Hembusan angin membelai lembut wajah cantik Vira, yang sedang duduk di kursi taman panti asuhan Kasih Bunda. Di depannya, segerombolan anak berlarian saling kejar-kejaran satu sama lain, mereka tampak tertawa bahagia, seperti tidak ada beban yang mereka pikul. Padahal, rasa sepi karena tidak memiliki orang tua, selalu menggelayuti hati mereka.
"Vira." Suara lembut Asih, membangunkan Vira dari lamunannya."Bunda, apa kabar?" Vira langsung memeluk Asih dengan erat. Ia begitu merindukan wanita yang sudah merawatnya dari sejak ia masih bayi ini."Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri bagaimana?" sahut Asih seraya tersenyum."Alhamdulillah, Vira juga baik, Bunda.""Syukurlah, Bunda sangat merindukanmu. Tapi, kamu tidak pernah mengunjungi Bunda."Vira meringis memamerkan gigi putihnya. "Maaf, Bunda. Insya Allah lain kali Vira akan lebih sering datang ke sini.""Iya, Bunda tunggu," sahut Asih seraya tertawa, lalu kemudian mereka berdua berjalan menuju teras samping rumah tersebut."Bunda, sekarang tempat ini jadi lebih indah," puji Vira yang mengedarkan pandangannya ke sekitar taman. Sudah dua tahun lebih Vira tidak mengunjungi panti ini, ada lumayan banyak perubahan di sini. Taman di sini tidak hanya ditumbuhi pohon buah dan bunga saja. Namun, ada danau buatan dan kolam renang yang mempercantik taman ini, dan juga ada wahana bermain yang lumayan lengkap untuk menambah suasana cerianya."Iya, ini semua idenya, Yusuf. Dia bilang agar anak-anak tidak bosan di dalam panti," sahut Asih yang tersenyum mengingat putra semata wayangnya."Mas Yusuf?" Ulang Vira takjub. Sedangkan Asih menganggukkan kepalanya mengiyakan."Lalu, bagaimana kabar Mas Yusufsekarang, Bunda? Apakah sudah menikah?" tanya Vira antusias."Dia baik, perusahaan juga semakin sukses sejak ia mengelolanya. Namun, sampai sekarang dia belum menikah, entahlah siapa yang ditunggunya, hingga membuatnya sampai saat ini belum memutuskan untuk menikah," sahut Asih bingung. Asih mengetahui bahwa Yusuf sudah mencintai seseorang wanita, namun siapa wanita itu, Asih tidak mengetahuinya. Lalu kemudian mereka berdua melanjutkan obrolan ringan.Vira dan Yusuf, usia mereka hanya berjarak tiga tahun, oleh sebab itu dulu mereka sangat dekat, berbeda dengan anak panti yang lainnya, yang rata-rata sudah bersekolah.Tempat yang dijadikan sebagai panti asuhan ini, adalah sebuah rumah besar milik Asih sendiri. Asih sebenarnya adalah anak tunggal dari seorang pengusaha, namun orang tuanya sudah meninggal cukup lama, dan pengalaman pahit hidupnya, membuat Asih mengabdikan hidupnya untuk merawat semua anak yatim piatu di sini.Asih pernah menikah hingga tiga kali. Suami pertamanya adalah cinta pertamanya sendiri. Namun, dia kurang bertanggung jawab sebagai suami, bisa dikatakan dia adalah tipe lelaki yang malas bekerja dan malah mengandalkan kekayaan istrinya, hingga akhirnya orang tua Asih menyuruhnya untuk bercerai.Lalu suaminya yang kedua adalah pria pilihan ayahnya, begitu pula dengan yang ketiga. Namun, kedua pria itu sama-sama brengseknya. Meski secara ekonomi mereka setara dengan Asih, namun kedua mantan suaminya itu tukang selingkuh. Dan, suaminya yang terakhir bahkan lebih parah lagi, dia bukan hanya bermain wanita saja, namun juga berniat mengeruk kekayaan orang tua Asih, hingga membuat perusahaan ayahnya Asih hampir bangkrut dan membuat ayahnya Asih terkena penyakit stroke dan akhirnya meninggal dunia.Lalu tidak berselang waktu lama, ibunya