"Apa semua aman?" tanya Debby pada Firman yang baru saja masuk ke mobil.Setelah hampir 1 jam mengurus ini dan itu, saat ini mereka, termasuk Wilona, sudah ada di dalam mobil yang seluruh kacanya berwarna hitam, hingga orang yang dari luar tidak bisa melihat ke dalam mobil tersebut."Aku sudah menyuruh orang keamanan untuk menghapus semua rekaman CCTV saat kita keluar dari Rumah sakit, aku juga sudah memindahkan pasien lain ke kamar Wilona," jelas Firman yang segera menyalakan mesin mobilnya."Apa kamu dengar?""Mereka menangani semua dengan sangat baik dan bersih, jadi kita bisa percaya pada mereka, Pak Debby juga merupakan salah satu sahabat lama Wilona," bisik Furi sembari terus mengelus rambut Wilona yang ada di pangkuannya, sementara kaki Wilona ada di pangkuan Rani.Rani segera mengangguk dan mengambil telepon genggamnya, serta segera mengirim pesan berisi alamat tujuan mereka pada kakaknya, agar Raka dan Mama Risma bisa langsung datang ke alamat tersebut.***BRAAAKKKCIIIIT ..
Dokter datang bersama 2 perawat, beliau segera memeriksa keadaan Wilona, mengecek suhu tubuh, membuka mata dan menyenterinya, membuka mulut serta segera memasang selang oksigen dan peralatan yang lain."Dia sebenarnya sedang pingsan atau tertidur sih? Kenapa belum juga sadar," gumam Furi dengan suara lirih dan khawatir sembari terus melihat dokter melakukan tugasnya."Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Debby setelah dokter mengambil beberapa ml sampel darah milik Wilona."Dia hanya kelelahan dan dehidrasi," jawab Dokter."Bagaimana dengan perutnya?" tanya Furi."Apa ada masalah dengan perutnya?" tanya sang dokter."Hmmb, dia selalu mengeluhkan perutnya sakit,""Dia terus menahan sakit yang teramat itu, hingga pingsan," jelas Furi."Tapi aku tidak menemukan apapun di sana," ucap Dokter yang segera memasang stetoskopnya kembali, lalu memeriksa ulang keadaan Wilona. Kali ini Dokter memeriksa perut Wilona dengan sangat hati-hati."Iya, tidak ada apa-apa di sana,""Atau mungkin kita harus me
Dengan tatapan tajam dan putus asa, Furi beranjak dari lantai, dia segera berjalan menghampiri Wilona.BUGH.BUGH.BUGH."Bangun, bangun!" Furi berteriak sembari memukul dada Wilona dengan kencang.BUGH.BUGH.BUGH."Bangun!" "Balas sendiri dendammu!""Setidaknya jangan pergi meninggalkan beban!""Bangun brengsek! Bangun!"Tidak ada yang menghentikan perbuatan Furi, karena semua orang saat ini juga sedang putus asa, tidak bisa menghibur satu sama lain.BUGH.BUGH."BANGUN ... !" Kali ini Furi memukul dada Wilona lebih keras lagi."Aku mohon bangunlah brengsek," ucap Furi sembari menangis di atas dada Wilona.BUGH.Sekali lagi Furi memukul Wilona dengan tenaga penuh.Tiit.Tiit.Tiit.Tiba-tiba saja monitor berbunyi lagi, mendengar hal itu, dokter dan perawat yang memang masih berada di kamar segera berlari ke arah Wilona, sedangkan Raka yang memang berada tidak jauh dari Furi, dia segera menarik Furi menjauh, karena sekarang giliran dokter yang bertindak."Dia kembali," ucap Dokter
