, tiba-tiba bergemuruh hebat. Awan-awan terbelah, angin menjerit seperti menyambut kehadiran sesuatu yang tak biasa. Lalu, tanpa aba-aba, sebuah celah dimensi robek dengan paksa di angkasa. Retakan itu seolah membuka pintu menuju dunia lain. Dari balik retakan ters
“Niu Gan, Jilang, Bairu. Walaupun aku pergi, kita pasti akan bertemu lagi,” ucap Xiao Tian, suaranya tenang namun mengandung keyakinan yang dalam. Ketiga sosok di hadapannya menatap dalam diam sejenak. Mata mereka menyimpan kesedihan, tetapi tidak satu pun yang memohon Xiao Tian untuk tetap tinggal. Mereka tahu, jalan yang dipilih oleh Kakak Tian bukanlah jalan biasa. “Baiklah Kakak, hati-hati. Aku harap Kakak Tian mendapatkan keberuntungan di Alam Guijian. Walaupun anggota klan Xiao inti kemungkinan datang, Kakak tidak boleh kalah oleh mereka,” ujar Niu Gan akhirnya. Suaranya serak tertahan, namun penuh semangat. Xiao Tian menanggapi dengan senyum tipis yang hanya muncul di saat-saat seperti ini—bukan sekadar senyum, melainkan ketegasan yang telah melalui ribuan pertarungan. “Tentu saja.” Tanpa kata tambahan, dia melangkah mengikuti Jue Giang yang telah bergerak menuju sisi utara halaman tempat formasi kuno disembunyikan. Pepohonan rimbun menggantungkan dedaunan panjang ke tanah
"Anak muda, aku tidak menyangka kamu bisa mengetahui kondisiku tanpa memeriksaku secara langsung," ucapnya pelan namun penuh wibawa. Xiao Tian tidak menjawab, hanya tersenyum kecil. Sejak masuk rumah ini, ia telah mengaktifkan mata langitnya dan memeriksa keadaan lelaki itu secara mendalam, tanpa menyentuh satu pun bagian tubuhnya. "Senior belum menjawab pertanyaanku," ujar Xiao Tian, nadanya datar tapi penuh penekanan. Pria itu menghela napas panjang, kemudian memutar tubuhnya perlahan agar lebih tegak. Ia menatap langit-langit rumah yang mulai menghitam karena waktu senja. "Aku hanya ingin membuat Niu Gan dan yang lainnya merasakan dunia luar. Mereka terlalu lama tinggal di tempat ini, terlalu nyaman dan terlalu tertutup. Tapi aku memang benar-benar menyuruh mereka mencarikan obat. Bukan karena aku sakit parah, tapi karena aku tahu... tanpa perbaikan pada jiwaku, aku akan selamanya terjebak sebagai Setengah Dewa peringkat satu." Xiao Tian mendekat satu langkah. Tatapannya tidak
Xiao Tian, Niu Gan, Jilang dan Bairu tiba di kota Lizuang. Begitu mereka mendarat di dataran rendah, langkah Xiao Tian terhenti sejenak. Pandangannya menyapu jalan berbatu dan bangunan-bangunan tua yang berdiri dalam kesunyian yang menekan. Alisnya mengerut. Bahkan tanpa menajamkan persepsi, ia bisa merasakan betapa tipisnya energi spiritual di wilayah ini. Kering dan mati, seperti tanah yang sudah lama tidak tersentuh kehidupan. “Alam seperti ini masih ada di Langit Berbintang?” bisiknya, lebih kepada dirinya sendiri. Udara yang ia hirup seakan tak memiliki daya, hanya beban kosong yang membungkam kekuatan batin. Dalam diam, kenangan tentang kampung halamannya perlahan menyeruak. “Alam ini hampir sama dengan Alam Tianwu, bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Alam Qinwu.” Suara gumamannya terdengar oleh Niu Gan. Anak muda itu menoleh dengan cepat. “Kakak Tian, kenapa?” tanyanya, suara pelan namun penuh perhatian. “Tempat ini sangat tipis dari energi spiritual. Apakah kalian tum