Asih meninggal dunia. Setelah kejadian itu, Asih hanya tinggal sendiri dengan Yusuf, yaitu anak semata wayangnya dengan mantan suaminya yang terakhir.Perjuangan Asih dulu sangatlah tidak mudah, ia harus mengokohkan kembali perusahaan peninggalan orang tuanya yang hampir bangkrut, beserta merawat anaknya sendirian.Lalu di suatu hari, ketika Asih sedang berada di jalan. Asih yang merasa iba ketika melihat anak-anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua, hidup terlunta-lunta di jalan, ia dengan tulus meminta anak-anak kecil itu untuk tinggal dengannya di rumah besarnya. Lalu kemudian Asih memperkerjakan beberapa orang untuk membantu merawat mereka.Hingga beberapa waktu kemudian, Vira yang masih bayi, ia temukan berada di dalam kardus tepat di depan gerbang rumahnya, dengan hanya memakai pakaian serta bedongan tipis yang tidak cukup untuk menghalau dinginnya angin malam. Vira bayi yang menangis kencang karena merasa lapar dan kedinginan, membuat semua orang yang berada di dalam rumah langsung keluar dan menghampirinya.Vira adalah bayi pertama yang ada di panti asuhan Kasih Bunda. Yusuf kecil yang melihat Vira yang masih bayi, ia merasa gemas dan lalu menganggapnya sebagai seorang adik, kedekatan mereka saat itu terus berlanjut hingga mereka remaja, dan tepat di usia delapan belas tahun, Vira akhirnya dipersunting oleh Lukman.Ketika Vira menikah, Yusuf masih berada di luar negeri untuk melanjutkan studinya. Yusuf tentu terkejut mendengar kabar pernikahan Vira, namun ia juga tidak bisa pulang untuk menghadiri acara pernikahan tersebut, karena kabar itu terbilang mendadak."Assalamualaikum." Di saat sedang asyik mengobrol, suara seorang laki-laki memaksa kedua wanita itu untuk berhenti dari obrolannya. Asih dan Vira kompak berdiri untuk menyambutnya."Waalaikumsalam ... Yusuf, kamu sudah pulang, Nak? tanya asih lembut."Iya, Bu," sahut Yusuf seraya mencium tangan ibunya. Namun, ia membeku ketika melihat wanita yang berada di samping ibunya."Yusuf, masih ingat dengannya?" tanya Asih seraya menarik tubuh Vira lebih dekat dengannya. Namun, Yusuf tidak menanggapi, ia masih tertegun dalam diamnya."Kamu pasti sudah lupa," ujar Asih seraya tertawa. "Ini--""Vira," sahut Yusuf pelan, lalu kemudian ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Bagaimana kabarmu, Vira?"Ada sorot aneh di mata Yusuf, namun tidak ada orang yang menyadari hal itu.Vira melakukan hal yang sama seperti yang Yusuf lakukan. Sejenak Vira merasa terkejut, namun tidak lama kemudian ia tersenyum tipis, Vira merasa puas karena Yusuf semakin lebih baik dari yang diingatnya dulu."Alhamdulillah baik, Mas. Mas Yusuf sendiri bagaimana kabarnya?""Alhamdulillah, aku juga baik. Silakan dilanjutkan mengobrolnya, aku masuk ke dalam dulu," pamit Yusuf yang menganggukkan kepalanya singkat, lalu kemudian ia berlalu meninggalkan kedua wanita tersebut.Setelah kepergian Yusuf, Asih menghela napas panjang. "Ternyata saat denganmu, ia juga menjaga jaraknya. Dia bahkan juga tidak ingin menjabat tanganmu, padahal kita juga bukan orang yang terlalu fanatik dalam agama," ujar Asih bingung dengan perubahan anaknya selama ini."Tapi, Bun. Bukankah ini justru lebih baik? Mas Yusuf 'kan menjalankan sesuai syariat, dia menjaga dirinya dari wanita yang bukan mahramnya. Lalu, apa yang membuat Ibu seperti keberatan?" tanya Vira bingung."Iya memang, Bunda juga menyukai hal itu. Namun, dia seperti terlalu berlebihan. Semenjak pulang dari