Malam hari."Bagaimana hasilnya?" tanya Debby saat Furi baru saja masuk ke villa, Furi hanya menggelengkan kepalanya pelan.Semua orang yang ada di sana pun hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Bagaimana keadaan Wilona hari ini Ma? Apa dia kejang lagi?" tanya Furi pada Mama Risma."Syukurlah dia sudah tidak seperti kemarin, hanya saja dia belum sadar," jawab Mama Risma."Kemana Raka dan Rani ya, dari tadi mereka tidak menjawab teleponku, mereka tidak mungkin ketahuan kan?" tanya Mama Risma dengan khawatir."Tidak mungkin tante, aku seharian bersama Bram dan istrinya, aku juga selalu berkomunikasi dengan Firman, memastikan kalau para pembantu belum pulang," jelas Debby."Mungkin mereka sedang ada diperjalanan Ma, kita berdoa saja," ucap Furi yang juga disetujui oleh semua orang.***2 jam kemudian, hujan turun dengan lebatnya, tidak ada juga tanda-tanda kedatangan Raka, Rani maupun Firman. Saat ini semua orang sudah merasa panik dan khawatir, banyak yang mondar-mandir denga
Tahun 2023, tepat 3 bulan setelah semua kejadian mencekam telah berlalu. Raka dan Rani sudah pulih total dan melanjutkan aktivitas kuliahnya seperti biasa, sementara Wilona masih memulihkan diri dan mental di villanya Debby."Cinta, apa itu cinta? Aku yang sangat pintar di dunia bisnis, bahkan sangat tidak pandai menilai orang yang aku cintai, kuserahkan seluruh hidup dan hatiku untuknya. Aku bagaikan burung plastik, aku pernah sangat mencintai matahari dengan sayapku yang mudah meleleh, sungguh sangat sulit sekali untuk digapai. But, everything it's gonna be ok, aku masih bisa bertahan dan aku masih hidup, lalu apa yang harus aku lakukan terhadap matahari itu? Apa aku harus memadamkannya meskipun itu akan sangat sulit?" "Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Debby yang tiba-tiba saja muncul di belakang Wilona. Saat ini Wilona tengah bersantai di pinggir pantai sembari menikmati cahaya surya dan hembusan angin yang terasa sejuk, kedatangan Debby seketika membuyarkan lamunan Wilona. "
BRAAK!"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Bramasta dengan santai setelah menendang pintu kamar Bunga."SIAL!" umpat Alex sembari mengepalkan tangan dan meninju tembok, lalu dia beranjak dan pergi dari sana, bahkan melewati Bramasta begitu saja."Sadarkan dia," suruh Bramasta pada 2 anak buah yang berdiri di belakangnya.BYOOOR.Mereka pun segera mengambil seember air dan menyiramkannya begitu saja pada Bunga, hingga mmbuat Bunga gelagapan saat bernafas.***"Aku tahu hal ini pasti akan terjadi setidaknya satu kali," ucap Bramasta."Tapi aku tidak menyangka kalau pelakunya adalah kamu Alex," ucap Bramasta sembari menjambak rambut Alex yang sedang berlutut di ruangan Bramasta, hingga Alex mendongakkan wajahnya."Kenapa kamu melakukan hal itu? Apa kamu tidak terima kalah bertarung dengannya?" "Jika tidak terima, kamu berlatihlah lebih giat," ejek Bramasta."Aku akan keluar saja dari kelompok ini," ucap Alex dengan kesal."Kamu yang berbuat kesalahan, dan kamu juga yang marah-marah?"