Mereka berjalan menyusuri jalan utama kota. Aktivitas sudah mulai ramai. Para kultivator dengan berbagai pakaian dan lambang sekte berlalu-lalang. Xiao Tian memilih restoran yang menempati tiga lantai dan terletak di perempatan jalan yang paling sibuk. Begitu mereka masuk, aroma makanan langsung menyambut. Ruangan penuh dengan suara tawa dan obrolan para pelanggan yang sebagian besar memiliki ranah tinggi. Xiao Tian bahkan melihat tiga orang Setengah Dewa sedang berbicara di lantai dua. Mereka duduk di lantai pertama, di meja dekat jendela. Pelayan datang dengan senyum sopan, tidak menunjukkan sedikit pun kecurigaan. “Apa yang bisa saya sajikan, tamu sekalian?” “Apa pun yang spesial di tempat ini,” jawab Xiao Tian tanpa menoleh. Pelayan mencatat, lalu berlalu. Beberapa menit berlalu. Xiao Tian terus memerhatikan sekitar. “Kakak Tian, mereka tidak memperhatikan kita sama sekali,” ujar Jilang sambil menyesap tehnya. “Itu artinya berhasil,” sahut Niu Gan. “Tapi aku tetap merasa de
“Dengan begini, aku tidak kesulitan membuat pil yang bisa membuat persepsi Setengah Dewa tak berfungsi.” Tanpa menunda, ia segera mengeluarkan tungku Naga Azure. Tungku itu berdiri kokoh di hadapannya, dan begitu dibakar, nyala apinya menyala dengan warna tenang namun menyimpan kekuatan yang mengintimidasi. Xiao Tian langsung mengontrol apinya dengan sangat presisi. Ia tidak ingin terjadi gangguan sekecil apa pun. Untungnya, seluruh ruangan sudah diperkuat dengan formasi isolasi, jadi tidak ada suhu maupun aroma obat yang bocor keluar. Tungku mulai memanas secara bertahap. Xiao Tian membuka tutupnya dan memasukkan berbagai jenis tanaman obat. Semua telah ia siapkan dengan perhitungan yang sangat ketat. Tidak ada tanaman yang digunakan secara sembarangan, karena setiap komposisi harus selaras dengan kekuatan jiwa dan struktur energi yang ingin ia bentuk dalam pil. Begitu semua tanaman masuk, energi jiwanya menyembur keluar. Ia mulai mengatur suhu tungku, membentuk sirkulasi panas ya
“Kamu tunggu sebentar,” ucap Xiao Tian kepada Kaisar Obat Suci. “Aku akan mencarikan jumlah yang lebih banyak.” Ia menarik kesadarannya keluar dari dunia itu dan segera menghubungi Niu Gan, Jilang, dan Bairu. Cincin dewa milik anggota klan Han sebelumnya telah ia bagikan kepada mereka. Xiao Tian tahu, kemungkinan besar masih ada sisa sumber daya di dalamnya. Beruntung, ketiganya merespons dengan cepat. Mereka memeriksa isi cincin masing-masing dan menemukan bahwa masih terdapat cukup banyak batu immortal, serta sembilan Vena batu ilahi. Sumber daya itu adalah hadiah dari Villa Hati Seribu Bintang setelah mereka memenangkan posisi ketiga dalam kompetisi pemburuan manik-manik bintang. “Maafkan aku,” ucap Xiao Tian. “Aku akan meminjam ini dulu dari kalian. Di lain waktu, aku pasti akan menggantinya.” Namun balasan dari mereka membuat Xiao Tian sedikit terdiam. “Kakak, kamu sudah banyak membantu kami. Tanpa kakak, mana mungkin kami bisa mendapatkan juara tiga secara bersamaan. Jadi