luar negeri dia sangat jarang berinteraksi dengan perempuan, padahal dia perginya ke Singapura, bukan ke pondok pesantren yang membuatnya terbiasa menjaga jarak dengan perempuan.""Tahu nggak, bahkan Bunda sampai mengira bahwa di sana ia 'belok'. Tapi, ternyata tidak." Lanjut Asih seraya tertawa."Ternyata dia hanya memang menjaga jarak dengan perempuan. Ada temannya yang bilang sih, Yusuf pernah bersikap seperti orang yang patah hati di sana, dan setelah itu ia langsung mengubah sikapnya terhadap perempuan. Entahlah, Bunda juga tidak tahu pasti bagaimana ceritanya, yang terpenting, Bunda akan selalu mendoakan yang terbaik untuknya."Sedangkan di dalam rumah, Yusuf berjalan dengan sedikit linglung ketika menaiki tangga. "Aku tidak menyangka, kita akan bertemu lagi, Vira," gumam Yusuf seraya tersenyum getir.Setelah obrolan ringan yang panjang, Vira kemudian mengutarakan apa yang mengganjal di hatinya."Bun, ada yang mau Vira ceritakan pada Bunda," ujar Vira setelah hening sejenak.Asih yang melihat raut wajah Vira yang berubah serius, ia jadi deg-degan sendiri menunggu cerita Vira. "Ada apa, Nak?"Vira menundukkan kepalanya. "Bun, semalam Mas Lukman meminta izin ke Vira, dia bilang ia ingin menikah lagi," ujar Vira sendu.Asih sontak menutup mulutnya terkejut, ia tidak menyangka jika Lukman bisa sampai seperti ini. Dalam ingatan Asih, Lukman adalah laki-laki yang sopan dan tidak aneh-aneh, ia dulu juga terlihat seperti sangat mencintai Vira. Lalu kenapa tiba-tiba ...."Vira, kenapa bisa seperti ini, Nak? Coba ceritakan semuanya sama Bunda," pinta Asih lembut.Lalu, Vira menceritakan semuanya tentang perkataan Lukman semalam. Vira juga mengatakan bahwa ia mengenal Ayu, dia adalah wanita yang baik. Vira pun juga tidak ragu mengatakan kepada Asih, tentang apa yang ia rasakan saat ini."Saya
Sesuai dengan rencana awalnya, kini Vira melajukan motornya pergi ke pondok pesantren Al-Hikmah, yaitu tempat Naura menimba ilmu. Namun sebelum ke sana, Vira terlebih dahulu mampir ke salah satu warung makan untuk mengisi perutnya.Sebenarnya Vira sudah ditawari makan siang oleh Asih, namun Vira menolaknya karena alasan ingin segera bertemu dengan Naura. Padahal lebih tepatnya ia tidak enak jika harus bertemu dengan Yusuf lagi, dan entah mengapa ia menjadi secanggung ini dengan laki-laki yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya itu.Sedangkan di rumahnya Asih. Yusuf yang baru saja masuk ke ruang makan, ia segera menanyakan keberadaan Vira kepada ibunya tersebut."Vira ke mana, Bun? Kenapa tidak ikut makan siang juga?" Asih tersenyum mendengar pertanyaan Yusuf. Lalu kemudian ia menjawab, "Dia sudah pergi, katanya mau mampir ke pondoknya Naura juga.""Oh ...." sahut Yusuf datar."Emm, Yusuf. Tadi Vira cerita ke Bunda, katanya semalam suaminya meminta izin untuk menikah lagi, Bunda jadi
Setelah selesai menjenguk Naura, Vira langsung melajukan motornya pulang. Namun, saat di tengah perjalanan, Vira melihat sosok wanita yang dikenalinya."Della." Vira memanggil sahabatnya yang sedang berdiri memunggunginya seraya menelpon seseorang."Oh, hai ...." balas Della hanya dengan gerakan bibirnya saja, seraya melambaikan tangan dengan penuh senyuman. Lalu kemudian ia terdengar mengatakan sesuatu dan akhirnya mengakhiri telepon tersebut."Kenapa berhenti di sini? Mobilmu bermasalah?" tanya Vira setelah mereka berpelukan dan saling cipika-cipiki layaknya sahabat yang bertemu pada umumnya."Iya, tapi aku sudah menghubungi orang bengkel, mungkin sebentar lagi mereka datang.""Oh, ya sudah kalau begitu aku temani." Vira memperhatikan sekitarnya. "Bagaimana kalau kita minum es kelapa muda di situ, sembari menunggu orang bengkel datang?" Vira menunjuk sebuah warung kaki lima yang tidak jauh dari tempat mereka berada."Ide bagus. Ayo, kalau begitu kita ke sana," balas Della yang tak k