BUGH.BUGH.BUGH.Siang itu Wilona berlatih tinju dengan Debby, salah satu olahraga kesukaan mereka berdua."Melihatmu seperti ini, benar-benar mengingatkanku saat kita masih kuliah dulu," ucap Debby saat mereka berdua selesai berolahraga."Wilona yang kuat dan tegas," imbuh Debby."Percayalah padaku, aku akan kembali menjadi diriku yang dulu," ucap Wilona dengan tersenyum sembari mengatur nafas."Aku pasti akan memberi mereka berdua pelajaran yang setimpal," geram Wilona."Apa kamu sudah siap?" tanya Debby."Aku sangat siap, bagaimana denganmu? Apa kamu sudah siap membantuku?" tanya balik Wilona."Tentu saja, apapun yang kamu butuhkan," jawab Debby.***Malam hari.Semua mata tertuju pada kedatangan Wilona, saat ini di rumah Wilona sedang mengadakan pesta atas terpilihnya Bramasta menjadi CEO, pesta tersebut dilakukan di halaman rumah yang hanya dihadiri oleh keluarga inti.Wilona berjalan dengan sangat anggun dan cantik, gaun warna tosca, rambut panjang menjuntai, dan juga membawa b
"Kalian sudah berapa lama ikut denganku?" tanya Wilona pada para pembantu yang saat ini tengah berkumpul di dapur.Setelah menurunkan mayat Tika dan dikirim ke keluarganya, mereka pasti tengah bergosip saat ini."Sudah lama Bu," jawab Bu Maria, yang memang sudah lama ikut dengannya, hampir sama seperti Mbok Sum."Dari dulu hingga sekarang, bukankah tidak pernah terjadi hal seperti ini di rumah ini?" tanya Wilona lagi."Iya Bu, hidup kita sangat tenang, terlebih sebelum Ibu menikah," jawab Bu Maria."Apa maksudnya, kamu lebih suka aku menjanda?" tanya Wilona."Yah ... dari pada menikah dengan orang seperti itu, lebih baik menjanda saja Bu, Ibu juga sudah sangat mandiri sejak dulu secara finansial," jawab pembantu yang lain."Ish," desis Bu Maria sembari menyenggol lengan pembantu tersebut."Eh, maaf Bu," "Sepertinya pendapat kamu memang benar," gumam Wilona."Aku hanya ingin memberitahu saja, mulai sekarang lebih berhati-hati dalam bertindak ataupun berucap, jaga diri kalian sendiri,"
Sayup-sayup Rosa mulai membuka matanya, silau matahari membuatnya kesulitan untuk membulatkan matanya dengan sempurna, sunyi, sepi, hanya itu yang dia rasakan sejak semalam, terasa angin sepoi sejuk menusuk ke dalam tulang, terdengar juga gemericik air yang seakan berasal dari sumber. "Air?" batin Rosa yang akhirnya bisa membuka lebar matanya dengan seketika. Rosa pun segera terbangun dan melihat ke sekelilingnya."Dimana aku?" tanyanya dengan kebingungan, karena dia saat ini tengah berada di pinggir danau."Danau?" Gumam Rosa, dia segera melihat ke arah yang berlawanan dengan danau, dan benar saja, di sana ada gubuk Mbok Darmi yang sejak semalam dia cari. Ternyata dia semalam pingsan tepat di seberang gubuk tersebut."Mbok Darmi," ucapnya dengan terisak."Kamu sudah bangun Ndok?" Tiba-tiba saja ada suara Mbok Darmi dari belakang.Rosa segera menoleh, dilihatnya wanita tua beruban tersebut yang seperti biasa, hanya mengenakan jarik dan baju kebaya seadanya. "Iya Mbok," jawab Rosa sing
Satu minggu kemudian.BRUUAAAK!Rosa terjatuh dari ranjang sembari memegang perutnya. "Kenapa Rasa sakit di perutku ini seakan tidak wajar ya?" gumam Rosa sembari menggigit bibir bawahnya, karena sakit itu benar-benar tidak bisa digambarkan. Rosa bahkan sudah pergi ke dokter, tapi tetap tidak ada hasil. Dengan tenaga seadanya dan wajah yang sudah pucat pasi, Rosa berusaha merangkak ke meja rias, memegang kursi dan berusaha berdiri.Saat melihat ke arah cermin, dia juga sangat syok, karena tiba-tiba saja wajahnya menjadi buruk rupa, banyak jerawat besar-besar yang memenuhi wajahnya, juga ada beberapa benjolan yang bahkan sudah mengeluarkan bau tak sedap. "Ada apa ini sebenarnya?" ucap Rosa sembari mengambil beberapa helai tisu dan mengusap cairan-cairan yang keluar dari beberapa benjolan tersebut, dia bahkan sudah tidak menghiraukan rasa sakit di perutnya.Semakin dia mengusap cairan di wajahnya, semakin keluar juga cairan tersebut terus menerus tanpa henti. "Tidak, tidak, tiiiidaaaaak