Beberapa hari kemudian, setelah cukup lama memikirkan keputusan apa yang akan Vira ambil, hari ini akhirnya Vira hendak memberikan jawabannya kepada Lukman."Sayang, kenapa melamun?" tanya Lukman seraya memeluk Vira. Vira yang sedang duduk melamun di teras belakang rumahnya, ia tersentak ketika tiba-tiba saja Lukman memeluknya dari belakang."Eh, Mas. Kok tumben sudah pulang?" Vira tentu terkejut, pasalnya ini masih jam dua siang, namun suaminya sudah sampai di rumah."Iya, tadi Mas disuruh nemenin Pak Yuda menemui klien dari luar negeri, lalu katanya setelah pulang, Mas tidak perlu kembali ke kantor lagi.""Oh ... Kalau begitu mau aku siapkan air mandinya sekarang?" tawar Vira.Lukman mengangguk seraya tersenyum, lalu kemudian ia mendaratkan ciuman di keningnya Vira.Setelah mengucapkan terima kasih, Vira langsung masuk ke dalam, sedangkan Lukman memilih duduk di kursi yang ada di teras tersebut.Sembari menunggu Vira selesai menyiapkan air mandinya, Lukman kembali memikirkan perkata
Setelah mengadakan acara lamaran yang hanya disaksikan oleh keluarga inti saja, lalu seminggu kemudian Lukman dan Ayu menggelar acara pernikahan mereka di kediaman Ayu sendiri.Mereka berdua tidak menggelar pesta pernikahan yang mewah, namun cukup meriah untuk menyambut para tamu undangan yang sebagian besar adalah teman dekat, tetangga, dan keluarga besar mereka saja.Di atas pelaminan, kedua orang yang baru saja dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri, mereka berdua tampak tersenyum semringah menyambut ucapan selamat dari para tamu undangan yang datang.Sedangkan di sisi lain, Vira pun juga tengah sibuk menyambut para tamu undangan yang baru saja datang. Senyuman manis Vira tidak pernah luntur, seolah-olah ia juga ikut merasa bahagia dengan pernikahan suaminya. Namun, tidak ada yang tahu semuram apa hati Vira saat ini. Apalagi ketika Vira mulai mendengar bisik-bisik orang yang bergosip tentang rumah tangganya."Eh, Jeng. Ternyata mendapat istri yang cantik dan salihah saja, tidak
Setelah kepergian Vira dan Naura, hati Lukman menjadi tidak tenang. Ia memang masih bisa menanggapi obrolan dari keluarganya Ayu dengan baik, namun hati dan pikiran Lukman hanya terpaut ke Vira, sang istri pertamanya.Malam semakin larut, akhirnya satu persatu keluarga besarnya Ayu mulai pulang ke rumah masing-masing, sedangkan kedua orang tuanya Ayu sudah meninggal cukup lama. Jadi selama ini Ayu hanya tinggal berdua dengan anaknya, namun Ayu masih beruntung karena memiliki seorang tante yang rumahnya dekat dengan tempat tinggalnya, jadi jika ada apa-apa, tantenya itulah yang biasanya membantu Ayu.Kini hanya ada Lukman, Ayu, dan juga Winda anaknya Ayu yang sudah berada di dalam kamar.Ayu yang baru saja membersihkan make up nya, ia langsung keluar dari kamar mandi. Namun, Ayu sejenak menghentikan langkahnya ketika ia melihat wajah Lukman terlihat sedang cemas."Mas ...."Lukman tersentak ketika Ayu memanggilnya seraya memegang bahunya."Eh iya, ada apa?""Apa yang sedang Mas pikirka
Jam masih menunjukkan pukul empat pagi, namun sudah ada orang yang mengetuk pintu rumahnya Ayu.Ayu yang mengira itu Lukman, maka ia pun langsung bergegas membuka pintu rumahnya. Ayu langsung tersenyum manis, ketika ia membuka pintu rumahnya dan melihat Lukman yang sedang tersenyum di wajah kantuknya."Maaf karena sudah membangunkanmu," ujar Lukman seraya menguap. Lukman hanya tertidur selama dua jam saja, lalu kemudian ia buru-buru datang ke rumahnya Ayu. Lukman hanya tidak ingin tetangga Ayu melihat dia semalam tidak menginap di rumah Ayu, jadilah Lukman memaksakan diri untuk segera datang ke rumah Ayu, walaupun ia sangat lelah dan mengantuk. "Nggak apa-apa, Mas. Mas kelihatan ngantuk sekali, kalau begitu Mas istirahat saja di kamar."Lukman mengangguk, lalu kemudian ia langsung menuju ke kamarnya Ayu untuk tidur kembali. Sedangkan Ayu yang masih berada di tempatnya, ia tersenyum senang. Ayu merasa senang karena Lukman juga terlihat mementingkan perasaannya juga, buktinya Lukman
Melihat kepulangan Lukman dan Ayu, Vira pun buru-buru membayar belanjaannya dan langsung masuk ke dalam rumahnya. "Mas dan Ayu sudah pulang? Vira kira masih nanti siang, tunggu sebentar ya, Vira taruh ini dulu ke dapur," ujar Vira seraya menenteng satu kantong plastik berisi sayuran dan lauk yang tadi ia beli."Iya," sahut Lukman seraya tersenyum, sedangkan Ayu hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum tipis.Lalu tidak lama kemudian, Vira keluar lagi dengan membawa nampan berisi dua cangkir kopi dan teh. "Ini diminum dulu, biar Winda gantian aku yang gendong, bahu kamu pasti sudah pegel kan?""Eh, memangnya tidak ngrepotin, Mbak?" tanya Ayu sungkan, namun benar apa yang dikatakan Vira, bahu ayu sudah terasa pegal karena sedari tadi sudah menggendong bayi gembul tersebut."Tidak apa-apa, sini ...." Vira langsung mengambil alih bayi tersebut, lalu kemudian ia sedikit menimangnya, karena Winda terlihat mulai mengantuk lagi."Masya Allah, cantiknya Winda, sama cantiknya dengan Mam
Pagi yang begitu cerah, sungguh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sudah menyakiti dua wanita cantik yang saat ini tengah duduk di gazebo taman belakang rumahnya Daffa."Vir, kamu sudah tidak merasa mulas lagi?" tanya Della yang masih khawatir, sebab beberapa hari yang lalu Vira mengeluh mulas seperti orang yang akan melahirkan.Ya, saat ini Vira tengah mengandung sembilan bulan, dan kemarin sebenarnya adalah hari perkiraan Vira melahirkan, namun ternyata malah mundur dari jadwal, dan sampai saat ini Vira belum merasakan kontraksi lagi.Vira menggelengkan kepalanya. "Enggak, justru sekarang aku tidak merasakan sakit apapun, padahal dari sebulan yang lalu pinggulku rasanya mau copot karena pegal banget."Della tertawa, "masa sih?""Yee ... dibilangin nggak percaya. Ntar deh kamu rasain sendiri kalau sudah hamil tua, dan kata orang-orang tua sih itu memang hal wajar, sebab bayi sedang mencoba mencari jalan keluarnya, balas Vira yang teringat obrolannya dengan para
Setahun kemudian...Bugh ... Bugh ... Bugh ..."Bang, ampun ... Bang! Ampun ...." Suara jeritan Lukman terdengar hingga meja penjaga, namun para penjaga itu seolah tuli dan tidak mendengar teriakan kesakitan Lukman.Mereka sengaja membiarkan Lukman dipukuli terlebih dahulu, lalu baru beberapa menit kemudian salah satu penjaga itu akan datang untuk menghentikan aksi penyiksaan tersebut."Ampun, Bang. Kumohon ampun ...." Suara Lukman semakin melemah, ia hampir mati karena lemas sebab dipukuli dengan brutal."Brengsek! Rasain kamu, siapa suruh kamu mengambil makananku!""Enggak, Bang. Enggak ... bukan aku yang mengambilnya," sahut Lukman seraya menangis. "Halah, sekali pencuri ya tetap pencuri!" teriak lelaki itu seraya memukul dan menendang Lukman kembali.Kejadian ini sudah seperti makanan sehari-hari untuk Lukman, ia selalu difitnah mengambil makanan bos penguasa bilik penjara yang ditempatinya, lalu kemudian ia akan dihajar habis-habisan, padahal makanan milik bos itu telah dicuri o