"Memangnya kita akan pergi kemana?" tanya Rama pada Rosa.Saat ini Rosa tengah mendatangi Rama di rumah kontrakannya."Ikutlah denganku, kamu pasti akan menyukainya," jawab Rosa yang tetap berada di dalam mobil, lebih tepatnya di kursi pengemudi.Rama yang tadinya membungkuk di kaca, di bagian pintu samping pengemudi, seketika dia menegakkan punggungnya dan menarik nafas dalam. "Aku tidak mau jika kamu suruh melakukan pekerjaan mengerikan lagi," ucap Rama dengan cemberut."Tidak akan, aku tidak akan melibatkanmu lagi," jawab Rosa."Ayo, naiklah, selagi aku tidak ada pekerjaan dan janji temu dengan klien." Rosa terus memaksa Rama.Dengan sedikit berat hati, akhirnya Rama pun membuka pintu mobil dan segera duduk di kursi sebelah Rosa. Tanpa berlama-lama juga, Rosa segera mendaratkan satu ciuman di bibir Rama, hingga membuat Rama tersipu malu. "Maaf, karena melibatkanmu dalam pertempuran tempo hari," ucap Rosa dengan menyesal."Sudahlah, jangan dibicarakan lagi," ucap Rama.Rosa menghada
BRUAAAK!"Kenapa kita semalam tidak langsung serang saja Bramasta itu?" kesal Debby sembari melemparkan semua senjatanya di lantai.Sore itu, Debby, Firman dan Alex baru saja tiba di vilanya Debby. "Kenapa juga kita harus jalan kaki sejauh itu? Padahal aku punya mobil," kesalnya lagi. Firman dan Alex hanya bisa saling menoleh dan bertukar pandang.BUGH.Secara bersamaan, Alex dan Firman segera menjatuhkan tubuhnya di atas sofa untuk melepas penat. "Dari mana saja kalian?" tanya Agatha sembari membawakan mereka air mineral botol dan memberikan pada mereka masing-masing 1. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang menjawab."Kamu belum tahu saja, bagaimana kejamnya Bramasta, saat orang lain mencampuri urusannya, ataupun memegang miliknya," ucap Alex pada Debby."Aku tidak takut dengannya!" sentak Debby dengan wajah merah padam."Meskipun kamu tidak takut, kita harus melawannya dengan persiapan, tidak tiba-tiba seperti itu, kamu lihat sendiri kan anak buah dia banyak dan semua terlatih,
Ciiit.Belum lama Firman mengemudikan mobilnya, tiba-tiba dia menginjak rem secara mendadak, Alex dan Debby yang tengah duduk di kursi penumpang dan menyandarkan punggungnya, seketika terkejut dan melihat ke depan. Mereka berdua melihat seseorang menodongkan senapan laras panjang pada mobil mereka, Firman segera mengangkat kedua tangannya, sementara Alex menyipitkan mata untuk menajamkan penglihatannya."Robert," gumam Alex.Alex segera membuka pintu mobil dan keluar dengan mengangkat kedua tangan. "Kalian tetap di dalam," ucap Alex pada Firman dan Debby dengan terus melihat ke arah Robert, takut jika tiba-tiba saja dia menarik pelatuknya."Robert," panggil Alex dengan sedikit berbisik."Robert, ini aku Alex," bisik Alex lagi sembari berjalan mendekati Robert."Alex," ucap Robert sembari menurunkan senjatanya."Sedang apa kamu disini?" taya Robert."Tidak perlu jawab," ucap Robert lagi dengan gelisah. Robert segera berjalan ke arah mobil dan melihat ada siapa saja di dalam sana."Kali