Vira terus berlari tanpa mempedulikan tatapan para karyawan yang menatap heran, sebab Daffa mengejarnya dan terus memanggilnya."Vira, ... tunggu!" teriak Daffa terakhir kalinya sebelum Vira menutup pintu mobil."Kita jalan, Pak," ujar Vira seraya menghapus air mata yang menetes di pipinya."Tapi, Nya, Tuan Daffa terus memanggil, Nyonya.""Biarkan saja, atau Bapak ingin saya pulang sendiri?"Sang sopir yang takut jika dianggap mengabaikan Daffa, namun ia lebih takut jika Vira semakin marah hingga menyebabkan suatu kesalahan yang lebih fatal lagi."Baiklah, Nya." Mobil melaju dengan cepat, meninggalkan Daffa yang masih terus berteriak memanggil nama Vira.Sesampainya di rumah, Vira langsung pergi ke kamarnya, dan tak lupa ia juga mengunci pintu kamarnya. Vira terus menangis untuk menumpahkan semua rasa yang telah menghimpit dadanya.Di saat sedang menangis, Vira tiba-tiba saja ingat dengan perkataan Asih waktu itu, lalu apakah sekarang Vira boleh mulai merasa menyesal, karena tidak men
Keesokan harinya, Daffa merasa aneh dengan sikap Vira yang tiba-tiba saja berubah padanya. Ia hendak menyalahkan ibunya atas perubahan sikap istrinya. Namun sayangnya, ibunya tadi pagi-pagi sekali sudah berangkat kembali ke Singapura."Tck, ini pasti gara-gara sikap Ibu yang terlalu acuh, jadi Vira hari ini seperti menghindariku," gumam Daffa seraya mengguyur badannya dengan air.Saat ini Daffa sedang mandi, dan rencananya hari ini ia akan berangkat ke kantor.Vira yang tiba-tiba saja berubah menjadi pendiam, membuat Daffa bahkan tidak berani meminta jatah hariannya pada Vira, dan sontak saja hal itu membuat Daffa kesal."Huh! Padahal Vira sebentar lagi kedatangan tamu bulanannya, seharusnya kan beberapa waktu ini aku bekerja lebih keras lagi untuk membuatkan adik untuk Naura." Daffa tidak berhenti menggerutu, dan ia harus melampiaskan rasa kesalnya ini ke asistennya nanti.Setelah selesai mandi, Daffa langsung berganti pakaian yang sudah disiapkan Vira. Daffa tersenyum ketika melihat
Sejak perjalanan dari Bali ke Jakarta, Vira sudah gugup, apalagi sekarang mereka sudah sampai tepat di depan rumahnya Daffa.Dan, pemandangan tidak mengenakkan terjadi ...."Kak Daffa ...." Seorang gadis cantik bertubuh semampai terlihat berlari menghampiri Daffa, bahkan ia juga hampir memeluknya, jika saja Daffa tidak menghentikannya."Stop! Ketahuilah batasan, kalau kamu bukan anak kecil lagi!" "Kak Daffa, kenapa masih sedingin ini sih ...." ujar gadis tersebut dengan manja. "Oh, ini pasti Kakak Ipar. Hai, Kak. Salam kenal, aku Lisa, adiknya Kak Daffa."Vira tersenyum canggung, dalam benak ia jelas kebingungan, sebab Daffa tidak pernah cerita kalau dia memiliki seorang adik."Bukan! Dia bukan adikku, dia hanyalah seorang pengganggu dari kecil," sahut Daffa serius, namun itu dianggap candaan oleh Lisa."Aaah, Kakak ini bisa aja. Kalau begitu ayo, kita masuk. Tante sudah menunggu kalian." Seolah tidak mendengar perkataan Daffa, Lisa tetap berjalan di depan dengan penuh percaya diri.
Matahari semakin terik, namun Vira dan Della tampak tidak terganggu dengan cuaca panas saat ini."Del, aku rasa Ervan itu menyukaimu deh," ujar Vira yang mulai bisa melihat bahwa Ervan diam-diam sering mencuri pandang ke arah Della.Della mendesah, ia juga mengetahui kenyataan ini. Lebih tepatnya Della juga sudah mengetahui hal ini sejak lama."Kamu masih ingat nggak, dulu aku pernah cerita tentang cinta pertamaku," ujar Della dengan mata yang menerawang kenangan masa lalunya.Vira mengangguk. "Iya, cowok itu terlalu pendiam kan. Dan, meki dia terlihat menyukaimu, tapi dia tidak pernah menyatakan cinta padamu.""Iya, hingga akhirnya aku bertemu dengan Nicole. Dan bodohnya dia, dia baru menyatakan cinta setelah aku bersama Nicole."Vira tertawa, namun kemudian ia ingat sesuatu. "Eits, jangan bilang kalau itu Ervan ya? Astaghfirullah, kenapa aku juga baru ingat, cowok yang waktu itu kamu ceritakan, namanya juga Ervan bukan?"Vira sontak menepuk keningnya sendiri, bisa-bisanya ia lupa de
Selamat siang semuanya ~Terima kasih ya karena sudah setia ngikutin cerita KSML hingga bab ini. Oh ya, ini berkaitan dengan GA yang aku umumkan waktu itu, aku lihat posisi pemberi gem terbanyak, dan komentar paling banyak orangnya udah ganti posisi ya ...Di sini aku lihat ka @Rinlee yang menduduki posisi pertama pemberi gem terbanyak dan juga komentar terbanyak. Misalkan ada yang nggak percaya, kalian bisa mengeceknya sendiri.Jadi, di sini aku ingin memberi tahu bahwa, aku nggak buat aturan bahwa pemenang pemberi gem terbanyak dan komentar terbanyak harus berbeda orang. Jadi, misalkan Ka Rinlee ini tetap menduduki posisi pertama di pemberi gem terbanyak dan komentar terbanyak, jadi ia berhak menerima hadiah ke dua-duanya.Karena hadiah untuk saat ini Ria belum bisa kasih banyak, sebab antusias pembaca yang masih dibawa standard, jadi ria hanya bisa kasih pulsa/saldo dana dengan nilai masing-masing 25 ribu saja. Dan, misalkan nanti Ka Rinlee menang dua kategori itu sekaligus, maka i
Keesokan harinya.Semalam tidak ada drama Daffa meminta jatah pada Vira lagi, sebab Daffa mengerti kalau Vira benar-benar sangat lelah. Daffa juga sengaja membiarkan Vira bisa tertidur dengan pulas, agar hari ini Vira bisa menikmati liburannya bersama Della. Ya, hari ini Daffa terpaksa melepaskan Vira bersama sahabatnya itu, karena Daffa tiba-tiba saja diajak bertemu oleh rekan-rekan bisnisnya yang berada di Bali. Karena dalam pertemuan ini banyak bos-bos hidung belang, maka Daffa sengaja tidak mengajak Vira, sebab Daffa tidak rela jika istrinya itu jadi pusat perhatian rekan-rekan bisnisnya.Bagi Daffa, Vira terlalu cantik, jadi hanya dia saja yang boleh memandang dan mengagumi keindahan istrinya itu."Bos, kenapa kita tidak mengajak mereka berdua? Kan sekalian nanti mereka bisa jalan-jalan ke mall," ujar Ervan yang duduk di samping Daffa. Saat ini mereka berdua sedang berada di dalam mobil yang melaju menuju salah satu mall terdekat di daerah tersebut."Nggak, aku nggak sudi istr
Sesampainya di Bandara, mereka langsung pergi menuju hotel, karena hari sudah larut malam. Untung saja mereka tadi menaiki jet pribadi, jadi mereka bisa seenaknya sendiri mengubah jadwal penerbangan mereka.Vira, Daffa, dan Ervan berangkat ke Bali mundur dari jadwal, akibat kelakuan Daffa yang tidak bisa melepas Vira dalam kungkungannya.Hotel yang dipilih Daffa berada di sekitar pantai Kuta. Daffa sengaja memilih hotel di dekat pantai Kuta, agar Vira bisa pergi ke pantai kapanpun ia mau.Sesampainya di depan hotel."Vira, ...." teriak Della seraya melambaikan tangannya, lalu kemudian ia segera berlari menghampiri sahabatnya itu."Della, kamu di sini juga?" tanya Vira seraya membalas pelukan Della."Iya, kata Pak Bos ini sebagai hadiah karena aku menjadi sahabat terbaikmu."Vira yang mendengar itu, ia langsung menoleh ke arah Daffa. "Terima kasih, Mas," ujar Vira yang terlihat bahagia, sebab suaminya benar-benar memikirkan apa yang membuat ia senang, salah satunya dengan mengajak Del