Pagi itu Furi dan Agatha berjalan menyusuri perusahaan pink, dengan clutch warna abu bling-bling, kaca mata coklat dan rambut ikal warna coklat yang terurai, Agatha berjalan dengan percaya diri, sementara di sebelahnya, Furi tengah mengenakan baju formal dan memegang map di depan dada."Sekretaris Rizal, ada yang ingin bertemu dengan Bu Rosa," ucap Furi setelah sebelumnya dia mengetuk pintu ruangan Rizal terlebih dahulu."Apa sudah buat janji?" tanya Rizal dengan angkuh."Belum, tapi tamu ini sangat penting," ucap Furi."Tidak bisa begitu, apa kamu tidak tahu kalau direktur kita itu sangat sibuk, meskipun tamu penting, tetap harus membuat janji," ucap Rizal yang masih fokus pada laptopnya.Braak.Braak.Agatha berjalan ke ambang pintu dan menggebrak pintu ruangan Rizal beberapa kali, tapi tidak terlalu keras. "Jika kamu tidak mau mengantar, kami bisa pergi ke ruangannya sendiri," ucap Agatha dengan ketus.Rizal pun segera beranjak dari kursinya. "Oh, bukan seperti itu maksud saya Bu,"
"Bagaimana hasilnya?" tanya Debby. Hari itu saat weekend, mereka semua berkumpul di villanya Debby."Benar yang dicurigai Wilona, mereka berdua telah banyak menggelapkan dana perusahaan," jawab Furi."Benarkah? Bagaimana caranya?" tanya Firman."Mereka membeli lukisan dari pelukis amatiran dengan harga yang sangat mahal," jawab Furi sembari menyodorkan laptopnya dan memberikan data.Debby pun mendekat dan melihat laptop tersebut. "Lalu?" sahut Debby."Lalu, selang beberapa hari hingga 7 hari kerja, akan ada dana masuk ke rekening pribadi Pak Bramasta dari orang baru," jawab Bunga sembari mengeluarkan banyak berkas yang berisi mutasi rekening Bramasta, Bunga juga sudah menstabilo pada tanggal-tanggal tertentu.Firman segera mengambil berkas dari Bunga dan melihatnya sekilas. "Berapa banyak?" tanya Firman."Pak Bram membeli lukisan tersebut 100 juta dan akan mendapatkan kembali 90 juta," jawab Bunga."Apa selalu seperti itu?" tanya Debby."Tidak, ada yang 150 juta, 200 juta dan seterusn
"Permisi," ucap petugas kebersihan yang ada di perusahaan pink, saat ini dia tengah mencoba mengetuk pintu ruangan CCTV."Ada apa?" tanya seorang petugas yang baru saja membuka pintu."Ini, aku bawakan minuman untuk kalian, ada salah satu orang perusahaan yang bagi-bagi," jelas seorang paruh baya yang menjadi petugas kebersihan tersebut."Wah ... kebetulan sekali, kami sedang mengantuk, makasih ya Bu," ucap petugas CCTV tersebut dengan ramah sembari menerima 2 gelas es cappucino."Bekerjalah dengan baik, jangan sampai kamu ketiduran," ucap petugas kebersihan tersebut sembari mendorong trolinya dan pergi dari sana. 2 petugas CCTV pun segera menyeruput es cappucino tersebut hingga habis setengah gelas, sepertinya mereka benar-benar kehausan."Satu ... " "Dua ... ""Tiga ... "Sementara itu, Furi yang berada di balik tembok, dia terus menghitung dengan menggunakan jarinya, juga sembari memainkan kakinya."Lima puluh sembilan." Setelah menghitung hingga satu menit, Furi pun segera berjal
"Memangnya Wilona tahu dari mana kalau kita bisa melawan Rosa pakai daun kelor, dia aja gak pernah pergi ke dukun!" hardik Mama Risma. Pagi itu, Rani segera pergi ke kediaman Mama Risma untuk mengajaknya berbelanja bahan yang disuruh oleh Wilona ke pasar, sekalian juga memberi kabar Mama Risma, bahwa putrinya baik-baik saja."Ada Ma di buku catatannya Bu Rosa, lengkap dari ritual sampai pantangannya," jelas Rani."Oh, jadi selain bermain santet, dia juga bermain susuk. Apa lagi yang dia mainkan?" tanya Mama Risma dengan penasaran."Guna-guna," jawab Rani singkat."Guna-guna?" gumam Mama Risma."Ayo Ma kita segera ke pasar untuk beli semua bahan dan kita segera eksekusi dia, biar dia tahu rasanya senjata makan tuan," ajak Rani dengan geram."Memangnya kamu tahu bentuknya daun kelor? Mama aja baru denger namanya barusan dari kamu," ucap Mama Risma."Lah? Mama juga gak tau? Aku kira Mama tahu, makannya aku mau ngajak Mama," gerutu Rani.Mama Risma terdiam sejenak, beliau mengambil ponsel